Sosok Asli

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Deva menghembuskan nafas berat sambil melihat ke arah hutan abu-abu.

"terlihat berat sekali," Kata seseorang dibelakang Deva.

Deva berbalik dan melihat Devis melihatnya dengan tampang datar. "Oh ternyata kau... aku kira siapa," Kata Deva sambil melihat ke depan lagi.

"Menurutmu siapa yang berani? Semuanya diam saat di perjalanan bukan?" Tanya Devis sambil berjalan dan duduk di sebelah Deva.

"Hah... kau betul..." Deva diam sesaat, "kau juga diam." Kata Deva sambil melihat Devis.

"Karena aku lagi nggak mood berbicara," Kata Devis cuek.

"Alasan," Kata Deva lalu kembali melihat ke depan.

keheningan terjadi diantara keduanya, "Tadi itu kakakmu?" Tanya Devis.

"Bukan bibiku!" Kata Deva kesal yang mebuat Devis melihat Deva bingung.

"Ya kakakku lah! Tadi aku bilang apa?" Tanya Deva balik karena kesal sambil melihat Devis.

"Hahaha... iya ya... maaf," kata Devis cengar-cengir.

"Kau kenapa sih? Tidak suka suasana hening?" Tanya Deva.

"Iya memang. Kadang kalau hening tidak enak," kata Devis sambil memandang langit.

"Sama sih," kata Deva sambil menopang dagu.

"Pastinya iyalah... kitakan kembar. Jadi tidak banyak perbedaan bukan?" Tanya Devis sambil tersenyum.

"Iya, mungkin," kata Deva sambil tersenyum manis.

Deva dan Devis saling bercanda dan tidak tau ada yang menguping dari balik tembok.

"Menguping itu tidak baik loh..." bisik bunda Deva ke Andy yang enggan ke Deva.

"UWAAAA.." Teriak Andy, walau tidak keras Deva dan Devis mendengar dan menuju sumber suara.

"Ada apa kak?" Tanya Deva.

"Ah... tidak... hanya... kaget," kata Andy terbata-bata.

"Nguping?" Tanya Devis.

"Bukan! Hanya... tak sengaja," kata Andy ketakutan.

"Mau ke mana?" Tanya Deva.

"Nyusul kamu," kata Andy melihat ke Deva dengan mimik muka yang tidak berubah.

"Sudah berapa lama di situ?" Tanya Devis lagi.

"Ehm.... 5... menit... mungkin..." kata Andy sambil menghitung.

"Itu sama saja nguping!" Protes Deva dan Devis bersamaan dengan wajah datar.

"Maaf..." kata Andy tertunduk lesu.

"Oh iya kak mumpung kakak di sini nih... aku mau kasih tau keluarga kandungku," Kata Deva sambil mengenalkan satu per satu.

"Yang ini ibuku," Kata Deva sambil berdiri di samping bundanya.

"Hai," kata Bunda Deva ceria.

"Halo..."

"Dan yang ini saudara kembarku, Devis," kata Deva sambil berdiri di samping Devis.

"Halo," Kata Devis dengan tampang datar.

"Halo.."

"Saya ayahnya Deva. Salam kenal," Kata seseorang di balik bunda Deva. Ternyata itu ayah Deva. Sudah taukan?

"Salam kenal..."

"Kaku," Kata Deva.

"Ya... maaf," Kata Andy pelan.

"Jangan terlalu sopan seperti itu," Kata ayah Deva yang di selingi tawa.

"Dan jangan bahasa kasar," Kata bunda Deva.

"Deva apakah urusanmu sudah selesai? Karena kami memutuskan untuk berunding tentang renacana kali ini," Kata Leo tiba-tiba.

"Ha~ah... pengganggu. Okeh deh aku mau!" Kata Deva yang tadinya lemas langsung berubah ceria.

"Yang mana yang betul?" Tanya Leo bingung.

"Sudah ayo-ayo!" Seru Deva bersemangat sambil berjalan menuju ruang tamu.

Sesampainya di ruang tamu banyak yang melihat Deva dengan kaget dan kawatir.

"Yo Deva, apa kau tidak apa-apa?" Tanya Edward.

"Menurutmu?" Tanya Deva balik.

"Sudah sepertinya...." kata Edward pelan.

"Itu jawabannya. Sudah apa yang punya renacana?" Tanya Deva lagi.

"Ada yang pikir untuk menyerangnya secara bersamaan," Kata Hayate.

"Rencana siapa tuh? Kacau banget," Tanya Deva kaget.

"A-aku..." kata Chloe mengangkat tangan dengan takut-takut.

"Hehehe... terimakasih usulnya Chloe, tetapi sebelum mengusulkan lebih baik kau memikirkan akibatnya," Kata Deva lembut.

"Tak aku sangka kau juga bisa berbicara lembut," Kata Katryson kaget.

"Permisi ya Son, aku itu cewek," Kata Deva sidikit kesal sambil menaikan kepalan tangannya agar sejajar dengan bahu, tatapan yang tajam dan senyum yang mengerikan.

"Ma-maaf..." kata Katryson yang merinding melihat dan mendengar itu.

"Deva, apa yang kau rencanakan kali ini?" Tannya Shafira.

Deva terlihat sedang berpikir sambil melihat orang-orang yang melihatnya penuh harap.

"Kau bisa mengandalkan kekuatan fisikku kok! kakakmu inikan jago...."

"Aku sudah tau," Potong Deva dengan wajah datar.

"Kalau memakai teknik yang sama itu sama sekali tak berpengaruh loh..." kata sebuah suara di belakang Deva.

Deva berbaik dan berkata "Oh kau... aku tau, karena itu aku sedikit kesusahan. Bisa kau bantu?"

Semua yang di sana kaget melihat siapa yang datang. Di belakang Deva berdiri seorang anak kecil yang terlihat lebih muda dari pada Deva, yang memakai kimono biru dan membawa kipas biru juga. Oh iya, yang tidak kaget selain Deva hanya Devis saja.

"De-Deva... ka-kau... ta-tau..."

"Tau kok kak Leo. Dia burung hantu pembohong yang dari tadi melihat ke arahku saat aku di jendela tadi," Jawab Deva enteng.

Semuanya dalam fase penyembuhan, jadi tak ada yang bergerak selama beberapa detik. Tapi karena kaget lagi, fase penyembuhannya agak lama.

"Jadi... apa yang bisa kubantu?" Tanya burung hantu yang berwujud manusia itu.

"Begini Aoi-chan, apakah kau tau kelemahan penyihir hitam?" Tanya Deva.

"Tu-tu-tung-tungu... Aoi...-chan?" Tanya Katryson.

"Iya, karena ia biru jadi Aoi. Karena ia memakai kimono jadinya pakai bahasa jepang plus chan." Kata Deva polos.

Lagi-lagi semua terdiam karena kepolosan Deva yang aneh bin ajaib itu.

"Apa kau tidak masalah dengan nama itu?" Tanya Hayate.

"Sebenarnya itu memang namaku yang diberikan oleh pembuatku," kata Aoi-chan.

"Eh? Pembuat?" Tanya kak Leo bingung.

"Ah iya. Sebenarnya aku bukanlah manusia, hewan maupun siluman," Kata Aoi-chan yang menutupi mulutnya saat berkata 'siluman'.

"Lalu kau itu apa?" Tanya Chloe.

"Hm... mungkin kalian menyebutnya manusia buatan?" Kata Aoi-chan bingung sendiri.

"Aku tak peduli. Yang aku tau Aoi-chan itu ya Aoi-chan," Kata Deva semangat sambil memeluk Aoi-chan.

"Terimakasih Deva. Maaf yang saat itu aku..."

"Tak masalah untukku! Yang lalu biarlah berlalu yang sekarang ya sekarang," Kata Deva yang masih memeluk Aoi-chan.

Aoi-chan tersenyum senang.

"Ngomong-ngomong soal orang yang membuatmu, siapa namanya?" Tanya ayah Hayate.

"Mm... maaf, aku sendiri tak tau. Dia sering di sebut doktor, sensei, profesor dan pak." Kata Aoi-chan sambil mengingat-ingat.

Deva menggigit bibir bawahnya untuk menahan tawa dari kata terahir Aoi-chan. Yang lainnya menganga kecil.

"Selain itu, dia mempunyai sihir tumbuhan," Kata Aoi-chan melanjutkan perkataannya.

Semuanya kaget untuk ya ke sekian kalinya.

"Karena itu aku mencoba untuk membantu Deva. Untuk menebus itu..." kata Aoi-chan yang mimik mukanya mulai sedih.

"Oke! Aku terima! Aku juga butuh bantuan juga sih," kata Deva yang sedikit memeriahkan suasana.

"Baik!" Kata Aoi-chan semangat.

"Aku kira kau orangnya dingin-dingin dewasa," Kata Katryson.

"Dingin? Kau kedinginan? Aku biasa aja." Kata Devis.

"Bukan begitu! Kau dan Deva sama saja!" Kata Katryson jengkel.

Deva dan Devis sama-sama mengeluarkan lidah sambil menahan tawa.

"Namanya juga kembar..." kata ayah Devis pelan.

Katryson hanya bisa diam dengan wajah aneh yang di buat-buat. Semuanya tertawa karena wajah aneh Katryson.

"Baiklah! Kembali menyusun rencana!" Kata Deva semangat.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro