• Dua •

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

New York. December 26, 2018.

Setelah menunggu ambulans siap dan olah tempat kejadian perkara selesai dilakukan, jasad dari seorang wanita yang diperkirakan meninggal selama lebih dari dua hari – atau sehari sebelum ditemukan – oleh seorang youtuber bernama Aiden Lord itu dipindahkan ke rumah sakit untuk kebutuhan autopsi.

Perlahan tapi pasti, jasad yang bahkan telah berbau busuk dengan bagian tubuhnya yang kaku itu diangkat menggunakan kantung jenazah menuju mobil berwarna putih dengan sirenenya yang menyala. Karena berada di dalam ruangan tertutup dan ditutup oleh selimut, mayat korban lebih cepat membusuk meski udara di sekitarnya dingin, bahkan bersalju.

Setelah mayat tersebut berhasil dipindahkan di tengah – tengah keramaian, Nathaniel segera menghampiri Zach untuk melaporkan sesuatu. "Aku sudah menerima panggilan dari divisi orang hilang dan mereka menyebut ada seorang wanita yang cocok dengan ciri – ciri korban. Pakaian terakhir yang digunakan oleh wanita itu mirip dengan pakaian yang digunakan pelaku untuk mengikat tubuh korban."

Tubuh Zach sedikit berbalik hingga matanya dan mata sipit Nathaniel saling bertemu. "Siapa dia?"

"Jika mereka memang orang yang sama. Korban adalah Maria Pollow, usia 25 tahun, menghilang sejak satu minggu yang lalu, terakhir terlihat di tempat kerjanya pada pukul sembilan malam," terang Nathaniel sembari membaca catatan dalam jurnalnya.

"Dimana dia bekerja omong – omong?"

"Maria adalah seorang pemandu lagu di karoke Family," tandas Nathaniel lagi. Ia kemudian menggeleng tak habis pikir dan menyimpan jurnal kecil di dalam saku celananya yang berwarna kecokelatan. "Manajernya melaporkan Maria hilang setelah dua hari tidak pergi ke tempatnya bekerja."

"Jika aku tidak salah mengingat, dua korban lainnya adalah seorang pekerja di bar dan seorang wanita panggilan." Zach menyilangkan kedua tangannya di dada dan mengernyitkan keningnya dalam – dalam. "Apakah pelaku memang menargetkan korban yang memang memiliki pekerjaan seperti itu? Ini aneh, tapi jelas mengarah pada adanya tindak pembunuhan berantai."

Nathaniel menganggukkan kepalanya setuju sebelum akhirnya mengangkat tangan, menggaruk tengkuk lehernya dengan canggung, lalu tersenyum kikuk di sana. "Ah, sebenarnya begini ...," Ia menggantung kalimatnya di udara, membuat rekannya kini beralih memerhatikannya dengan penasaran. "Aku menerima panggilan dari ketua divisi dan ... dia memintaku menyampaikan sesuatu kepadamu, Zach."

"Menyampaikan apa? Kenapa kau terlihat takut?"

Lagi, Nathaniel tersenyum di sana. Senyuman yang memamerkan seluruh giginya yang putih dan rapih pada Zach. "Karena acara yang dibuat oleh Aiden disiarkan secara langsung dan banyak sekali orang yang menontonnya, ketusa divisi khawatir jika berita ini akan membuat warga panik dan ketakutan. Bukankah sebaiknya kita membuat konferensi pers?"

Zach mendesah pendek dan menurunkan kedua tangannya. "Memang sulit memiliki atasan yang mudah panik seperti dia. Tidak perlu terlalu ditanggapi, aku berjanji untuk tidak mengungkap identitas Aiden sampai kondisi kejiwaannya stabil dan membaik," ujarnya dengan lugas. "Mungkin dia akan mengingat sesuatu yang terlewatkan jika kondisinya lebih tenang. Pastikan bahwa kita menanggapi setiap pertanyaan setelah mendapatkan seluruh informasi, jika salah menyampaikan informasi, kita akan membuat masyarakat semakin panik."

"Baiklah," ucap Nathaniel menurut. "Apakah kau menemukan sesuatu selain sidik jari dan jejak kaki dari para youtuber ini? Mereka bahkan datang ke tempat ini dan tidak menemukan apapun, bagaimana Aiden bisa begitu sial tadi malam. Ia bahkan menemukan mayat di malam natal. Semoga Tuhan memberkatinya."

"Aku sudah memeriksa ponselnya, hanya ada satu panggilan yang tertera di catatan panggilannya."

Mata Nathaniel terlihat terbelalak. "Hanya satu? Bagaimana bisa? Bagaiman dengan pesan?"

Zach mengangkat kedua bahunya, sama – sama tidak mengerti dengan Nathaniel. Bagaimana bisa wanita itu hanya menghubungi satu orang selama belakangan ini. Entah ponselnya sudah disabotase atau memang Maria lah yang sengaja menghapus semua panggilan di ponselnya. "Alex Morton."

"Apa?"

"Orang terakhir yang menghubungi dan berkomunikasi dengan korban adalah Alex Morton," jelas Zach. Ia kemudian mengangkat satu alisnya dan kembali membuka suara. "Apakah kau mengenalnya? Wajahmu terlihat menjawab semua itu."

Alih – alih menjadi lebih tenang, Nathaniel justru semakin heboh. Ia berseru, "Kau tidak mengenal Alex Morton? Sungguh, Zach?!"

Ekspresi Zach berubah datar. Ia lalu bersedekap dan memutar kedua bola matanya malas dan menimpali perkataan Nathaniel yang bahkan diucapkan dengan sangat heboh. "Haruskah aku mengenal semua orang di kota ini?"

Nathaniel mendecih dan mendengus geli setelahnya. "Kau terlalu sibuk dengan Isabella sampai tidak sempat melihat televisi rupanya," sindirnya. Isabella adalah kekasih Zach dan Nathaniel sangat suka menyindir rekannya dengan menyebut nama kekasihnya seperti itu. Membuat Zach semakin kesal dan menatap Nathaniel dengan tak sabar. "Alex Morton adalah seorang penulis muda yang sedang ramai dibicarakan oleh orang – orang di internet berkat novelnya yang mengundang kontroversi."

"Penulis?"

"Ya. Dia sangat terkenal belakangan ini karena novelnya yang berjudul 'Kenapa aku harus mati' karena beberapa kritikus dunia bahkan turut memberi komentar pada novelnya," ucap Nathaniel menjelaskan. Ia kemudian melipat kedua tangannya di dada dan berdecak kagum sembari menatap ke atas, pada langit – langit ruangan yang dipenuhi sarang hewan berkaki delapan. "Dia memiliki karakter yang kuat saat menulis, dai menggambarkan bagaimana kematian itu benar – benar menyenangkan di dalam bukunya."

"Ck. Kau terlihat sanggat menggemarinya, Nathaniel," kata Zach sarkastik. Membuat Nathaniel berdeham dan segera memperbaiki posisi berdirinya di sana. "Lalu, apa lagi yang kau tahu tentangnya?"

"Kudengar dia sedang berada dalam masa 'hibernasi' untuk persiapan peluncuran novel terbarunya."

Dahi Zach berkerut dalam. "Hibernasi? Apakah dia bersaudara dengan beruang kutub?"

Sontak saja Nathaniel memutar kedua bola matanya dengan kesal. Ia sudah tahu jika Zach menyebalkan, tapi dia tidak tahu bahwa rekannya itu benar – benar menyebalkan. "Dia sungguh sedang berhibernasi, Zach. Ia menutup komunikasi dengan seluruh tim novelnya dan manajer nya lah yang membuat pernyataan soal itu," ucap Nathaniel lagi. "Mereka mengumumkannya sepekan lalu, kurasa perilisan novel terbarunya akan dilakukan dau pekan lagi, tepat di awal tahun jika aku tidak salah."

Ada keheningan yang terjadi di sana untuk beberapa saat. Zach tampak menatap lantai yang sudah dipenuhi debu dan sedikit lumpur saat akhirnya terlintas sebuah pertanyaan dalam pikirannya. "Bagaimana bisa ...," Nathaniel ikut menoleh, mengarahkan pandangannya pada Zach. Menunggu rekannya itu melanjutkan kata – kata dengan sabar. "Bagaimana bisa seorang penulis yang bahkan sedang terkenal, popular, mengenal dan menghubungi seorang pemandu lagu karoke yang bisa dikatakan tidak berada di lingkup yang sama dengannya? Apa mereka sungguh berhubungan?"

"Jika idemu yang selanjutnya adalah untuk menemui Alex, aku akan dengan senang hati menemanimu, Zach."

"Ya, idemu cukup bagus," tandas Zach sembari mengangguk – anggukan kepalanya. "Ayo kita pergi menemui Alex Morton. Pastikan kau pergi ke sana untuk melakukan penyelidikan dan bukan untuk meminta tanda tangannya."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro