Hari 1 | Belanja

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Mata menatap kagum ruangan yang kini ditempatinya. Ruangan bercorak klasik, tetapi tidak meninggalkan kesan mewah dan elegan di dalamnya. Entah sebuah kebetulan atau memang disengaja, ruangan ini didominasi oleh warna [favorite color], warna kesukaannya. Barang-barang elektronik yang di dalamnyapun [name] yakin harganya sangat mahal.

Satu kata yang dapat mendeskripsikan semuanya, amazing.

[name] cukup bingung, kenapa bisa ia melewatkan kemewahan ini kemarin. Ah, mungkin karena sakit kepala menyerang kepalanya kemarin.

Tok tok tok

Sedang asyik memperhatikan kamar barunya, suara ketukan pintu menginterupsi. "Ah, masuk. Pintunya tidak dikunci, kok." Menyahut pelan dari dalam, walau [name] kurang yakin dengan pernyataannya di akhir.

Pintu terbuka seiring masuknya tiga orang wanita berpakaian seragam—hitam dan putih. Yang [name] yakin, mereka adalah sekian dari banyaknya pelayan di rumah ini.

"Etto ... ada apa, ya?" tanya [name] keheranan.

Satu dari wanita itu membungkuk singkat, sebelum berujar. "Sebelumnya, perkenalkan saya. Saya adalah kepala pelayan di rumah ini, Kizuki."

[name] diam menunggu kelanjutan kalimat wanita itu. "Dan kami datang ke sini atas perintah Tuan Muda untuk mempersiapkan diri anda, Nona. Jadi, mari ikut saya."

[name] mengernyit. "B-Baiklah?"

×

[name] menuruni anak tangga secepat yang ia bisa, namun masih berusaha untuk tidak menimbulkan suara sedikitpun. Netranya menangkap kehadiran Akashi di bawah yang tengah duduk dengan tenang di atas sofa.

"A-Akashi ... -san."

Merasa terpanggil, Akashi menoleh ke arah [name]. "Sudah selesai?"

[name] mengangguk. Kedua tangan mencengkram erat bagian bawah dress yang dipakainya. "T-tapi Akashi-san, apa tidak ada pakaian selain dress? Seperti blus tunik, misalnya?" cicit [name].

"Tidak ada. Maka dari itu aku ingin mengajakmu belanja," tutur Akashi singkat sambil menarik tangan [name] untuk pergi.

Namun, sebelum benar-benar beranjak pergi, Akashi mengucapkan sesuatu yang dapat membuat rona samar hinggap di pipi [name].

"Tapi menurutku, kau terlihat semakin cantik memakai itu."

×

"Pelayan, tolong carikan pakaian yang diinginkan oleh Nona ini." Akashi berujar kepada seluruh pelayan di salah satu butik terkenal.

"Baik, Tuan! Baiklah, silakan ikut kami, Nona." Salah satu pelayan berujar sembari menuntun [name]. [name] memasang wajah tidak enak, sambil melihat ke arah Akashi yang tersenyum tipis.

"Bagaimana dengan yang ini, Nona?"

"Ah, bagaimana kalau anda mencoba blus ini, Nona?"

"Apakah anda ingin mencoba dress ini? Atau blus tunik ini? Atau anda ingin kemeja?"

Berbagai usulan dilayangkan ke [name]. Pusing, [name] mengambil semua yang diusulkan dan mencobanya satu-persatu. Sementara pemuda bermahkota merah sedari tadi hanya memperhatikan dan menilai dalam diam. Cantik, baginya gadis itu cocok dengan pakaian apa saja.

Sekiranya setelah satu jam melihat-lihat dan mencoba berbagai usulan, [name] memutuskan untuk mengambil beberapa blus dengan warna kesukaannya, beberapa kemeja, jeans dan rok panjang, serta beberapa pakaian lain yang diusulkan oleh Akashi.

"Huft ... Akashi-kun, terima kasih sudah mengajakku berbelanja hari ini." Ucapan terima kasih dilontarkan [name] untuk Akashi.

"Tidak masalah." Akashi tersenyum tipis. "Kuharap, kau ingat diriku," sambung Akashi berbisik.

"Ah, Akashi-san bilang apa barusan?" [name] mengalihkan fokusnya ke Akashi, walau tangannya masih sibuk berkutik dengan tas belanjaannya yang cukup banyak.

"Tidak terlalu penting." Akashi tersenyum tipis. "Ah ya, apa kepalamu sempat terasa sakit?"

[name] menggeleng. "Tidak, sekarang aku merasa baik-baik saja."

Akashi mengangguk. "Baiklah, besok kita akan ke dokter untuk memeriksa kondisimu," ujar Akashi.

Akashi mengambil sebagian besar tas belanjaan milik [name]. "Aku tahu ini berat, jadi biar kubawa sebagian."

"A-ah, baiklah."

Akashi melirik gadis di sampingnya. "Satu hal lagi, apa ada lagi hal yang kau ingat?" [name] menimang-nimang dan kemudian mengangguk singkat.

"Aku ... melihat seorang bocah laki-laki bersurai merah di ingatanku, dia menolongku dari sekelompok anak lain. Tapi ... semua masih samar." [name] mengembuskan napas kecil. "Hanya itu yang bisa kuingat untuk saat ini."

Akashi tersenyum tipis. "Baguslah."

"Kuharap kau segera mengingatku kembali, Little [name]."

— hari 1, belanja.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro