Bab 12 - Langkah Awal

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Syifa segera menghempaskan tubuh ke ranjang.  Ia memutuskan untuk beristirahat sejenak setelah melewati hari yang melelahkan di sekolah

Sesekali gadis itu mendengar sesuatu berbunyi dari perutnya. Ia tahu cacing di perutnya sudah meminta jatah. Namun Syifa masih enggan untuk menuruti nafsunya.

Setiap hari memang tampak melelahkan bagi Syifa. Semenjak persahabatannya dengan Marco mulai merenggang, ia harus berpikir keras untuk menghindar dan menjauhi mantan sahabatnya tersebut.

Pikirannya kini kalang kabut. Di satu sisi gadis itu masih menyimpan amarah besar karena peristiwa yang membuatnya kehilangan kesempatan untuk menjadi koki. Namun di sisi lain ia dibuat terpana dengan ucapan Marco yang didengarnya kemarin.

Gadis itu mengacak rambut panjangnya kesal. "Marcooooo," teriak Syifa memecah kesunyian di kamar, "kenapa sih loe bikin gue kayak gini! Kesel! Kesel! "

Marco?

Syifa mengernyitkan alis dan memutar manik hitamnya malas.

Tunggu, deh. Kok gue jadi mikirin dia? Enggak! Enggak!
Ini semua salah dan gak boleh terjadi.

Entahlah. Kini gadis itu semakin dibuatnya dilema. Syifa melirik handphone-nya yang tergeletak tak jauh dari tempatnya berbaring.

Tiba-tiba hatinya berkata tanpa aba-aba.

Apa gue chat dia aja ya? Lagian kan gue cuma bilang, iya gue maafin loe. Dan ... kelar deh?

Gadis itu lekas meraih habdphone dan menekan tombol kontak.

Enggaaaak! Ini gak boleh terjadi. Dia yang salah, masa iya gue yang chat duluan?

Lagi-lagi gadis itu mengalami dilema luar biasa. Rasa rindu memang menyelimutinya. Ia begitu merindukan sosok sahabat kecilnya yang selalu menghabiskan waktu bermain bersama.

Untuk saat ini Syifa masih tidak ingin mengalahkan rasa egonya. Ia tetap bertahan dengan keputusan terakhir saat di mana pria itu mengacaukan segalanya.

****


Suasana cukup ramai saat ini. Tampak beberapa orang sedang menikmati hidangan di atas meja. Mulai dari remaja, dewasa bahkan manula, semua begitu menikmati setiap makanan yang disajikan oleh Restoran C'S Steak & Seafood.

Marco melangkah pasti membuka pintu kaca restoran. Beberapa pelayan kini sibuk berlalu-lalang membawa makanan ke meja customer.

Marco memutar bola matanya ke setiap sudut ruangan. Pandangannya pun terhenti ke salah satu waiters yang berdiri di pojok ruangan sembari memegang booknote. Tampilan waiters tersebut terbilang rapi dan bersih dengan mengenakan seragam serta celemek yang melingkar di pinggang

Pria itu lantas mendekatinya dan bertanya. "Mbak, chef Radit di mana ya?"

Senyum kecil terukir di sudut bibir wanita itu. "Chef Radit sekarang di dapur. Lima belas menit lagi shift pagi istirahat, Kak. Ditunggu aja," jelasnya dan hanya dijawab Marco dengan anggukkan kepala tanda paham.

"Makasih, Mbak." Marco lantas meninggalkan restoran.

Dengan langkah pelan pria itu beranjak ke bangku yang terletak  di samping restoran. Tempat ini menjadi pilihannya untuk menunggu Radit.

Marco mengeluarkan handphone dari saku celana. Ia segera menekan kontak seseorang di sana untuk mengirimkan pesan.

To: Pak Radit

Pak, saya sudah ada di depan restoran. Saya tunggu, Pak.

Tak ada balasan dari Radit, Marco pun memutuskan untuk memutar playlist musik di handphone untuk mengurangi rasa jenuhnya. Sebuah lagu kenangan didengar pria itu.

Dulu kita sahabat
Berteman bagai ulat
Berharap jadi kupu-kupu

Kini kita melangkah berjauh-jauhan
Kau jauhi diriku karena sesuatu
Mungkin kuterlalu bertingkah kejauhan
Namun itu karena kusayang.

****

Setelah menyelesaikan kewajibannya, Radit segera menuju loker. Ia mengambil tas dan berniat untuk pulang. Namun langkahnya terhenti saat ia memeriksa handphone.

1 new message received

Tanpa aba-aba pria bertubuh jangkung itu menekan pemberitahuan yang tertera.

From: Marco SMA 25

Pak, saya sudah ada di depan restoran. Saya tunggu, Pak.

Radit melangkah cepat saat melihat waktu pengiriman pesan. Baginya lima belas menit adalah waktu yang cukup lama. Ia tidak ingin terjadi apa-apa dengan siswa trainer-nya.

"Marco!" seru Radit saat maniknya menangkap sosok Marco tengah duduk santai, "sendirian?" tanyanya.

Marco hanya tersenyum dan lantas mengangguk. Ia pun lekas mematikan musik saat Radit sudah benar-benar tiba di sampingnya.

"Tunggu sebentar lagi, ya," jelas Radit.

Marco tak mengerti apa yang dimaksud pria ini. Ia kembali tersenyum dan menganggukkan kepala sebagai jawaban.

Sejak kedatangan Radit, Marco hanya sibuk menunduk menatap layar handphone. Sesekali senyum membentuk di sudut bibirnya.

Radit cukup dibuat penasaran hingga akhirnya lelaki itu mengintip apa yang sedang dilakukan Marco sedari tadi.

"Kalau kamu sayang dia, jaga dan buat ia bahagia tertawa bersamamu. Jangan biarkan lelaki lain menghapus air matanya." Suara serak Radit membuat Marco kaget.

"I - iya, Pak. Itu ha - harus," gagap Marco saat menjawab pernyataan Radit.

Tak lama kemudian Radit melambaikan tangannya kepada seseorang di seberang jalan. Marco yang sedari tadi memainkan handphone langsung penasaran dengan sosok tersebut.

Sosok wanita yang mengenakan t-shirt dan jeans biru itu mulai mendekati mereka. Wajahnya cukup cantik dengan balutan pasmina berwarna peach.

"Maaf lama nunggu, ya," ujarnya saat tiba di tempat Marco dan Radit duduk. "Kenalin saya Alsha Dina, pendamping kalian sekaligus juri trainer," jelas Alsha memperkenalkan diri

Marco mengangguk pelan mendengar wanita itu. Ia tak banyak berkutik saat Alsha menjulurkan tangan kepadanya.

****

Bersambung

Pembaca yang baik hati, jangan lupa tekan tanda bintang di sudut kiri bawah, ya.
Jangan lupa juga komentar, kritik, dan sarannya. Aku tunggu 😉😉

elinaqueera 😊😊

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro