『ketahuan』

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Bambam jemput aku pakai mobil papanya. Ada Mina dan Sorn, plus ada satu anak Thailand yang kemarin Sorn mau kenalin ke aku.

"Nama gue Ten," katanya pas ngajak kenalan.

"Lalisa Manoban," kataku.

Sepanjang perjalanan, Ten banyak ngajak ngobrol. Pikiranku soal Jungkook waktu itu teralihkan, sama sekali nggak mikir masalah keributan kita kemarin.

Setelah beberapa saat, aku sama anak-anak ke bioskop. Kita nonton film horor. Aslinya sih aku agak penakut ya, cuman karena lagi galau, hantu berbedak tepung aja rasanya biasa.

"Gue kebelet pipis, Sorn. Anterin ke toilet yuk," aku udah yang usel-usel Sorn. Minta anter, takut diculik. Walau nggak kecil lagi, tapi banyak yang masih gemes ke aku.

"Tanggung nih, Lis. Lagi klimaks nih ah elah."

"Ya ilaahh, tega banget dah lo sama temen sendiri. Bentaran doang, Sorn."

"Ayo sama gue aja, Lis."

Kebetulan aku juga jejeran sama Ten, dan dia menawarkan diri. Sorn udah nggak peduli dan sibuk jejeritan karena hantunya muncul. Mau nggak mau akhirnya aku ke toilet bareng Ten, dari pada sendiri ya udah lah nggak apa-apa.

Kelar pipis, aku langsung keluar toilet. Ten lagi sandaran di tembok sambil main hape.

"Sorry, Ten, lama," dia langsung senyum, matiin hapenya bentar, lalu ngajak balik.

"Lo nggak suka horor ya, Lis?" tiba-tiba Ten nanya waktu kita perjalanan ke dalam ruangan.

"Bukannya nggak suka, emang lagi nggak selera aja. Mood gue nggak bagus  buat liat film kayak gitu."

Tangan Ten udah megang gagang pintu, baru aja mau didorong, tapi nggak jadi. Aku bingung, katanya mau masuk buat lanjut nonton.

"Beli es krim yuk," Ten jalan duluan, aku yang emang super duper nggak selera nonton akhirnya ngikut di belakang.

Kita beli es krim mocchi. Sambil nunggu pesanan dianter, Ten ngajak ngobrol lagi.

"Kenapa lo nggak bilang sama temen lo kalau lagi nggak selera nonton?" Ten tanya, setelah nyuapin es krim yang baru aja dateng ke dalam mulutnya.

"Mereka dari minggu lalu udah pengen nonton tuh film, nggak mungkin gue nolak demi diri gue sendiri. Makanya gue turutin."

"Baik juga lo. Terus kalau boleh tau, galaunya kenapa nih?"

Cerita nggak ya? Entar kalau aku gampang cerita ke orang asing dikira akunya tukang curhat keliling lagi. Tapi kalau nggak cerita, ini perasaan nggak lega.

Lagian, kali aja dapet solusi. Ten kan bukan Bambam yang menyesatkan umat.

"Abis ribut sama pacar," jawabku akhirnya. Ten manggut-manggut.

"Diselingkuhin atau...?"

"Gue yang selingkuh."

Seketika itu Ten batuk. Dih, kayak nggak pernah denger cewek yang selingkuh aja. Emang tampang barbie kayak aku nggak bakat buat selingkuh apa?

Ya emang, nggak bakat.

"Kenapa selingkuh? Pacar lo nggak bisa bikin bahagia apa?"

"Bahagia banget gue sama dia," jelasku gemas, karena nggak ada yang kurang dari Jungkook. "Tapi kemarin gue kepancing sama Bambam, bilang kalau pacaran tuh paling nggak kudu ada skinship secara cowok gue nggak suka ngumbar kemesraan di depan umum. Pas gue berencana buat selingkuh, dan bersikap cuek biar narik perhatian dia, eh malah dia nganggep gue aneh."

Kali ini Ten malah senyum lebar, sambil geleng kepala. Lah apanya yang lucu coba?

"Kurangnya pacar lo gegara nggak mau skinship doang? Harusnya lo bersyukur gasih? Berarti cowok lo anak baik-baik."

"Yaaahhh, iya sih."

"Di mata lo dia ada kecacatan lain nggak selain pasif?"

"Cueknya. Duh, cueknya tuh nggak ketulungan. Tapi gue juga nggak pernah kekurangan perhatian sih. I mean, he not sweetest boy I ever seen before, but he was kinder person that I meet. Perhatian sih, tapi nggak pernah bilang kata-kata manis. Cuman kalau dari gesture, yah, bisa dibilang dia perha... Jungkook?"

Aku ngeliat Jungkook di luar kaca café, berdiri sambil masang wajah nggak enak. Abis itu dia pergi, nggak tau kemana. Udah aku coba kejar, tapi nggak dapet.

Jungkook, semua nggak seperti yang kamu liat. Aku... nggak bener-bener ada niatan buat berpaling dari kamu.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro