¦ 2 ¦

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Kemarin Kise sudah berhasil membuat [Name] marah dan alhasil ia tidak diberi jatah, jatah makanan. [Name] sangat tidak suka saat ia diganggu pada saat tidur kecuali kalau ia dibangunkan oleh orang tuanya--ia takut, pernah sekali ia tidak bisa bangun dan alhasil orang tuanya menyiram [Name] dengan air dingin. Ia masih ingat saat dirinya menggigil karena dingin dan orang tuanya malah tersenyum. Sadis.

Kise masih menjaga jarak dari [Name], satu hari bersamanya saja sudah membuat Kise trauma. Semoga saja orang tua [Name] cepat pulang ke rumah. Setelah membangunkan [Name] bukan hanya tidak diberi makanan, tapi ia sebelum itu ditendang dan itu pas dengan anu-nya. Dimohon untuk tidak diperjelas.

[Name] yang merasa risih karena dijauhi terus-menerus ia pun mencoba mendekati Kise. Kise saat ini duduk di sofa, [Name] ikut duduk di sofa, Kise pergi. Kise sedang membuang sampah [Name] datang Kise pergi lagi. [Name] kini tengah duduk di sofa lagi, mencoba mengabaikan Kise yang sudah menjauhinya. Ia berfikir untuk merancang rencana hebat supaya Kise tidak menjauh darinya lagi.

1

2

3

4

5

[Name] tidak bisa mendapatkan ide, ia mengacak surainya frustasi. Ekor matanya melirik ke arah Kise yang sibuk dengan handphone-nya itu, biasa orang narsis.

Ia pun datang ke Kise tanpa rencana, Kise yang tau [Name] datang langsung mendelik, ia tidak mau lagi mendapatkan tendangan itu, lebih baik tendangan Kasamatsu sang kakak kelasnya tersebut. Saat hendak meninggalkan tempat ia langsung di tarik oleh [Name], entah karena Kise terkejut atau [Name] yang mempunyai tenaga besar. Kise tertarik ia menabrak tembok, untung saja tidak sakit.

Namun, Kise terkejut karena posisi mereka ini sangat familiar tetapi hanya terbalik.

[Name] meng-kabedon Kise.

Harga diri Kise jatuh sebagai laki-laki. Ini terbalik! Ini tidak adil! Mau dipasang dimana harga dirinya?

"Kise-san kenapa kau menghindariku?" ucap [Name] polos.

"Pertama, tolong lepaskan aku!"

[Name] langsung mundur menjauhi Kise, wajahnya memerah saat ia tau apa yang dilakukannya. "T-tolong lupakan yang tadi." ucap [Name] malu-malu.

Kise pun kembali seperti semula, ia menghela napas lega dan mengangguk kepada [Name] sebagai jawaban.

'Mana mungkin tadi itu bisa dilupakan dalam sekejap,' batin Kise.

"Jadi, kenapa kau menghindariku Kise-san?" tanya [Name] yang berusaha menutupi rona merah di wajahnya.

"Itu karena kau menendangku!" jawab Kise sedikit ragu, ia takut salah dalam perkataannya tersebut. Namun, karena sifat [Name] yang menurutnya imut ini langsung ia singkirkan keraguannya tersebut.

[Name] mengingat kejadian kemarin yang menimpa Kise dan juga dirinya, ia sangat ingat, ia menendang Kise dengan tenaga penuh. Pasti rasanya sakit!

"U-untuk kemarin itu kumohon maafkan aku!"

Kise tiba-tiba tersenyum licik, terimakasih kepada otaknya yang sudah merangkai ide yang terbilang, bagus, tapi kenapa hanya pada situasi seperti ini otaknya mulai bekerja?

"Tidak bisa kumaafkan!"

Wajah [Name] memucat mendengar ucapan Kise, "Kumohon maafkan aku, maafkan aku yang telah menendangmu, maafkan aku karena telah membuatmu sakit, maafkan aku yang sudah meminta maaf padamu." Kise membatu, ia tidak pernah menyangka [Name] akan menjawab seperti ini.

Di dalam bayangan Kise,

Jadi apa yang harus kulakukan untukmu sebagai permintaan maaf?

Atau,

Tolong maafkan aku sebagai gantinya kau boleh meminta apapun!

Salah, benar-benar salah. Sifat [Name] sungguh tidak bisa ditebak, ia mengacak surainya frustasi. [Name] masih membungkukkan tubuhnya 180˚. Idenya yang ia rangkai di kepalanya sudah hancur.

"Aaa! Sudah cukup!"

Ia ingin meminta satu hal tadi, tapi ia luluh dengan wajah polos [Name].

[Name] pun kembali seperti semula, ia menatap Kise dengan senang. "Terimakasih Kise-san!" ucap [Name] tersenyum manis. Kise hanya mengangguk sebagai jawaban.

Kise mengerutkan kedua alisnya, 'Kise-san? Bukannya itu terlalu formal kepadaku?' batinnya. Ia lupa sejak kemarin [Name] selalu memanggil Kise dengan 'Kise-san' padahal pada waktu kecil ia memanggil Kise dengan sebutan 'Ryou-kun'. Kise ingat.

"[Name]-cchi! Panggil aku Ryouta saja!" Kise memandang [Name] dengan wajah yang dibuat (sok) imut itu.

[Name] memandang Ryouta dengan bingung, "Memangnya kalau aku tidak memanggil Kise-san dengan nama depan itu mengganggu?" tanyanya.

Kise menggaruk kepalanya, ia terkekeh pelan, "Tidak! Tapi aku ingin [Name]-cchi memanggilku dengan nama kecilku!" jawab Kise dengan semangat yang berkobar di matanya.

'Siapa tau nanti kau akan menjadi Kise [Name] 'kan ssu?' batin Kise.

[Name] mengangguk paham. Ia mencoba menuruti keinginan Kise.

"Uhm! Baiklah akan kucoba Kise-san!"

"Semangat [Name]-cchi!"

"Ryou ... ,"

"AYO [NAME]-CCHI KAU PASTI BISA!"

"Ryouta ... ."

"KAU BERHASIL! COBA UCAPKAN LAGI!"

"Ryouka!"

Kise menganga, "BUKAN RYOUKA! RYOUTA!"

"Ryouta!"

"ULANGI LAGI [NAME]-CCHI!"

"Ryouta!"

"LAGI!"

"Ryouta!"

"LAGI!"

"Ryouta!"

"LAGI!"

"RYOUTA BEGO!"

Ngegas bruh.

Kise kicep. Kicep kuadrat saat [Name] menyebutnya bego. Tadi ia layaknya anak dan juga ayahnya, anaknya [Name], ayahnya Kise.

Kise seperti mendengar [Name] itu layaknya anak yang mengucapkan kata pertamanya. Namun, akhirnya nyesek. Ia antara menyesal dan juga senang. Sungguh kalimat yang diucapkan [Name] itu sangat menancap di hatinya. Sakit, Kise gak bisa dibeginiin.

Kise pun langsung berjalan menuju ke kamarnya, tapi ditahan oleh [Name].

[Name] tersenyum ke arah Kise, Kise langsung merinding.

"Hari kedua membuat terpancing emosi, hari ketiga bagaimana hah?"

-=-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro