1. Masuk Kembali ke Dunia Sihir

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

.

.

.

~Dunia Sihir~

"Hah... hah... hah..."

Bruk!

"Haafkan aku, aku terlambat," kata seorang gadis yang menenangkan nafasnya.

"Tidak apa-apa. Apa semuanya sudah di sini?" Tanya seorang bapak.

Ada seorang laki-laki yang menganguk sambil tersenyum.

"Baiklah, buka portalnya!" Perintah bapak itu.

"Baik!" saut 2 laki-laki lain.

Ada 2 anak yang sudah bersiap. Setelah portal iu terbuka ke-2 anak itu langsung loncat ke dalam portal itu.
.
.
.
Sementara itu di Bumi, tepatnya di Surabaya-Indonesia.

"Halo bu."

"Oh Deva kau sudah pulang."

"Belom, masih di luar," Kata Deva.

"Lalu kau siapa?" Tanya ibu sok nggak kenal.

"Bayangannya," Jawab Deva acak.

"Oh, siapa namamu?" Tanya ibu sambil tersenyum.

"Bu..."

"Hahaha bercanda. Kenapa Dev?" Tanya ibu.

"Apa ibu sudah masak? Aku sangat lapar," Gerutu Deva sambil memegang perutnya.

"Sudah kok."

"Apa saja?"

"Lihat saja sendiri," Kata ibu lalu tertawa kecil.

"Huh... curang," Kata Deva sambil sedikit memajukan bibirnya.

"Hahaha... kau punya kaki untuk berjalan, mata untuk melihat dan dua-duanya masih lengkap bukan? Lakukanlah sendiri."

"Iya-iya."

"Sudah ya, ibu mau berangkat lagi," kata ibu sambil berdiri lalu berjalan ke pintu keluar.

"Baiklah. Hati-hati ya, sukses bu," kata Deva sambil melambai.

Ibu hanya membalas melambai lalu menutup pintu keluar.

Deva berjalan menuju ruang makan dan melihat apa yang di masak ibunya. Ternyata ada ikan, tempe, tahu dan ayam. Yah lumayanlah. Tiba-tiba Deva terdengar suara orang terjatuh, tetapi suaranya tak terdengar jelas. Karena tidak ada suara lagi Deva menganggap suara tadi hanyalah halusinasi dan berjalan mengambl piring.

"Wuah... kelihatannya enak." Kata Riki yang tiba-tiba ada di belakang Deva.

"Iya dong. Ibumu yang masak pasti enak," kata Deva sambil tersenyum.

"Ooo hari ini ibu yang masak ya? Aku kira kak Deva." Kata Riky.

"Aku aja baru nyampe. Nggak makan?" Tanya Deva yang melihat Riki memutarkan badannya.

"Nanti, aku mau melakukan sesuatu dulu," kata Riki menoleh ke arah Deva sebentar lalu berbalik lagi menuju kamarnya yang ada di antai 2.

Beberapa menit berlalu, Deva telah selesai makan dan menaruh piringnya di tempat cuci piring di dapur. Saat keluar dapur Deva tak sengaja berpas-pasan dengan Riky.

"Oh Riky, dah laper ya?" Tanya Deva yang seharusnya tak perlu di Tanya.

"Yaiyalah, masak aku ke sini mau main laptop?" Tanya Riki.

"Hahaha iya deh, selamat makan," kata Deva sambil berjalan ke arah kamarnya yang juga berada di lantai 2.

Deva berjalan santai ke kamarnya.

"(huh... panas banget... suer... hujan dong...,)" pikir Deva sambil menggerakan kerah bajunya.

Saat Deva membuka pintu kamarnya...

JRENG!

Ada 2 anak yang lebih muda dari pada Deva yang sedang mengosok-gosok salah satu badannya.

"HEEEEEEEH!?!?!?" Teriak Deva kaget.

Riky kaget mendengar teriakan Deva dan langsung berlari ke sumber Teriakan Deva.

"Ada apa kak?" Tanya Riky.

"Kalian... siapa..?" Tanya Deva dan Riky bersamaan.

"Um..."
.
.
.
Masih dalam ruangan Deva.

"Oh... jadi kalian berdua dari dunia sihir toh..."

"Iya kak Deva. Nama saya Rose. Dia adalah Eric," Kata Rose memperkenalkan dirinya beserta laki-laki yang ada di sebelahkanya.

"Lalu kenapa kalian ke sini?" Tanya Riky.

"Sebenarnya Raja telah di manfaatkan," kata Eric ragu-ragu.

"Kenapa bisa? Siapa yang memanfaatkan Raja?" Tanya Deva.

"Um... itu... sepertinya penyihir hitam."

"Hah?! Bukankah penyihir hitam sudah tersegel?" Tanya Deva kaget.

"Iya, sepertinya murid penyihir hitam," Kata Rose gugup.

"Murid?" Tanya Riky.

"Aku baru tau dan tidak percaya penyihir hitam mempunyai murid," kata Deva sambil mengingat-ingat.

"Ya... sebenarnya itu juga masih kemungkinan," kata Rose.

"Rasanya topiknya bukan karena raja yang di manfaatkan deh, tetapi mengenai pembunuhan. Yaampun..." kata Deva sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Ah... kau benar..." kata Rose dan Eric bersamaan.

Sedangkan Riky hanya diam karena bingung.

"Jadi... apakah kau mau..."

"Tidak." Kata Deva tegas.

"Eh... bahkan aku belum menjelaskannya," kata Eric kaget.

"Aku tau, kau pasti meminta bantuanku untuk mengalahkan murid penyihir hitam bukan?" Tanya Deva santai.

"Itu betul..."

"Jadi aku menolak," Kata Deva tegas.

"Kak Deva..."

"Maaf, kalau boleh tau mengapa?" Tanya Rose kawatir.

"Hah... bukankah aku telah di usir dari Dunia Sihir? Bagaimana caraku bisa datang ke sana?" Tanya Deva.

Rose dan Eric hanya menunduk.

"Em.. jika kakak berubah pikiran, kakak tinggal membaca ini besok. Kami permisi," Kata Eric sambil menyerahkan selembar kertas yang sudah di lipat.

Eric dan Rose bangkit berdiri. Tiba-tiba muncul portal si samping mereka dan mereka langsung loncat ke dalam portal itu.

"Kak, mengapa kau menolaknya tadi? Bukankah itu terlalu kejam?" Tanya Riky.

"Sebenarnya aku takut," Kata Deva sambil menunduk.

"Hah? Apa yang takuti kak? Apakah karena kau sudah lama tidak ke Dunia Sihir kau menjadi pengecut? Atau kau takut tak akan di terima?" Tanya Riky.

"Tentu saja tidak keduanya. Aku punya firasat buruk. Saat aku mendengar Dunia sihir dari mulut mereka. Entah kenapa aku tidak enak," kata Deva yang masih menunduk.

"Kau tidak membenci Dunia Sihir bukan kak?" Tanya Riky.

"Ya tidak mungkinlah! Kau tau bukan Dunia Sihir adalah tempat kelahiran orang tua kandungku. Jadi secara tidak langsung aku berasal dari sana bukan?"

"Kalau begitu lindungilah Dunia Sihir. Lindungilah keluargamu kak. Kenapa kau harus takut?" Tanya Riky sambil berdiri.

Deva diam sejenak lalu tersenyum.

"Kau benar," Kata Deva sambil tersenyum senang.

"Benarkan? Riky gitu loh," Kata Riky dengan nada sombong.

"Tapi sejak kapan kau jadi bijak begini? Apakah hari ini akan ada hujan badai?" Tanya Deva sambil melihat ke luar jendela.

"Enak saja! Sudah aku mau makan lagi!" kata Riky sambil berjalan keluar kamar Deva.

"Hahaha... ok selamat makan," Kata Deva sambil melambai.

"Hah... sudah berapa tahun ya? Sudah 3 tahunkah? Selama itu? Huaaah aku bingung! Sangat bingung. Kenapa perasaanku nggak enak ya?" Tanya Deva kebingungan sendiri.
.
.
.
Keesokan paginya.

"Pagi Deva," Sapa Loly.

"Pagi Loly," Sapa Deva sedikit lemas.

"Ada apa Dev? Kok nggak semangat gitu?"

"Yah...."

Akhirnya Deva menceritakan kejadian yang ia alami kemarin.

"Oh..."

"Lalu aku harus bagaimana?" Tanya Deva.

"Ya bagai mana lagi selain membantu mereka," kata Loly.

"Kau benar sih... tapi..."

"Tapi apa? Sudah pergi saja nggak papa. Lagian mulai besok kita libur karena kelas 12 ujiankan? Akan aku beritahu pengumuman dari sekolah kalau ada. Akan aku bantu kok," Kata Loly sambil tersenyum.

"Aku harap akan cepat selesai," Kata Deva lalu menghembuskan nafas pasrah.

"Kau benar. 3 tahun yang lalu hampir memakan 1 bulan ya?" Tanya Loly mengingat-ingat.

"Ya... hampir 3 minggu. Walau aku sama sekali tak merasa 3 minggu," Kata Deva sambil melirik ke arah lain.

"Hahaha... kau pasti terlalu menikmati ya," Kata Loly

Deva hanya tersenyum dan berjalan menuju tempat duduknya Karena kelas sudah hampir di mulai.
.
.
.
"Aku pulang," kata Deva saat sampai di rumah.

"Huh... nggak ada orangkah?" tanya Deva dalam keheningan rumahnya.

Deva berjalan ke arah dapur dan berencana memasak sesuatu. Tiba-tiba Deva mendengar suara pintu terbuka.

"Halo Deva. Kau nggak perlu memasak. Ibu baru saja membungkuskan sesuatu," Kata ibu yang menunjukan kantung keresek.

"Baiklah bu. Ibu ada waktu," tanya Deva.

Ibu hanya tersenyum sebagai jawaban, "iya."

Akhirnya sembari memakan Deva menceritakan kajadian yang ia alami kemarin di kamarnya.

"Eh? Murid? Ibu baru tau deh," kata ibu setelah Deva selesai bercerita.

"Ya aku juga baru tau kemarin," kata Deva.

"Kalau begitu pergi saja," kata ibu.

"Em..."

"Kamu ijin aja besok sampai beberapa minggu. Nanti ibu yang ngurus kamu tenang aja," Kata ibu.

"Ya... masalahnya aku akan libur mulai besok selama 1 minggu-an karena kelas 12 ujian bu," kata deva

"Oh ya bagus toh," kata ibu sambil tersenyum.

"Hm... jadi aku mendingan pergi saja ya?" Tanya Deva ragu.

"Uya, memangnya kenapa? Kau takut bertemu teman-teman lamamu?" Tanya ibu.

"Bukan, mungkin sih.. tapi bukan karena itu kok," kata Deva kayak salting.

"Hahaha bener?"

"Iya! ... Kayaknya..."

"Hahahaha... Deva, karena Dunia itu kau jadi bisa bertemu teman-temanmu bukan? Apa kau membenci teman-teman mu?" Tanya ibu.

"Tentu saja tidak," jawab Deva cepat.

"Kalau begitu ucapkan rasa terimakasihmu kepada Dunia Sihir, karena ada Dunia Sihir kau jadi bisa bertemu teman-temanmu. Dengan cara melindunginya. Menghormati sesuatu atau seseorang tak perlu melakuka hal yang besar. Cukup yang paing kecil. Tetapi jika kau di perlukan untuk melakukan sesuatu kau harus mau," jelas ibu sambil tersenyum senang.

"Baik bu. Terimakasih," kata Deva sambil tersenyum lalu berdiri sambil membawa piring.

"Sama-sama. Bersiaplah dan pakailah baju yang paling nyaman dan simple untuk bergerak bebas," kata ibu.

"Ok siap!" kata Deva sambil menaruh piring di dapur.

Setelah dari dapur Deva langsung menuju kamarnya untuk bersiap-siap. Deva membuka lemarinya untuk mencari tab DS (Dunia Sihir). Setelah ketamu Deva langsung mencari benda-benda penting dan menyimpannya ditab DSnya.

Deva langsung mencari kaus yang kainnya adem dan celana pendek yang membuat Deva leluasa bergerak. Deva mengucapkan sesuatu sambil memegang jaketnya. Setelah selesai mengucapkan sesuatu, jaket yang Deva pengang semakin logger dan lebih bersih. Deva mengambil cincinnya di kotak yang ada di atas meja dan langsung memakainya.

"Kak Deva jadi pergi?" Tanya Riky yang tiba-tiba ada di depan pintu kamarnya.

"Iya," Kata Deva singkat sambil tersenyum.

"Semangat!" kata Riky.

"Hati-hati ya," Kata ibu yang sudah ada di belakang Riky.

"Iya, terimakasih. Aku berangkat dulu," Kata Deva dengan kertas yang di berikan Eric sudah di tangannya.

Ibu dan Riky mengangguk lalu melambai ke arah Deva.

Deva memakai jaketnya dan menutup kepalanya dengan penutup kepala yang ada di jaketnya. Lalu membaca apa yang ada di kertas itu. Deva menutup matanya karena ia mengikuti instingnya.

. . . . .
Tara.... Jeng jeng jeng.... Ini dia awal dari season 2.
Ngekrik ya? Hehehehe...
Semoga kalian suka aja ya...
Jangan lupa voment :)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro