『Jungkook sayang gasih?』

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Lisa: babe, ke rumah dong, belajar bareng buat ujian

Jungkook: ada papa mama tapi kan?

Lisa: ada, kenapa?

Jungkook: gapapa
Jungkook: kamu udah makan?

Lisa: udah barusan

Jungkook: aku otw kalo gitu

Rencanaku udah matang. Selama Jungkook ke sini, aku ngabarin dua manusia di balik rencana ini. Sambil balesin June juga.

Papa sama Mama lagi di atas. Bentar lagi mereka juga turun.

Selang 20 menitan, bel rumah bunyi, pas banget yang buka si Papa. Wajah Jungkook langsung senyum, nyapa mereka santun sambil saliman. Mantu idaman emang Jungkook mah, luvluv.

"Jungkook di sini aja ya, titip Lisa," Mama nepuk pundak Jungkook sambil senyum. Papa mah cuek aja, nggak banyak omong dan langsung menuju mobil.

Pas orangtuaku udah nggak ada di depan mata, Jungkook natap aku tajem. Dih, kesambet di mana nih bocah jadi galak gini?

"Kok kamu bohong?" tiba-tiba dia bilang gitu. Aku bohong apanya sih?

"Bohong apa?"

"Kata kamu orangtua kamu bakalan ada di rumah, itu mereka pergi. Bohong kan berarti?"

"Lah kan kamu cuman tanya Mama sama Papa ada di rumah nggak, bukannya tanya mereka bakalan nggak kemana-mana atau enggak, kan?"

Jungkook nggak jawab, dia langsung ngelewatin aku dan duduk di sofa. Ngeletakin tas di karpet, sambil ngeluarin buku fisika dan biologi. Aku ngeluarin buku sejarah dan seni.

Kami fokus, sama-sama diem, nggak banyak bicara, sesuai rencana.

Intinya hari ini aku kudu nyuekin Jungkook. Bikin dia keki gitu. Rencananya aku kudu secuek Jungkook. Gaboleh banyak tingkah.

Tiba-tiba ada line masuk. Dari June. Kesempatan buat manasin kalau kata Bambam. Jadi aku mainan hape dibanding lanjut belajar sama Jungkook.

"Belajar, Lis," ucapan pertama Jungkook setelah sekian menit aku chatting sama June.

Gila emang, butuh waktu 3 menit 49 detik buat bikin dia notice kalau aku nggak belajar. Tapi udah bilang gitu, dianya nggak noleh, ya nggak gerak apa-apa selain coret-coret angka.

"Lis?" kali ini dia ngeliat aku, dan akunya sengaja masih mantengin hape. "Kamu yang ngajakin belajar loh tadi."

"Iya, bentar, nanggung."

"Perjanjian kita dulu gimana? No phone, no disturbing, just studying. Kita yang bikin, dan itu atas usul kamu."

"But I'm so bored right now, okay?" nggak paham kenapa aku agak ngegas. Kayak nggak terima sama segala sikap Jungkook yang sok tenang dengan sikap aku.

Please, aku ini udah bersikap nggak bener dan dia nggak ada feeling buat curiga atau apa gitu?

"Kamu bosen belajar atau bosen sama aku?"

Pertanyaan Jungkook nggak bisa aku jawab. Ya aku nggak ada bosen sama Jungkook, tapi kalau hubungan aku gini-gini aja ya akunya nggak mau.

Jalan kalau ada perlu, main kalau dia punya jam kosong, ketemu cuman buat belajar. Please, aku juga masih mau main-main kayak yang lain. Aku mau juga masa pacaranku berkesan pas sekolah.

"Terus mau kamu gimana, Lis?"

"Entah."

Jungkook narik napas panjang, kayak ada beban gitu. Aku udah mau nangis aja rasanya.

"Kalau kamu mau ngomong sesuatu ke aku, ngomong langsung aja. Aku bakalan dengerin keluh kesah kamu. Kita pacaran itu buat saling ngerti, dan kalau ada hal dalam diri aku yang kurang ngerti atau bahkan masih nggak ngerti kamu, bilang, jangan diem ya. Soalnya cowok tuh manusia biasa, bukannya peramal yang bisa paham maksud hati ceweknya tanpa dia bilang maunya apa."

Jungkook tuh selalu ajaib. Setiap omongannya selalu menenangkan.

Setelahnya dia beresin semua bukunya dan berdiri. Hal yang nggak pernah aku ekspetasikan adalah dia nyium kening aku lama banget. Sampai akhirnya aku memejamkan mata, di saat yang sama aku nangis. Lalu sebelum Jungkook melepas ciumannya, aku udah ngehapus air mata itu.

"Aku pamit."

Malam itu adalah malam terkahir Jungkook dan aku saling bertemu. Karena setelah ini, aku nggak pernah menduga bahwa perselisihan ini membuat kami saling memberi berjarak.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro