Part 15 - Memulai Kembali

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Setelah meyakinkan diri, Syifa bergegas mengambil tas selempang miliknya. Langkah kakinya tertuju ke luar ruangan. Kepalanya celingak-celinguk mencari sosok malaikat tak bersayap.

Seperti memiliki telepati pada diri satu sama lain, ternyata wanita itu pun tengah mencari putri semata wayangnya.

"Mama dari mana?" Tanpa aba-aba gadis itu mendaratkan pelukan hangat kepada Lidia.

"Hari ini kamu mulai trainer kan?" tanya Lidia seolah tahu apa yang akan dikatakan anaknya.

Syifa menganggukkan kepala kemudian mendongakkan wajah demi menatap manik hitam Lidia. "Doain Syifa ya, Ma,"

Lidia mengusap pelan rambut hitam Syifa yang tergerai. "Iya, Sayang. Mama pasti akan selalu mendoakan yang terbaik untuk kamu."

Seketika ketakutan Syifa mendadak lenyap. Keraguannya untuk mengikuti trainer ini dan mengulang kisah silamnya musnah seiring dengan sentuhan lembut tangan Lidia yang seolah menstransferkan energi keberanian.

Syifa mengeratkan pelukannya di tubuh Lidia. Ia tahu, tak ada tempat yang paling menenangkan selain berada dipelukan wanita yang telah merawatnya selama lebih kurang tujuh belas tahun.

"Makasih, Ma. Kalau gitu, Syifa berangkat dulu," pamitnya sembari mencium takzim tangan malaikat tak bersayapnya.

Tak lama suara klakson motor terdengar dari luar rumah. Siapa lagi kalau bukan Eva, partner training Syifa selama satu minnggu ke depan.

Ibu dan anak itu lantas menuju ke luar, menemui Eva yang ternyata sedang duduk santai di jok motor.

"Eh, Mama Lidia. Belum berangkat kerja, Ma?" Eva lekas turun dan menghampiri Lidia untuk mencium tangannya.

"Bentar lagi, Va," jawab Lidia singkat.

"Kita pergi dulu, Ma. Doain kita supaya menang." Eva berujar sembari menunjukkan baris giginya yang rapi, membuat Lidia hanya membalas tersenyum.

"Menang atau kalah itu hal biasa. Lakukan dengan sebaik mungkin, karena hasil tidak akan pernah menghianati usaha," nasihat Lidia kepada Eva dan Syifa, "hati-hati ya, jangan ngebut," lanjutnya.

"Siap, Ma," kedua sahabat itu kompak menjawab dan kemudian menghilang dari pandangan Lidia.

****

"Kita gak salah alamat, kan?" Syifa mengelilingkan pandangan melihat suasana sepi di sekitar restoran.

"Gak lah! Tuh lihat tulisannya," Eva mengarahkan telunjuknya kepada papan nama restoran.

"C'S Steak & Seafood Resto," bisik Syifa mengeja setiap kata yang tertera.

Seketika semringah tergambar di wajahnya. Rasa tak percaya menghinggapi gadis itu.

"Waaah, gila! Ini restoran apa hotel, ya? Kok keren banget," puji Syifa sembari terus memandangi interior desain restoran, "udah kayak hotel bintang lima di Yunani," tambahnya.

Restoran dengan desain Yunani kuno ini memang layak disebut sebagai hotel. Bagaimana tidak, gedungnya terdiri dari tiga lantai dengan dinding kaca serta ukiran bergaya Romawi di setiap sudutnya.

"Ini restoran, Syifa, bukan hotel. Lihat aja tuh, banyak banget meja sama kursi disusun. Kalo di hotel kan adanya kasur!" jelas Eva membuat Syifa membulatkan bibirnya.

Gadis berambut panjang itu menyengir memandangi sahabatnya yang kini mengernyitkan dahi.

Eva memutar bola matanya, mencari seseorang yang bisa dijadikan tempat bertanya. Untungnya ada seorang satpam yang baru saja tiba.

Bergegas Eva menghampiri pria dengan pakaian seragam lengkap. "Permisi, Pak. Mau tanya," ujarnya.

Pria itu menoleh ke sumber suara dan kemudian berujar. "Oh iya. Ada apa, Dik?"

"Tempat peserta trainer masak restoran di mana, ya?" tanyanya.

"Oh Adek ini mau training, ya. Di sebelah kiri itu, adek lurus aja. Nah, nanti ada pintu tulisannya staf only, Adek masuk aja di sana," jelas satpam tersebut menunjuk ke sisi kiri restoran.

"Oke, Pak. Makasih infonya."

Eva dan Syifa pun mengikuti jalur yang telah dijelaskan. Benar saja, dalam hitungan menit kedua sahabat itu menemukan tulisan yang dimaksud.

"Bener ruangan yang ini apa, ya?" Eva mencoba memastikan.

"Bener dong, tuh lihat tulisannya. Staf only," jelas Syifa mempraktikkan gaya bahasa satpam tadi.

"Tapi kok masih sepi banget, ya? Gak ada pembeli satu pun?" Eva kembali meragu.

"Ya iyalah belum ada pembeli, restoran aja buka jam sepuluh, dan sekarang ini masih jam sembilan." Syifa endenguskan napas kasar, "udah masuk sana, Va," desaknya kepada Eva.

Tanpa menunggu aba-aba gadis tomboi itu lebih dulu masuk ke dalam dan meninggalkan Syifa yang masih berada di belakang.


Saat hendak membuka pintu besi tersebut tiba-tiba sebuah interupsi menghalaunya.

"Syifa, tunggu!"

Suara yang memang sudah tidak asing di telinganya. Suara yang dulu selalu menemani hari-harinya. Dan suara yang telah menghancurkan impiannya.

"Marco? Iya itu suara Marco," desahnya pelan.

Seketika gadis itu terbujur kaku di tempatnya berdiri. Ia tak tahu harus melakukan apa dan bagaimana. Yang jelas suara langkah kaki kian mendekat.

Semakin dekat pria itu mengjampiri Syifa, menyebarkan aroma khas minyak wangi Broken Angel ke sekitar tubuh Syifa.

Syifa memejamkan matanya, tak mampu melihat pemandangan yang sama sekali tak ingin ia ulangi.

Dan sosok itu kini berdiri tepat di sampingnya, membukakan pintu besi berwarna abu-abu dan mempersilakannya masuk.

"Silakan masuk duluan," titah lelaki berperawakan hitam manis yang kini berdiri di depannya.

Setelah mengatur napasnya yang berderu tak karuan, Syifa akhirnya telah mengumpulkan sedikit keberaniannya. Matanya memandang malas dan melangkahi pria itu tanpa mengucapkan terima kasih.

Lelaki itu hanya tersenyum melihat perlakuan gadis yang mampu membuat jantungnya berdetak hebat.

****

Bersambung

Pembaca yang baik hati, jangan lupa tekan tanda bintang di sudut kiri bawah, ya. Jangan lupa juga komentar, kritik dan sarannya, aku tunggu. 😉😉

elinaqueera 😊😊

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro