7. Aneh Bin Ajaib (ABA)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Deva POV

"Ukh...."

Aw... rasanya sakit....
Yah... memang tak seberapa dari pada dipukul pada saat ekstra karate.

Aku membuka mataku pelan.

Ini di... tenda?

Kepalaku terasa sakit dan tubuhku lemas.

Kenapa aku jadi lemah begini sih?!

Aku mengambil posisi duduk dan melihat sekelilingku. Tak ada orang. Hanya ada aku dan beberapa barang. Tiba-tiba tercium aroma enak.

Siapa yang memasak?

Aku bangkit dari dudukku dan berjalan keluar tenda.

Terlihat Chloe dan Shafira sedang memakai celemek sambil memotong dan menggoreng sesuatu yang pastinya bisa di makan.

"Deva!"

Aku dengan refleks menoleh ke sumber suara dan bisa merasakan semua pamdangan melihat ke arahku.

"Ternyata kau sudah ba..-"

"Menurut nenek Leo?" Tanyaku datar.

Padahal dah tau aku dah bangun mau ditanya lagi...
Tunggu deja vu?

(Bener deja vu atau bukan, cek lagi di book 1)

"Deva, apa kau merasakan ada yang sakit?" Tanya Hayate sambil memiringkan kepalanya.

Hehehe... kayak kucing, eh nggak bukan kayak anjing yang biasanya ngeluarin suara "kaing kaing." Itu hehehe.

"Em? Mungkin hanya tanganku yang masih terasa sakit sih. Tapi ini bukan masalah," kataku sambil menunjukan tanganku yang ternyata sudah di perban.

"Masih sanggup latihan?" Tanya Devis.

"Ayok!"

"Nggak boleh!"

Aku menoleh ke kak Leo yang suaranya keras dan terdengar tak suka.

"Tanganmu masih terluka, lebih baik kau biarkan tanganmu sampai sembuh," kata kak Leo serius.

Aku sama sekali tak setuju dengan kak Leo.

"Tapikan ini tangan kiri, bukan tangan kanan," Rengekku.

"Te-tap-sa-ja!" Kata Kak Leo tegas.

"Aku juga setuju! Nanti kalau lukamu bertambah parah bagaimana?" Tanya Shafira yang tiba-tiba ada di sampingku.

"Wa! Kaget..."

"Maaf..."

"Terimaksih kau sudah mau peduli, tetapi lebih baik kau peduli dengan masakanmu yang itu..." aku menunjuk masakan yang sedang di goreng Shafira.

"Aaaa!" Shafira langsung menjerit sambil berlari kecil.

"Tenanglah... belum gosong kok... hanya terlalu matang hehehe..." kataku sambil mendekati Shafira.

"Huh... kau menakutkanku..." kata Shafira sambil mengelus dadanya sambil menghela nafas lega.

"Hehehe... aku tunggu ya," kataku sambil menunjuk tempat duduk Devis, Edward, Katryson, Leo, Hayate, Erick dan Rose.

Chloe dan Shafira mengangguk serempak.

Setelah aku duduk, Devis memberikan sesuatu kepadaku.

"Tadi ada bunyi di ponselmu saat kau tak sadar," kata Devis.

Oh, ternyata smartphoneku sendiri hehehe... kok aku jadi amnesia gini ya?

"Oh Terimaksih," kataku sambil mengambil smartphoneku.

Saat aku cek ternyata ada chat line masuk. Terlihat sih iklan yang nyebelin. Aku coba mengecek chat-chat di line. Dan aku melihat ada chat dari Loly. Saat aku lihat....

"OMIGOT!! GASWOT!" Seruku kaget.

"Ada apa?" Tanya Rose.

"Sudah berapa hari aku tak sadar?!"

"2... setengah hari kalau tidak salah," Kata Eric sambil mengira-ngira.

"Astaga... lama bener ya."

"Tidak begitu lama kok," kata Chloe sambil memberikan piring berisi makanan kepadaku.

"Memangnya kenapa Dev?" Tanya Edward.

Aku tidak menjawab, hanya fokus memakan makananku dengan cepat. Walaupun aku hanya fokus memakan, aku juga bisa merasakan tatapan bingung ke arahku.

"Apa kau sebegitu la...-"

"Kak Leo! Ijinkan aku diam di tenda!" Seruku sambil berdiri setelah makanan di piringku habis.

"Eh? Kenapa?"

"SEBENTAR LAGI AKU UJIAAAAAAN!" Seruku hampir depresi.

Yah.. untung saja selama ini aku menyicil belajar.

"Kapan?" Tanya Leo.

"Besok!" Seruku cepat.

"Heh?! Cepat sekali!" (Leo)

"Iya baru saja kau sembuh!" (Chloe.)

"Sebenarnya aku di beritahu kemarin, tetapi aku tidak tau..."

"Ah ya... kaukan..." kata Edward putus-putus.

"Jadi bolehkah?" Tanyaku.

"Hah... baiklah. Mungkin perjalanan kita akan lebih lama dari pada yang diperkirakan."

"Loh memangnya sudah diperkirakan ya? Kok kak Leo nggak kasih tau?" Tanyaku bingung.

"Kalian bukan anak kecil yang perlu diberitahu bkan? Jadi seharusnya kalian bisa mengira-ngira sendiri," kata kak Leo dengan muka seram.

"Tetapi aku belum melihat petanya, bagaimana mau mengira-ngira?" Tanyaku bingung.

"Oh iya."

"Huft... sudahlah... aku belajar dulu!" Seruku langsung masuk ke dalam tendaku.

Author POV

Setelah Deva masuk ke dalam tendanya terjadilah kebekuan sejenak.

(Bukan hanya tokohnya, bahkan Authornya bingung mau ketik apa.)

"Jadi, apa hari ini kita akan melanjutkan perjalanan?" Tanya Katryson.

"Haaaah... sepertinya tidak. Kita biarkan hari ini Deva belajar dengan tenang," Kata Leo lesu.

"Yah hitung-hitung saja kita istirahat," Kata Eric asal.

"Lalu kita melakukan apa dong sekarang?" Tanya Rose.

"Entahlah." Kata Eric sambil mengangkat bahunya.

Hening~

Hening~

Hening~

(Si author lagi blank.)

Hening~

Hening~

Hening~

Dan.....

"Aku sudah selesai makan, aku akan berlatih," Kata Devis sambil berdiri.

"Melatih kekuatan Yang-mu?" Tanya Leo.

"Tentu saja."

"Bolehkah aku ikut?" Tanya Hayate sambil berdiri.

"Dengan sedang hati."

"Aku juga ikut," kata Katryson.

"Aku juga," kata Edward.

"Itu akan lebih seru," kata Devis sambil tersenyum.

"Shafira, ayo kita coba tingkatkan lagi masakan kita," kata Chloe.

"Iya, ayo!"

"Boleh aku ikut juga?" Tanya Rose.

"Boleh!" Seru Chloe dan Shafira bersamaaan.

"Aku akan mengambil bahan makanan atau apapun yang mungkin bisa di pakai," Kata Leo sambil berdiri.

"Aku ikut," Kata Eric sambil mengekori Leo.

(Sekarang semua orang punya kegiatan masing-masing. Jadinya nggak ada yang Kosong deh... oh 782 kata.)

(Karena author yang agak waras ini lagu buntu melanjutkan, jadi kita lompat aja (masak tega mau biarin authirnya celingak-celinguk gaje, ngeliatin rambut tanpa sebab dll?))

Jadi kita skiiiiiiiiii

I

I

I

I

I

I

I

IP...

^keesokan harinya....^

Deva sudah siap fisik, pikiran dan mental. Deva juga sudah memakai seragam putih abu-abunya dan tas ransel yang sudah di isi apapun yang akan ia pakai.

Deva keluar dari tendanya dan terlihat diluar masih sangat dingin. Bahkan dapat terlihat kabut dan tidak seterang yang biasa ia lihat saat bangun pagi.

"(Sepertinya aku kepagian.)" Pikir Deva sambil melihat sekelilingnya.

Deva berjalan ke tempat di mana di sana tempat penyimpanan makanan. Deva membuka tempat penyimpanan makanan dan terdiam sejenak lalu akhirnya ia mengambil beberapa bahan makanan.
.
Devis terbangun dan keluar dari tendanya. Yang pertama kali ia lihat adalah pungung Deva yang memakai seragam putih abu-abu dan terlihat tali celemek.

"Jadi, itu seragammu?" Tanya Devis sambil melipat tangannya di depan dada.

"Oh pagi dan iya seperti yang bisa kau lihat," Kata Deva sambil sedikit menoleh lalu kembali ke aktivitasnya.

"Lalu, mengapa kau memakai celemek? Bukannya kau biasanya tak memakainya?" Tanya Devis lagi.

"Pastinya karena aku tak mau seragamku kotor. Kalau baju yang biasa aku pakai itu sudah terbiasa kotor," kata Deva tanpa memberhentikan aktivitasnya.

"Heh... memangnya kau membuat apa hari ini?"

"Yang simpel saja, ini," kata Deva lalu menunjukan sandwich yang sudah ia bikin.

"Wah... kelihatan enak," kata Edward yang tiba-tiba ada di samping Devis.

"Hei! Jangan menjadi hantu seperti pacarmu dong!" Seru Devis kaget.

"Hantu?" Tanya Edward bingung.

"Hei Devis, kau harus berbicara dengan bahasa yang mereka mengerti," Kata Katryson jail.

"Hah? Aku harus melepas cincin ini nih?" Tanya Devis sambil bergerak seperti ingin melepas cincinnya.

"Lapaskan saja cincinmu lalu kekuatan Yang-mu jadi miliku! Wahahahahaha," Kata Leo sambil tertawa bangga.

"Dilepas aja belom..." cibir Deva dengan suara kecil.

"Hah? Kau bilang apa?" Tanya Leo tak suka.

"Ndak wes..." kata Deva sambil melihat ke sampingnya.

Leo hanya melihat Deva Dengan tatapan bingung.

"Jadi seperti itu kalau Deva di sekolah?" Tanya Chloe yang baru ikut bergabung.

"Hah? Di sekolah, di rumah, maupun di mana aja aku seperti ini kok."

"Dengan baju seperti itu?" (Shafira.)

"Sikapnya." (Deva.)

"Aku berbicara mengenai tampilanmu Deva," kata Chole yang bisa kalian bayangkan kayak sweatdrop tapi tak bisa di bilang seperti itu.

"Yang jelas dong Chloe...." kata Deva.

"Maaf..."

"Entah mengapa rasanya masih tak percaya Deva serapi ini..." kata Edward sambil melihat Deva dari ubun-ubun kepalanya sampai telapak kakinya.

"ENAK SAJA! AKU SELALU RAPI KEMANA-MANA YA!" Kata Deva mengeraskan volume suaranya.

"En... entah mengapa aku juga setuju dengan Edward," Kata Hayate sambil menggosok-gosok sisi pinggir tengkuknya pelan. (Yang nggak tau tengkuk, itu nama lain leher bagian belakang.)

"Rasanya aku berpikiran yang sama," Eric sambil mengamati Deva.

"Rasanya seperti di timpuk ama batu 1000kg...." kata Deva sambil memasang muka menangis.

"Ma-maaf-maaf..." kata Hayate sambil bergaya maaf orang jepang.(bayangin sendere, bingung jelasinnya -3-)

Deva melirik jam tangannya yang sempat ia lepas.

"Oke kak Leo, tolong bantu aku ya," Kata Deva sambil memasang jam tangannya.

"Membantu apa?"

Deva memasang wajah poker face lalu tak sengaja ia melihat batu segenggam. Deva mengambil batu itu dan berancang-ancang akan melempari baru itu ke Leo.

"BAIK-BAIK MAAF! AKU BENAR-BENAR LUPA!" Seru Leo dengan tangan diulur ke depan dan shock.

"Pikun, blom ubanan dah pikun. Apalagi ntarnya?" Kata Deva datar sambil membuang batu yang ia pegang.

Entah mengapa kata-kata Deva rasanya sangat menancap dalam untuk Leo sedangkan semuanya menatap Leo dengan tadar yang membuat Leo tambah... (ya gitulah...)

"Sudah belum kak Leo? Waktu masih berjalan," kata Deva sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

"Baiklah, baik.... Leo mengulurkan tangannya sedikit ke bawah.

Tiba-tiba di depan Deva muncul sebuah Portal dari campuran warna biru dan ungu dengan tulisan yang tak bisa di baca di pinggir portal itu.

"Apa aku akan jatuh seperti Rose dan Eric saat itu?" Tanya Deva sambil menunjuk portal di depannya.

"Haaaah.... kau hanya perlu menutup mata dan kau akan tiba di toilet sekolah."

"Putri."

"PASTINYA! Kau pikir setega apa aku ini hah?"

"Habisnya kak Leo selalu membicarakan mengenai feminime-feminime terus," kata Deva sambil melihat kesal ke sampingnya.

"Oh... yang itu...."

"Sudah, aku bisa telat," kata Deva cepat.

"Baiklah, berdirilah di atas portal itu. Biar aku yang mengendalikannya," kata Leo yang di jawab anggukan dari Deva.

Deva berjalan maju sampai tepat di tengah portal itu. Leo membisikkan mantra yang entah tak dapat di artikan, lalu portal itu mulai bercahaya dari bawah cahaya itu mulai besar. Setelah itu Deva menghilang yang artinya ia sudah pergi.

Hening~

"Lalu... sekarang kita akan melakukan apa?" Tanya Rose setelah terjadi keheningan beberapa saat.

"Apa kita harus menunggu Deva sampai kembali?" Tanya Chloe.

"Tidak, itu akan menambah waktu yang kita perlukan. Kita akan melanjutkan perjalanan," Kata Leo.

"Sebelum itu kita pasti akan memakan sarapan dulu bukan?" Tanya Devis datar.

"Itu pasti!" (Leo)

"Tapi apa tidak masalah kita meninggalkan Deva?" Tanya Shafira cemas.

"Tenang saja... Devis, tangkap ini!" Seru Leo sambil melemparkan sesuatu dan langsung di tangkap oleh Devis.

Saat Devis melihat apa yang di berikan Leo, ternyata itu adalah kalung.

"Untuk apa?" Tanya Devis bingung sambil melihat kalung itu lalu melihat ke Leo.

"Itu semacam radar untuk Deva," Jelas Leo datar.

Semua melihat Leo dengan tanda tanya besar.

"Aku sudah mengirim mantra ke Deva jika ia sudah menyelesaikan tes-nya dan ingin kembali ke sini. Dan kalung itu, yang memberi radar agar Deva sampai di sini dengan portalnya di sekitar kita. Agar tidak memusingkan dan kita dapat melanjutkan perjalanan," Jelas Leo lagi.

Semuanya ber-oh ria sambil mengangguk kecil dan ada yang melihat satu sama lain.

"Kalau begitu ayo kita lanjutkan perjalanan," Kata Leo sambil berdiri.

(Karena bingung mau di jelaskan saat kapan, jadi saya bilang sekarang. Mereka sudah makan sambil duduk di tempat yang tadi malam. Selesai XD)
.
.
Beberapa hari sudah di lalui dengan baik. Dari pihak Deva maupun Devis dkk sedang bertarung mati-matian.

Lalu sekarang kita akan lompat di hari di mana Deva hampir menyelesaikan musuhnya dan disisi lain Devis dkk sedang kewalahan menghadapi musuhnya.

Devis berjalan mundur dan punggungnya tak sengaja menabrak pungung Katryson yang juga berjalan mundur.

"Kita terjebak," kata Devis.

"Aku tau," jawab Katryson datar.

"Oh iya, kita di tempat yang sama ya..." jawab Devis polos.

Kalau saja mereka tidak di tengah-tengah pertarungan, Katryson pasti akan menjitak kepala anak satu ini.

"Ngomong-ngomong musuh kita cewek lagi nih..." kata Devis yang masih di tempat.

"Oh apakah kau benci cewek?" Tanya wanita yang menjadi bos mendengar perkataan Devis.

"Tidak juga... (aku masih laki-laki normal yang masih menyukai cewek,)" Kata Devis datar.

"Begitukah? Huh, tak menarik."

"(Maunya apa?)"

"Ah aku tau... kumpulan para laki-laki ke sini," Perintah wanita bos itu.

"Apa yang ingin kau lakukan?" Tanya Katryson waspada.

"Hei! Hati-hati!" Seru Edward yang di dorong oleh beberapa monster kerdil.

Leo, Hayate dan Eric hanya bisa pasrah di dorong.

"Apa yang aku lakukan? Aku hanya memberikan sihir kepada kalian, pasti kalian suka," Kata wanita itu ceria.

"Firasatku tidak enak..." kata Devis sambil sweatdrop.

"Sama..." kata Leo.

"Hehehe..."
.
.
.
.
Hiho~(sapaan ala Ameba pico)
Ohisahiburi ^^
Pada kangen ndak? Ndak deh kayaknya hehehe XP
(Biarin authornya gila XD)

ngegantung? Yap, emang sengaja = ̄ω ̄=

Selanjutnya... ya begitu nantikan saja ntar, nunggu inspirasi lewat XD

Bil nunggu, baca critaku yang lain ya... ndak banyak basa-basi sih...

Don't forget to voment
~Salam cubit pipi wakakaka~

-26/02/2016-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro