JALAN KESEPULUH: SUMMON SHADOW

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Sekarang mereka berenam berada di kapal laut yang cukup besar, tepatnya di dek depan. Mereka sedang memperhatikan Likyter yang sedang menjelaskan siapa gadis yang sebelumnya dia pernah pegangi dadanya.

"Begitu, jadi dia adalah roh boneka itu," ucap Vanili.

"Lalu, kenapa dia sangat dekat sekali denganmu, Likyter!?" bentak Tiana. Veronica sekarang sedang memeluk lengan Likyter, dia sangat menempel sekali.

"Jangan tanya aku, tanya saja kepada Veronica," jawab pasrah Likyter.

"Tuan, apakah nona Tiana sedang cemburu?"

"A-Aku tidak cemburu!! Aku hanya bertanya, hm!!" Tiana mempalingkan wajahnya yang sudah memerah padam.

Mio pun sedikit membungkukkan badannya, menyesuaikan tingginya dengan tinggi Veronica. "Bolehkah aku memanggilmu Vero-chan?" Veronica menjawab dengan anggukan kecil, tentu dengan wajah datar. "Salam kenal, namaku Mio. Dia Vanili, Haru, dan Tiana." Sekali lagi Veroncia menjawab dengan anggukan kecil.

"Veronica, bisakah kau lepaskan pelukanmu? Aku harus ke toilet."

"Kalau begitu, biarkan aku ikut."

"Ehhh?!" kaget Tiana, Vanili, dan Haru. Tentu Mio hanya memiringkan kepalanya karena bingung dengan kekagetan mereka, wajar dia masih polos.

"Ma-Mana mungkin aku membiarkan hal itu! Pokoknya, lepaskan dulu, aku tidak kuat lagi!" Lalu dengan berat hati Veronica melepaskan pelukkannya dan Likyter langsung lari ke dalam kapal.

Setelah Likyter pergi, kehening terjadi. Tentu mereka hening karena bingung mau berbicara apa, ditambah Veronica hanya menjawab dengan anggukan atau gelengan, kecuali ditanya Likyter. Pada akhirnya Haru berjalan mendekati Veronica, tinggi mereka hampir sama jadi tidak perlu membungkukkan badan untuk menyesuaikan tinggi.

"Boleh aku memanggilmu juga, Vero-chan?" tanya Haru. Veronica menjawab dengan anggukan kecil. "Vero-chan, apakah kau ingin membalas budi kepada Likyter-san?" Veronica menjawab dengan anggukan kecil. "Tapi, apa kau akan baik-baik saja kalau nanti menghilang?" Kali ini Veronica tidak menjawab dengan anggukan atau gelengan, dia hanya menundukkan kepalanya. "Apakah kau ingin selalu bersama Likyter-san?" Dengan cepat Veronica mengangkat kepala, menatap Mio dengan mata membulat, walau wajahnya masih datar.

"Bersama... tuan... selamanya? Apakah bisa?" tanyanya dengan nada lirih.

"Tentu saja bisa."

"Iya... aku mau bersama dengan tuan untuk selamanya." Veronica menutup matanya, menyimpan kedua kepalan tangan kecilnya di dada, menundukkan kepalanya. Setelah itu, dia kembali mengangkat kepalanya dan melihat Haru dengan memasang senyuman kecil. "Bersama dengan nona Haru, nona Vanili, nona Mio, dan nona Tiana."

Karena mereka merasa terpanggil, mereka mendekati Veronica dengan senyuman kecil, walau tadi Tiana sedang ngambek tapi dia juga ikut tersenyum kecil.

"Aku akan membantumu, Vero-chan. Panggil saja Haru, tidak perlu pakai nona," ucap Haru.

"Ayo kita bersenang-senang bersama, Vero-chan. Panggil saja aku Mio, tidak perlu pakai nona," lanjut Mio.

"Veronica, kau sangat manis, jadi aku juga akan membantmu. Oh iya, jangan pakai nona, panggil saja Vanili~" ucap Vanili. Lalu dia memeluk Veronica.

"Aku juga akan membantmu, dan jangan pakai nona, sedikit aneh dengarnya," ucap Tiana.

Dengan begitu, mereka langsung akrab. Walau memang sedikit aneh Veronica menginginkan hal itu, padahal mereka adalah orang asing.

*Drkkk

Tiba-tiba kapal laut ini berguncang, guncanganya cukup dahsyat. Beberapa orang yang ada di dek depan kehilangan keseimbangan karena guncangan ini, termasuk mereka berlima.

*Csss Csss Csss

Dari langit, jatuh pasukan ikan bertubuh manusia dengan senjata tombak tiga mata di tangan. Pasukan monster ini berhasil membuat orang-orang berteriak dan lari.

"Ayo cepat masuk!" teriak sang pria berpakaian seragam putih dengan dasi putih, topi putih kecil. Orang-orang itu pun mengikuti perintah orang itu, dan memasuki kapal dengan tergesa-gesa.

Kembali ke mereka berlima. Mereka langsung berdiri. "Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Vanili.

"Entahlah, tapi kita harus menyerang mereka dan mencegah mereka masuk ke dalam kapal," balas Tiana.

"Mio, sebaiknya kau bawa Veronica ke dalam kapal."

"Tidak, nona Mio... maksudku, Mio. Aku bisa bertarung." Tiba-tiba, kegelapan berkumpul di tubuh Veronica. Kegelapan itu berhasil menyelimuti tubuh Veronica, dan mereka berempat hanya bisa terpana melihat kegelapan itu. Perlahan kegelapan itu berubah menjadi sosok makhluk besar, dia menggunakan hoddie hitam menutupi wajahnya, busur besar di tangannya, dan dia terlihat tidak nyata... terlihat seperti manusia besar, dan dari lekukkan badannya adalah wanita. Veronica berada di dalam tubuh tembus pandang makhluk besar itu.

Kemampuan Veronica disebut dengan Summon Shadow (Makhluk bayangan). Kemampuan ini bermacam-macam, ada yang seperti makhluk mitos seperti naga, ada juga berbentuk hewan, dan manusia. Orang-orang mengenalnya dengan sebutan SUSHA.

"Seperti biasa, orang yang membuat sebutan kemampuan selalu terdengar aneh."

"Se-Sejak kapan kau ada di sini?" tanya Tiana kepada Likyter yang sudah berdiri di sampingnya.

"Masalah itu sebaiknya nanti dibicarakan, kita harus membantu mereka." Likyter menunjuk ke arah pasukan ikan yang sedang bertarung dengan petualang yang kebetulan ada di kapal ini. "Tiana dan aku yang maju, Mio dan Haru tetap di belakang sambil membantu, Veronica dan Vanili tolong bantu dari belakang juga sambil melindungi Haru dan Mio."

"Baik!" jawab mereka.

Tiana dan Likyter maju, dan mereka berempat mengambil posisi di dekat pintu masuk ke dalam kapal. Beberapa petualang berhasil membunuh pasukan ikan itu, tapi bayarannya adalah ada beberapa petualang yang terluka.

Likyter, dia menusuk monster ikan itu, sebelumnya dia mengubah senjatanya menjadi lance. Ada yang menyerang di belakang, Likyter langsung mencabut lance dari monster di depannya lalu memutarkan lancenya dan menusukkan ke belakang tanpa menoleh ke belakang. Dari arah jam 10, ada petualang yang akan diserang monster dari belakang. Dengan cepat Likyter mengayunkan lancenya, melemparkan monster yang menancap di lance-nya ke arah monster itu.

Tiana, dia sekarang sedang menahan mata tombak bermata tiga dari monster di depannya dengan tombak mata tiga tombaknya. Tiana langsung memutarkan bagian depan tombaknya, dan tombak monster itu ikut berputar. Setelah beberapa kali diputar, Tiana melemparkan tombak monster itu ke atas. Sontak kedua tangan monster yang tadi sedang memegang tombak, terangkat dan membiarkan badannya tanpa perlindungan. Kesempatan itu diambil Tiana untuk mengayunkan tombaknya untuk membunuh monster di depannya. Dari kedua sisi Tiana, monster ikan mendakati dan hendak menusukkan tombak mereka ke Tiana. Dengan cepat, Tiana menusukkan tombaknya ke monster sisi kirinya, dan membiarkan monster di sisi kanan mendekat. Tapi, ternyata salah, tombak monster yang terlempar ke atas tadi berhasil ditangkap Tiana saat mendarat ke bawah. Tiana langsung membalikkan badan, mendaratkan tusukkan begitu juga dengan monster yang sedang meloncurkan tusukkan. Tapi karena tadi Tiana berbalik dengan berputar, jadi mata tombak monster itu meleset melewati punggung Tiana, dan Tiana berhasil menusuk tepat ke dada kiri monster itu.

Vanili, dia menembaki monster yang terlepas dari pengawasan petualang yang bertarung di depannya. Makhluk supernatural mirip dengan gadis pemanah yang dikendalikan oleh Veronica pun membantu meluncurkan panahnya ke arah monster yang terlepas dari pengawasan petualang itu. Haru, dia mengeluarkan sihir petir untuk membantu para petualang itu juga. Mio, dia mengeluarkan sihir penyembuh kepada petualang yang terlihat terluka. Tentu saja bukan mereka berempat saja yang membantu dari belakang, ada juga petualang yang lain, jadi situasi di sini bisa dimenangkan dengan mudah.

*ZRSSSSHHH

Muncul manusia ikan yang sangat besar di depan kapal, dia memiliki taring-taring yang banyak. Sontak saja mereka semua, semua petualang termasuk Likyter dan party-nya. Melihat ke arah monster besar itu.

Monster itu menghirup udara dari mulutnya. "NGAAAAAA!!!" teriak monster itu. Berkat teriakan itu, semua yang ada di dek, termasuk pasukan ikan itu tidak bisa bergerak. Teriakan itu bukan hanya sekedar teriakan kemarahan, melainkan kemampuan untuk membuat yang mendengarnya menjadi diam beberapa detik.

Semua yang ada di dek benar-benar tidak bisa bergerak. Kesempatan itu diambil oleh monster besar itu, dia menarik kembali napas dari mulut. Tapi, kali ini air laut pun ikut terhisap.

*DHUR DHUR DHUR

Monster itu meluncurkan bola-bola kecil air seperti hujan peluru. Semua petualang termasuk pasukan ikan itu pun terkena hujan bola air. Mereka semua terkapar lemas, kecuali petualang yang bertugas di belakang.

"Event yang merepotkan," keluh Likyter sambil berusaha berdiri.

Kejadian ini bisa disebut dengan "quest event". Quest yang ada disaat tertentu, dan biasanya tingkatannya cukup besar. Masalah hadiahnya, itu secara otomatis akan didapatkan.

Aneh, itu yang terjadi sekarang. Kenapa? Karena pasukan ikan yang masih bisa berdiri tiba-tiba menjatuhkan diri ke laut. Mungkin mereka lari? Sudahlah, masalah itu bisa dipikirkan nanti setelah menyelesaikan masalah utamanya, yaitu monster raksasa di depan mereka.

"Mio!" teriak Likyter.

Mio mengerti maksud dari teriakkan Likyter, yaitu menyuruh dia mengeluarkan sihir penyembuh. Mio dan petualang tipe White Magic pun memulihkan petualang-petualang di depan mereka.

Tentu saja raksasa itu tidak bisa diam saja, dia kembali menghirup udara dan air laut. Tapi, usahanya itu dihentikan oleh sebuah anak panah besar menancap di dadanya. Dan anak panah itu berasal dari Veronica, tepatnya makhluk supernatural Veronica.

Setelah Veronica meluncurkan serangannya, petualang tipe penyerang jarak jauh lain pun ikut menyerang. Sedangkan petualang penyerang jarak dekat memilih istirahat, karena stamina mereka terkuras ditambah serangan bertubi-tubi tadi. Walau memang mereka sudah diberi sihir penyembuh, tetap saja stamina mereka tidak bisa secepatnya kembali pulih. Tapi, beda dengan Likyter dan Tiana. Mereka masih berdiri diam di dek.

Likyter berjalan mendekati Tiana, melepaskan topi-nya, lalu menaruhnya di kepala Tiana. "Tolong jaga topiku."

Tentu Tiana kaget karena tiba-tiba kepalanya dipasang topi, jadi dia langsung melihat ke arah Likyter. Tiana langsung menundukkan kepala dengan pipi yang merona karena melihat senyuman Likyter. "Baiklah! Dasar, merepotkan!" Dan akibat itu tsundere-nya kumat.

"Tiana, bantu aku untuk menyerang monster itu."

"Ba-Baiklah." Tiana langsung berlari ke depan, lalu berhenti dan membalikkan badannya. Dia memposisikan ujung tombaknya ke bawah.

Likyter melihat ke belakang, dan para petualang penyerang jarak jauh sedang berhenti untuk menyiapkan serangan selanjutnya. Misalnya mengisi kembali peluru ke dalam pistol mereka. Kesempatan ini diambil Likyter untuk berlari ke arah Tiana, tepatnya ke arah ujung tombak Tiana. Likyter menginjak ujung tombak itu, dan dilempar oleh Tiana. Likyter masih melayang di udara, Tiana langsung membalik badan dan memutarkan tombaknya untuk menciptakan udara pendorong Likyter menuju raksasa itu.

Akibat dari serangan bertubi-tubi dari petualang penyerang jarak jauh, raksasa itu sedang kesakitan dan tidak menyadari Likyter sedang terbang ke arahnya dengan lance yang siap menusuk ke arah kepala.

*Crttt

Lance Likyter berhasil menancap tepat di atas kepala raksasa itu, dan dia bersiap untuk mengalirikan listrik bertegangan tinggi. Tapi, sebuah tangan besar berhasil menangkap tubuh Likyter. Tentu tangan itu berasal dari raksasa itu. Sekarang Likyter dalam gengaman raksasa itu, dan sekarang dia bisa melihat wajah jelek beserta gigi tajam yang berjajaran raksasa itu.

"Likyter!" teriak Tiana.

"Sial, kita tidak bisa menembaknya," ucap salah satu petualang jarak jauh.

"Pria itu ceroboh sekali!" kesal temannya.

"Kita harus membuat pria itu lepas dari genggaman monster itu," ucap yang lainnya.

Salah satu dari mereka pun meluncurkan tembakan dari pistolnya yang besar, tapi tidak seperti yang diharapkan. Raksasa itu tidak melepaskan Likyter. "Ternyata kalau tembakan biasa tidak akan mempan. Kalau begitu..."

"Jangan, kau bisa membunuh pria itu," cegah teman di sebelahnya.

"Mau bagaimana lagi?! Nanti juga dia akan mati, lagipula salahnya melakukan kecerobohan seperti itu."

Sekarang Likyter semakin merasakan rasa sakit di tubuhnya akibat cengkraman raksasa yang semakin dikeraskan. Sedangkan kelima teman-temannya, hanya bisa menatap Likyter dengan cemas. Tiana, dia mungkin bisa saja melemparkan tombaknya, tapi kemungkinan lemparannya akan meleset. Vanili, tembakan dari pistol besar petualang tadi saja tidak mempan apalagi pistol kecilnya. Haru, dia bisa saja meluncurkan sihirnya, tapi tidak menutup kemungkinan persentasi berhasil membuat Likyter dilepaskan atau mungkin saja malah membuat raksasa itu semakin marah dan mengeraskan cengkramannya.

Kesimpulannya, harus ada penyerang yang bisa meluncurkan serangan sangat kuat, bahkan bisa berakibat fatal dan persentasi kenanya besar. Dan itu bisa dilakukan oleh Veronica, tepatnya makhluk supernatural yang bisa meluncurkan anak panah. Walau tahu kemungkinan itu, Veronica tidak mencobanya, atau mungkin tidak bisa.

Sekarang Veronica sedang menundukkan kepalanya, ada keraguan di dalam hatinya. Dia ingin menyelamatkan Likyter, tapi itu berarti hutangnya berhasil dibayar dan menghilang. Padahal, dia ingin sekali bersama dengan mereka, terutama dengan Likyter. Tapi, di sisi lain dia tidak tega melihat tuan-nya kesakitan dan mati.

"Aku akan menyelamatkan tuan Likyter," gumam Veronica.

Air mata mengalir dari mata wajah datar Veronica, dia meluapkan semua kesedihannya. Makhluk supernatural itu pun membidik panah besarnya ke arah raksasa itu. Dia sudah memutuskan untuk menghilang, dibanding melihat tuan-nya pergi.

"Aku tidak akan membiarkan Veronica pergii!!" Tentu teriakkan itu berhasil membuat Veronica dan semuanya kaget, karena itu teriakkan Likyter.

Dengan sekuat tenaga, Likyter mendorong tangannya untuk melepaskan diri dari genggaman raksasa itu. Entah karena kekuatan raksasa itu melemah atau memang Likyter sangat kuat, dia berhasil lepas dari genggaman raksasa itu. Tubuh Likyter jatuh ke bawah, bersiap meluncur memasuki laut. Tapi, ternyata tidak. Likyter langsung mengangkat tangan kanannya ke depan. Sebuah tangan bayangan besar berhasil mencengkram wajah raksasa itu. Setelah itu Likyter meloncat menuju kepala atas raksasa itu. Sesampainya di atas Likyter kembali menggenggam lancenya, dan mengalirkan listrik bertegangan tinggi kepada monster itu.

*CRSHHHH

***

Setelah kejadian itu, semua petualang berisirahat. Sekarang hari sudah malam, jadi mereka bisa tidur dengan tenang. Tapi, beda dengan Likyter. Dia tidak tidur, dan memilih untuk berjalan ke dek depan untuk melihat laut. Ternyata, bukan Likyter saja yang berpikiran seperti itu. Veronica, dia sudah berdiri memandang lautan berlatar malam. Lalu, Likyter mendekati Veronica.

"Kau belum tidur?" tanya Likyter.

"Aku tidak bisa tidur." Veronica membalik badan, mendongakkan kepalanya untuk melihat Likyter. "Tuan, maafkan aku. Aku tidak menolongmu."

"Sudahlah, jangan dipikirkan. Lagipula, kalau kau menolongku kau akan menghilang, kan." Veronica langsung menundukkan kepalanya. "Walau kita belum lama kenal, tapi aku tidak ingin kau menghilang begitu saja. Nanti mereka juga akan bersedih."

"Tuan... apa yang kau katakan waktu dicengkram raksasa itu... benar?"

Likyter langsung menaruh tangannya di atas kepala Veronica. "Tentu saja benar, karena aku akan melindungimu."

Veronica masih menundukkan kepalanya, walau pipi wajah datarnya merona. "Tu..."

"Panggil saja aku Likyter."

"Tidak bisa, aku harus memanggilmu tuan."

"Haa... Terserah. Lalu, kau ingin bilang apa?"

"Tuan, bolehkah aku melakukan s*x denganmu?"

Likyter menghentikan kegiatan mengusap kepala Veronica, karena dia sedang mencerna kalimat Veronica tadi. "Heh?! Ke-Kenapa kau berpikiran begitu?!"

"Karena... aku ingin melakukannya. Aku... tidak masalah kalau dengan tuan..."

"Aku bahkan tidak menerimanya!"

"Jadi, tuan tidak menyukaiku..." ucapnya dengan nada sedih.

"Bu-Bukan begitu! Ta-Tapi..."

"Bercanda."

"Eh?"

"Tuan pikir aku serius?" Bagaikan disambar petir, Likyter hanya bisa tergagap karena candaan ampuh dari gadis kecil berwajah datar ini. "Tuan terlihat lucu saat kaget." Veronica memasang wajah senyum kecilnya, dan dia terlihat sangat manis.

"Huuu, dasar kau ini! Ayo, kita masuk." Likyter langsung pergi meninggalkan Veronica.

"Walau sebenarnya aku memang menginginkannya," gumama Veronica.

"Kau mengatakan sesuatu?"

"Bukan apa-apa." Veronica pun menyusul Likyter.

#############################################################

Holla, semuanya. Ada informasi tentang cerita ini. Berhubung puasa sebentar lagi, dan cerita ini mengandung unsur Ecchi. Jadi, untuk bulan Ramadhan cerita ini akan diliburkan. Maaf, ya, semuanya. Bukan apa-apa, tapi aku takutnya cerita ini karena mengandung Ecchi, mengurangi pahala (bagi yang puasa dan bagiku yang membuat). Saya ucapkan maaf sekali lagi.

Tenang saja, saat selesai berbuka puasa dan sholat tarawih, aku usahakan tetap mengetik cerita ini. Jadi, kalau sudah lebaran tinggal tentukan jadwal dan update seminggu sekali :)

Sekian pesan dariku, terima kasih sudah mengikuti ceritaku ini :)

Salam dariku, Alfa Tomo.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro