I: You

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Kalau ada orang yang buat kamu tidak nyaman, katakan padaku. Tidak boleh ada yang membuatmu menangis, sudah sepantasnya kamu bahagia, Ren."

Kalimat itu terus terngiang di benak wanita dengan model rambut half messy bund, yaitu rambut yang diikat setengah lalu dibuat model cepol. Ini model rambut teruntuk orang yang males ribet dan Renata termasuk ke daftar orang yang males ribet.

Dia sudah bangun dari tadi dan memandang ke sebelahnya. Kalau dulu dia hanya tidur sendirian, sekarang tidak sama lagi. Dia tidak lagi kesepian, selalu ada yang memeluknya setiap malam. Hal favoritnya adalah menatap wajah Arjuna yang masih terlelap.

"Ganteng banget sih? Wajahnya oval." Dia menyentuh dagu pria itu lalu mengelus pipinya pelan. Renata semakin terpesona setiap kali menatap wajah suaminya itu. Mereka sudah menikah satu minggu yang lalu.

Pernikahan yang dihadiri oleh orang tua Renata dan orang tuanya saja. Tidak mengundang banyak orang, bahkan orang kantor pun belum mengetahui kabar ini. Mereka hanya tahu Arjuna, pemilik perusahaan akan menikah, tetapi dengan siapa dia akan menikah mereka masih belum tahu.

Bukan ingin Arjuna untuk merahasiakan hal ini, dia mau-mau saja mengatakan kalau pengantin wanitanya adalah Renata.

Namun, wanita itu bersikeras merahasiakan hal ini. Arjuna tidak ingin membuat Renata bersedih, akhirnya disetujui saja keinginannya itu. Lagipula hal itu tidak merugikan siapapun, jadi tidak masalah.

Selama satu minggu ini mereka berdua tetap bekerja dari rumah, kondisi pandemi sudah berangsur-angsur membaik. Tentu saja ini semua berkat kerjakeras semua, terkhususnya pemerintah dan tenaga kesehatan yang terus bekerja demi nusa dan bangsa.

Seperti pepatah, bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh. Kalau semua orang bersatu untuk patuh mematuhi protokol kesehatan pasti angka positif akan menurun. Tidak ada yang mustahil asal tetap berusaha.

Renata tersentak, dia melamun mengingat betapa manisnya sikap Arjuna kepadanya. Memang lebih dominan sikap cuek dan dingin, tetapi perlahan-lahan dia mulai memperlihatkan sisi manjanya pada Renata.

Wanita itu terus mengusap pipinya lalu menepuk bahunya, awalnya Arjuna mengerutkan dahinya tapi lama kelamaan dia malah semakin nyenyak tidurnya. 

"Oh iya, coba aku cek deh. Kemarin sempat ngobrolin soal kepribadian pria dapat dilihat dari wajahnya. Kira-kira Arjuna kayak gimana ya?"

Jemarinya begitu lihai mengetik di ponselnya, namanya juga kaum milenial pasti hidupnya lebih sering dihabiskan bermain ponsel, bukan? Begitu juga dengan Renata, berbeda dengan Arjuna yang lebih tua darinya. Perbedaan usia ini tidak jadi penghambat bagi hubungan mereka, setidaknya untuk saat ini.

"Ah! Ini dia." Wanita itu begitu konsentrasi membaca setiap kata yang ada di sana lalu tersenyum.

"Kepribadian pria yang wajahnya oval itu suka mengatur, perfeksionis dalam mengerjakan sesuatu dan kata-katanya tajam." Dia menatap menaruh ponselnya di atas meja yang terletak persis di samping tempat tidur lalu merebahkan dirinya.

"Kamu banget ya, Ar?" ujarnya pelan. "Untung aja udah nggak ngasih kata-kata tajam lagi. Ya kalau berani sih kamu tidur di luar," lanjutnya lagi.

Renata masih tertawa pelan begitu Arjuna mengerjapkan matanya. 

"Ren? Tumben udah bangun."

Arjuna bangun dan menyandarkan punggungnya. Dia masih merem sembari menguap sesekali. Ini juga pemandangan favorit Renata, kalau orang kantor tahu seperti apa bos kesayangan mereka ini pasti mereka juga ikut tertawa. 

Dia tahu persis di bayangan mereka, Arjuna adalah sosok yang menyeramkan dengan perkataan yang tajam. Namun, di rumah dia terlihat sangat menggemaskan. Wanita itu mencubit pipi Arjuna saking gemasnya.

"E-eh, apa sih?" Arjuna berusaha menjauhkan tangan Renata dari pipinya, selalu saja setiap pagi pipinya jadi korban kekerasan. Pria itu masih mengusap pipinya yang memerah, Renata kalau mencubit itu pasti keras jadi pipinya terasa sakit.

"Kenapa?" tanya Arjuna lagi.

Renata mengulum senyum lalu mencium pipi Arjuna sekilas. Dia segera turun dari tempat tidur meninggalkan Arjuna yang masih melongo. Wajahnya memerah, Renata dan tingkahnya yang ajaib selalu berhasil membuatnya terpana. Dia juga orang yang berhasil masuk ke kehidupan pria itu, padahal dia sudah menutup pintu hatinya. Namun, wanita itu membuatnya ingin menjalani sisa hidup bersamanya.

Arjuna baru saja berdiri sambil menguap lebar begitu ada suara yang mengagetkannya. Matanya membulat lalu menatap wanita di depannya dengan heran. Arjuna tidak mengatakan apa-apa, masih menunggu apa yang ingin dilakukan Renata selanjutnya.

"Ih malah bengong. Ini sepatu, itu baju sama celana pendek. Kita olahraga yuk!" ajak Renata dengan girang.

"Lho? Hari ini kan kita masuk kerja, Ren?" Arjuna mengerutkan dahinya, apalagi melihat Renata yang tertawa mendengar ucapannya.

"Kamu mau kerja di hari minggu?" Renata berkacak pinggang, dia sudah menduga Arjuna mengira hari ini adalah hari senin. Dia memang orang yang gila kerja, semangatnya tidak pudar meski usianya sudah memasuki kepala tiga.

"Oh ini hari minggu?"

"Gini aja terus sampai doraemon datang ngasih dorayaki ke rumah kita. Udah sana ganti baju pake sepatu, aku tunggu di ruang tamu ya."

Melihat Renata yang begitu bersemangat membuatnya tersenyum. Semangatnya yang membara selalu memberikan energi positif baginya, dia jadi melupakan persoalan kantor yang dipikirkannya sejak dua hari ini. Pria itu sengaja tidak memberitahukan Renata, dia hanya tidak ingin membuatnya kepikiran, apalagi mereka batal berbulan madu dikarenakan kondisi dan pekerjaan yang tidak bisa ditinggal.

"Kalau dia tahu wanita itu datang ke kantor, apa dia masih mau percaya sama aku?" gumam Arjuna. Memikirkan kemungkinan terburuk yang akan terjadi, tapi dia tidak sanggup berterusterang padanya. Setidaknya, tidak sekarang. Suatu saat nanti akan disampaikan padanya. Dia harap bila saat itu tiba, Renata tidak memilih meninggalkannya.

Arjuna segera ke kamar mandi untuk mencuci wajah dan menyikat gigi. Dalam keadaan apapun dia harus tampil rapi, sesuai dengan kepribadiannya yang perfeksionis.

Setelah itu, pria itu mengganti pakaiannya dan menggunakan sepatunya. Arjuna mempercepat langkahnya menuju ke ruang tamu. Di sana Renata sedang minum segelas minuman.

"Hei, maaf lama."

"Nggak papa lagi. Santai aja, nih minum dulu teh hangatnya. Kalau ayahku tahu pasti udah diomelin sih, katanya harus minum air putih hangat dulu setelah bangun tidur karena semalaman tidak ada air yang masuk ke tubuh."

Arjuna mendengarkan saja sembari menikmati segelas teh hangat, dia juga sama seperti Renata suka minum teh hangat. Kalau minum minuman yang hangat-hangat bisa buat dia berpikir jernih lagi dan merasa lebih tenang, itulah yang buat dia menyukai minuman itu.

"Ya mau gimana lagi, anaknya demen minum teh hangat."

Arjuna mengagguk setuju, ya semua yang dibilang Renata juga akan diiyakan saja. Asal isteri senang maka suami pun bahagia, sekarang itu prinsip yang dipegangnya. Kebahagiaan Renata adalah prioritas utamanya.

"Oke, sekarang kita lari pagi!" 

Ketika membuka pintu rumah, udara sejuk langsung membuat bulu kuduk merinding. Mereka menghirup udara dalam-dalam lalu menghembuskannya lagi. Kalau nggak dihembuskan, bisa-bisa mereka masuk ke dunia lain.

-Bersambung-

Note:

Hai semuaaaa! Wah, aku seneng banget. Terima kasih ya udah baca cerita Renata! Ini sekuelnya nih, semoga kalian sukaaa.

Lanjut nggak nih?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro