4A. Kekuatan YinYang

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Esok paginya, Devis membuka pintu tendanya. Ia melihat api bekas api unggun yang dipakai semalam dan tenda teman-temannya yang tertutup rapat. Devis berjalan ke sembarang arah. Tak sengaja ia melihat Deva yang sedang melakukan kuda-kudanya.

"Oh, pagi," Sapa Deva.

"Pagi, kau bagun pagi juga," kata Devis sambil mendekati Deva.

"Aku selalu bangun pagi, bel masuk sekolah di negaraku mulainya pagi. Jadi aku terbiasa bagun pagi," Kata Deva.

"Oh iya, beberapa tahun lalu kau juga sama ya," Kata Devis yang baru mengingat.

"Betul, kalau kau sendiri?" tanya Deva.

"Tidurku tak begitu nyayak karena perkataan Leo semalam," Kata Devis dengan wajah yang terlihat sangat capek.

"Kau benar," kata Deva sambil kembali mengingat apa yang di katakan Leo semalam.

#flasback On.
"Kalian harus berlatih menggunkan kekuatan Yin dan Yang itu," kata Leo yang sebelumnya mengajak Deva dan Devis menjauhi teman-teman mereka.

"Menagapa?" tanya Deva.

"Musuh kali ini sangatlah berat. Aku rasa kalian akan menggunakan kekuatan itu dalam waktu yang cukup lama,"kata Leo.

"Itu benar juga, musuh kali ini akan lebih kuat," Kata Devis.

"Belum belum di tambah target kita," Tambah Deva.

"Itu benar. Jadi kalian harus mempersiapkan diri," Kata Leo

"Baik," Kata Deva dan devis sambil mengangguk.
#flashback Off.

"Tapi bukankah kau kira-kira sudah mengetahui sekuat apa musuh yang kita hadapi?" tanya Deva.

"Iya, tetapi yang paling yang aku pikirkan itu kata-katamu tau," Kata Devis dengan wajah kesal.

"Yang mana?" tanya Deva dengan tampang polosnya.

"Tambahan mengenai target kita,"kata Devis kesal.

"Hehehehe... tetapi kau sudah mendapat pelajaran cara menggunakan sihir yang baik dan benar bukan? Jadi seharusnya kau tak perlu takut."

Devis menutup mulutnya yang menguap sejenak, "itu benar tetapi aku bukanlah orang yang provesional," Kata Devis pasrah.

"Hei jangan begitu dong. Biar tidak ngantuk dan tambah semanagat begaimana kalau kita mulai?" tantang Deva.

"Sepertinya menarik," Kata Devis dengan senyum sinis.
.
.
Saat Leo terbangun ia mellihat masih sepi dan tidak ada tanda-tanda yang mencurigakan di sekitar tenda-tenda itu. Tiba-tiba saja pintu tenda Hayate terbuka. Terlihatlah Hayate yang baru bangun dengan rambut yang sedikit acak-acakan.

"Selamat pagi Leo," Sapa Hayate.

"Selamat pagi Hayate, sebaiknya kau merapikan rambutmu," kata Leo sambil menunujkan rambutnya.

"Oh hahaha... maafkan aku," kata Hayate yang langsung merapikan rambutnya dengan tangannya.

"Wah ternayata sudah ada yang bangun."

"Selamat pagi kak Leo, Hayate," Sapa Deva sambil melambai.

"Selamat pagi Deva, Devis," Sapa Hayate.

"Pagi yang ceerah bukan?" tanya Leo sambil memasang senyum jail.

"Apa maksud senyum jailmu itu kak Leo?" tanya Deva tak suka.

"Tidak ada~," kata Leo sambil memalingkan muka.

"Kak Leo aneh, gila, sarap, sinting, gendheng, miring...."

"Apa maksud kata-katamu hah? Walaupun ada beberapa yang aku tidak mengerti tetapi instingku bilang kalau kata-kata itu mengejekku," kata Leo kesal.

"Ah nggak juga kok~ mungkin perasaan kak Leo aja," kata Deva dengan senyum sinis.

Baru saja Leo membuka mulut keluarlah Rose dan Eric yang masih setengah sadar.

"Selamat pagi," sapa Rose. Sedangkan Eric hanya menguap.

"Selamat pagi," sapa Devis, Leo dan Hayate.

"Selamat pagi, apa tidur kalan nyenyak?" sapa plus tanya Deva yang di balas anggukan Rose dan Eric serempak.

"Selamat pagi," sapa Chloe yang baru keluar dari tendanya dan di susul oleh Shafira dan Edward yang juga keluar dari tenda.

"Selamat pagi," sapa Devis.

"Entah mengapa aku merasa deja vu," kata Deva.

"Iya aku juga," kata Hayate.

"Ngomong-ngomong kalian bertiga kalah dengan anak yang lebih kecil, mereka bisa bangun terlebih dahulu," Kata Leo sedikit kesal.

"Maaf," kata Shafira sambil melirik ke arah lain.

"Sudahlah kak Leo, jangan membesar-besarkan sebuah masalah," Kata Deva.

"Itu benar," Kata Devis.

"Ah! Kau pasti bangun lebih siang ya dari pada Devis... ak-."

"Kebalik," kata Deva dan Devis bersamaan.

"Eh... seingatku...-"

"Sudahalah ayo kita lanjutkan perjalanan," Kata Leo tiba-tiba dengan muka kesal.

Deva dan Devis hanya tertawa kecil. Mereka semua mulai bersiap-siap dengan barang-barang mereka sendiri yang di masukan ke dalam tab mereka masing-masing. Setelah beberapa detik berjalan.

"Em.. kak Leo... apakah perjalananya ke arah sini?" tanya Deva takut.

"Tentu saja. Kenapa?" tanya Leo balik dengan bingung.

"Ah bukan apa-apa," Malah Devis yang menjawab dengan muka takut juga.

Leo bingung tetapi menghiraukan itu.

"Bagaimana ini?" bisik Deva.

"Entahlah, jangan bertanya kepadaku," bisik Devis sedikit kesal.

"Kalian itu kenap...... -pa...."

"Matilah kita," kata Devis sambil berpaling.

"Aku tak berani melihat," kata Deva sambil menutup matanya.

Semua kecuali Deva dan Devis, melihat apa yang ada di depan mereka. Mungkin keadaan yang berada di depan mereka dapat diibaratkan seperti kapal pecah? Tanah yang seharusnya ditumbuhi pohon rata dengan tanah. Bahkan di pinggir-pinggir pohon seperti ada bekas cakaran hewan.

"Seperti ada tsunami," kata Hayate melihat sekeliling.

Leo menatap ke arah Deva dan Devis tajam, "Apa kalian yang melakukan ini?" tanya Leo.

Bukannya menjawab, Deva dan Devis malah menoleh ke arah yang berlawanan dengan Leo.

"Deva,Devis," Panggil Leo marah.

"Maaf," kata Deva dan Devis sambil menunduk.

"Tapi kalian hebat sekali sampai bisa membuat seperti ini," puji Chloe.

"Terimakasih," kata Deva.

"Berapa pohon kira-kira yang sudah kalian tebang?" tanya Edward dengan senyum jail.

Deva dan Devis melihat Edward tak suka.

"Hei hanya bercanda," Kata Edward tersenyum ragu.

"Lalu siapa yang akan membetulkan ini?" tanya Shafira yang sebenarnya masih merasa takjub.

"Aku bisa melalukannya," kata sebuah suara.

Semuanya berbalik ke arah sumber suara tadi.

"Ah! Pohon penjaga hutan!" seru Chloe.

"Iya, ternyata kalian masih ingat denganku ya," Kata pohon penjaga hutan sambil tersenyum.

"Pastinya dong, kau lawan pertamaku saat menjadi cewek."

"iya, saat Deva melawanmu kami baru tahu kalau Deva itu cewek," Kata Edward.

"Hei, aku mendekar ejekan di kata-katamu," kata Deva tak suka.

"Kak Deva pernah melawan penjaga hutan?" seru Rose kaget.

"Hehe... Iya," kata Deva malu.

"Hei, kau tak perlu malu. Bisa menjadi bencana kalau kau membunuh penjaga hutan," kata Devis kesal.

"Tapi penjaga hutan masih hidup bukan?" tanya Deva sambil tersenyum sinis.

"Sudah. Ayo kita melanjutkan perjalanan lagi," Kata Leo menjadi penengah.

Semuanya mengangguk setuju.

"Berhati-hatilah," kata pohon penjaga sambil melambaikan rantingnya.

Mereka semua saling melambai sambil tersenyum.
.
.
.
Mereka melanjutkan perjalan mereka yang masih jauh. Muncul juga masuh-musuh baru yang lebih kuat dari scof yaitu flyarf yang seperti namanya, mereka dapat terbang. Jadi menambah tingkat kesusahan untuk Deva dkk.

Shafira mencoba menyerang flyarf dengan lemparan air yang berkali-kali. Ada beberapa flyarf yang terkena sekarangan Shafira, tetapi sebagian besar dapat menghindar dengan mulus.

Hayate mencoba menyerang flyarf seperti cara Shafira dengan kekuatan apinya. Tetapi serangan Hayate dapat dihindari oleh para flyarf itu.

"Hayate, jangan lakukan itu. Kau bisa membuat hutan ini terbakar," seru Katryson.

"Baiklah," Kata Hayate sambil menurunkan tangannya.

"Deva apa kau punya rencana?" Tanya Devis sambil melihat Deva yang memegang dagu dengan sebelah tangannya.

"Aku ada, tetapi tak yakin apa bisa melawan mereka," Kata Deva sambil terus berpikir.

"Bagaimana caranya?" Tanya Leo.

"Hm... chloe, Shafira coba kalian membuat awan." Kata Deva.

"Bagaimana caranya?" Tanya Chloe.

"Gabungkan kekuatan kalian sambil mengahadap matahari. Shafira kau cobalah membuat air yang berkumpul di udara dan Chloe kelilingi air milik Shafira," perintah Deva.

Chloe dan Shafira melakukan apa yang di perintahkan Deva. Lama-lama terbentuklah awan yang lumayan besar dan melebar.

"Hayate, buatlah api di pinggir awan ini," perintah Deva.

"Eh, tapi..."

"Ayolah, aku yakin kau bisa membuatnya tanpa membakar hutan," kata Deva sambil tersenyum.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro