JALAN PENYELESAIAN: PILIHAN LIKYTER

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Di sebuah taman, saat malam hari. Seorang gadis memakai piyama berwarna abu-abu berlengan pendek, dengan celana pendek. Dia sedang melihat bintang-bintang yang menghiasi langit malam, bahkan ada juga bulan yang ikut serta menghiasi langit malam.

"Ternyata kau ada di sini."

Gadis itu pun spontan berbalik, melihat ke arah orang itu. "Ke-Kenapa kau bisa tahu aku ada di sini?"

"Sebenarnya aku tadi mencarimu, dan kebetulan melihatmu berada di taman ini." Likyter berjalan mendekati gadis itu. Sesampainya di depan gadis itu, Likyter menyodorkan jaket berwarna putih tebal ke gadis itu. "Pakai jaket ini, angin di sini cukup dingin. Dan aku tidak ingin kau sakit."

Gadis itu menerima jaket pemberian Likyter, kemudian memakainya. Setelah dipakai, tiba-tiba gadis itu memeluk tubuh Likyter. "Sekarang sudah hangat."

"Eh, ke-kenapa tiba-tiba memelukku, Mio?!"

Gadis itu mengangkat kepalanya, melepasnya dari dada Likyter. Iris mata birunya, dengan kedua pipinya yang sudah merona memerah dapat dilihat oleh Likyter dari dekat. Tentu saja Likyter yang mendapatkan itu ikutan merona memerah.

"A-Aku sangat nyaman sekali, setiap kali dekat dengamu, Liky-kun," jawab Mio. "Aku ingin selalu bersama denganmu, Liky-kun."

Likyter seketika memeluk Mio juga, membuat Mio harus terkejut sekaligus senang. "Aku mencintaimu, Mio."

"E-Eh?"

"Aku juga selalu ingin bersama denganmu, sampai akhir hidupku. Aku pun merasakan hal yang sama setiap kali dekat denganmu. Dan kau juga adalah alasanku untuk bertahan hidup dan bertarung, aku akan selalu melindungimu."

"Be-Benarkah...?"

Likyter melepaskan pelukannya, memegang pundak Mio, lalu sedikit mendorongnya. Likyter memancarkan mata serius, dengan kedua pipinya sudah memerah. "Iya, aku serius."

Perlahan kedua mata Mio mengeluarkan air mata, air mata kebahagiaan. Lalu, terukirlah senyuman manis dari Mio. "Aku senang mendengarnya... Karena, aku juga mencintaimu, Liky-kun."

Waktu pun terasa seperti berhenti bagi Likyter. Dia benar-benar tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar, yaitu jawaban dari Mio. Likyter benar-benar senang sekali... saking senangnya dia bingung mau mengatakan apa atau melakukan apa. Kebingungan Likyter kian bertambah, setelah tiba-tiba mulutnya dicium oleh bibir lembut dari Mio. Ciumannya terjadi cukup lama. Mio pun melepaskan bibirnya dari bibir Likyter yang masih mematung tertegun tidak percaya dengan apa yang terjadi kepadanya. Setelah itu, Mio menundukkan kepalanya karena merasakan perasaan malu yang sangat luar biasa... sekaligus senang sekali, kemudian dia pun pergi meninggalkan Likyter yang masih mematung tidak bergerak sedikit pun atau berkata satu patah kata pun.

Sementara itu, ada lima gadis yang menyaksikan hal tersebut. Mereka adalah Vanili, Tiana, Veronica, Elyna, dan Haru. Mereka sudah sedari tadi berdiri cukup jauh di tempat Likyter dan Mio mengungkapkan rasa cinta mereka. Tentu, kenapa mereka tidak menghampiri Likyter adalah karena sekarang sedang menangis. Mereka menangis karena bukan mereka lah yang memenangkan hati Likyter. Begitu juga dengan Vernoica yang dikenal sebagai roh tanpa ekpresi, ternyata dia juga menangis. Walau begitu, mereka berusaha tidak saling mengungkit alasan mereka menangis dan memilih untuk pergi dengan waktu yang berbeda-beda.

***

Pagi hari pun tiba, Likyter masih tertidur pulas di atas ranjang tempat penginapan. Likyter benar-benar menikmati tidurnya, buktinya dia memeluk dengan erat bantal guling sambil mencium bantal guling itu. Namun semua itu berubah setelah sinar matahari menyerang kelopak matanya yang masih tertidur. Tentu saja spontan Likyter dengan geram menutupi wajahnya dengan selimut tebal yang dia pakai untuk menutupi tubuhnya.

"Ayo cepat bangun!!" teriak seseorang.

Likyter merasakan selimutnya yang menjadi prisai untuk tetap di alam mimpi indahnya, tertarik dengan cukup keras. Tentu Likyter mencengkram dengan keras selimut itu agar tetap melindunginya, tapi daya tarik lawan lebih kuat, membuat Likyter harus terguling jatuh dari ranjang dan mencium lantai dengan keras.

"Aduhh..." Likyter pun bangun dengan memegang dahinya yang kesakitan. Sekarang di hadapannya sudah berdiri tiga gadis yang tidak asing bagi Likyter, yaitu Vanili, Tiana, dan Elyna. "Kenapa kalian membangunkanku sepagi ini? Memangnya ada apa?" protes Likyter sambil menggosok-gosok pelan kelopak matanya.

"Tentu saja kau harus bangun pagi, kau harus segera bersiap-siap," jawab Vanili.

"Hah, bersiap-siap untuk apa? Apakah kalian mau melakukan hunting atau menyelesaikan quest?"

"Aduhh, tentu saja bukan!" bentak Tiana. "Ini adalah akhir pekan, kau tidak boleh bermalas-malasan!"

"Hmm... Lalu, memangnya kenapa?" jawab Likyter lemas. Perlahan dia kembali naik ke atas ranjang. "Biarkan aku istirahat sebentar lagi, kalian mengganggu mimpiku saja..."

"Liky, jadi kau lebih memilih bersenang-senang di mimpi dibandingkan bersenang-senang bersama dengan seseorang yang penting bagimu," terang Elyna.

Likyter pun seketika berhenti mematung di atas tepi ranjang. Dengan wajah datar terkesan kaget, Likyter melihat ke arah Elyna. "A-Apa maksudmu, Elyna?"

"Hah... dasar, kau ini payah sekali. Kalau kau begitu terus, tidak bertindak. Nanti Mio akan merasa bosan dan memilih memutuskanmu," jawab Vanili.

"Te-Tentu saja aku ti..." Likyter menghentikan protesnya, karena baru menyadari sesuatu yang baru dia dengar. "HEHHHHHH!!! Kenapa kau bisa TAHUUUUUU?!!!" Seketika Likyter jatuh kembali, karena kehilangan keseimbangan.

"Semalam kami melihatmu bersama dengan Mio di taman~" jawab Elyna dengan nada manis.

"A-Aku tahu kalian pasti sangat senang sekali setelah saling mengungkapkan perasaan, tapi seharusnya kalian menahan diri... Apalagi kalian sampai berciuman di tempat umum," lanjut Tiana.

Likyter pun bangun, wajahnya yang tadi seperti orang mengantuk sekarang menjadi wajah yang terkejut dengan pipinya yang memerah. "Ka-Ka-Ka... I-I-Itu... Heh?! Heh?! Hehhhh?!" Likyter tidak bisa berkata apa-apa dan hanya bisa bergerak tidak beraturan... bisa dibilang dia dalam mode salah tingkah. Mereka bertiga tidak mengatakan apa-apa lagi, karena tidak kuasa menahan tawa kecil melihat salah tingkah Likyter yang terkesan lucu.

Tiba-tiba, sebuah suara pintu terbuka terdengar. Membuat Likyter langsung berdiri dengan tegak, seperti prajurit yang diperintahkan untuk berdiri tegak. Ternyata yang membuka pintu adalah Mio, bersama dengan Haru dan Veronica. Mereka bertiga pun masuk, dan saat Mio masuk Likyter mengalihkan pandangannya, begitu juga dengan Mio yang langsung menundukkan kepala karena malu.

"Se-Selamat pagi, Liky-kun..." sapa Mio yang masih menundukkan kepalanya.

"Se-Selamat pagi..." jawab Likyter yang juga masih mempalingkan pandangannya.

"A-Ano... me-menurut Haru-chan, ada sesuatu yang ingin kau sampaikan kepadaku... A-Apa itu...?"

"Eh?" Tentu saja Likyter sedikit kaget mendengarnya, karena dia tidak ingat ada hal yang ingin disampaikan kepada Mio. Terlebih, dengan apa yang terjadi semalam, membuat Likyter belum berani menatap langsung atau dekat dengan Mio.

Lalu, Tiana menyikut pelan lengan Likyter. Spontan Likyter melihat ke arah Tiana. "Hei, kenapa kau diam saja? Cepat katakan, kalau kau ingin kencan dengannya," bisik Tiana.

"Ta-Tapi..."

"Kalau kau tidak bertindak, Mio akan menyesal sudah menerima cintamu. Dan kalau sampai dia menangis, akan kubunuh kau."

"Ba-Baiklah..." Likyter dengan perlahan berbalik badan, melihat ke arah Mio walau masih ada perasaan tegang. "Mi-Mio... ma-maukah kau nanti siang... ke...ke-kencan denganku...?"

Mio perlahan mengangkat kepalanya, wajahnya yang sudah memerah padam dapat dilihat oleh Likyter. "Ma-Mau..." Setelah menjawab itu, Mio kembali menundukkan kepalanya.

"Ka-Kalau begitu... na-nanti jam sepuluh aku tunggu di taman..."

"Ba-Baiklah, aku akan segera bersiap-siap." Mio pun pergi keluar dari ruangan, bersama dengan Elyna, Tiana, dan Veronica.

"Ahhhh, bagaimana ini?! Aku harus bagaimana?!" panik Likyter. "A-A-A-Aku belum berani menatap mata Mio secara langsung, apalagi jalan bersama di dekatnya!! Bagaimana ini?!"

"Hei, tenangkan dirimu Likyter," ucap Vanili. "Kalau kau panik seperti itu, nanti hubungan kalian tidak akan maju atau bertahan lama."

"I-Iya, aku tahu! Tapi, aku harus bagaimana?!"

"Duduk!" Likyter dengan cepat langsung duduk di lantai, setelah mendengar perintah tegas dari Haru. Dia tidak panik lagi, walau masih ada perasaan tegang terukir di wajahnya. "Likyter-san, apakah kau ingin membahagiakan Mio-san?" tanya Haru sambil mendekati Likyter.

"I-Iya!"

"Kau mencintai Mio-san, dan tetap ingin bersama dengan Mio-san?"

"Iya!"

"Kalau begitu, berjuanglah. Jangan biarkan Mio-san merasa kau membencinya, karena kau tidak berani dekat dengannya setelah kejadian itu."

"Ta-Tapi..."

"Tenang saja, jangan terburu-buru. Kalau kalian berdua terlalu memaksakan diri, nantinya tidak berjalan dengan baik. Jadi, lakukan saja dengan perlahan. Nikmati setiap langkah-langkah kebersamaan dan perkembangan hubungan kalian."

Mendengar itu, rasa tegang Likyter mulai mereda. Dia benar-benar mendapatkan pelajaran yang penting dari Haru. "Terima kasih, Haru."

"Wow, kau hebat sekali, Haru," puji Vanili.

"Heheheh, terima kasih, Vanili-san."

"Yoshhh, kalau begitu aku harus segera bersiap-siap!"

Likyter pun berdiri. Lalu, dengan semangat dia membuka pakaiannya... Tentu saja, kedua gadis yang melihat hal itu seketika kaget dan wajah mereka memerah. Likyter, yang baru saja menyadari dengan apa yang dia lakukan di depan kedua gadis itu hanya bisa mematung dengan keringat dingin mengalir dengan deras.

"KYAAAAAA!!!!"

"AAAAA!!"

***

Di sebuah taman, Likyter sedang berdiri dengan keadaan yang kembali tegang dan panik. Dia sudah memakai kemeja biru gelap yang tidak dikancingkan, memakai kaos berwarna putih, celana abu-abu panjang, dan topi koboinya. Sekarang jarum jam sudah menunjukkan pukul 09.55. Selain itu, Likyter tidak sendirian, ada Vernoica di sampingnya.

"Tuan, tenangkan dirimu. Mungkin, sebaiknya Tuan menarik napas dan keluarkan secara teratur."

Likyter pun menarik napas, lalu mengeluarkannya. Awal-awalnya terburu-buru, namun perlahan menjadi biasa. Sekarang Likyter sudah merasa lebih baik. "Te-Terima kasih dan maaf sudah merepotkanmu, Veronica."

"Tidak apa-apa. Membantu Tuan-nya sudah menjadi kewajiban bagi pelayan."

"Terima kasih, Veronica."

"Huhh, Tuan tidak perlu mengucapkan 'terima kasih' lagi."

"Iya-iya."

"Baiklah, Tuan. Aku permisi dulu, sebentar lagi Mio... maksudku, nona Mio akan datang." Veronica pun melangkah meninggalkan Likyter. Namun, tiba-tiba dia berbalik kembali. "Tuan, nanti malam kami akan pergi cukup lama. Jadi, Tuan bisa memanfaatkan waktu itu dengan menikmati nona Mio di dalam kamar."

Seketika wajah Likyter merah padam. "A-Apa maksudmuuuuu?!!"

"Kalau begitu, semoga sukses, Tuan." Veronica pun pergi.

Likyter seketika diam, kalimat Veronica tadi bergema di kepala Likyter. Akibatnya, Likyter tanpa sadar mulai berpikir liar, dia membayangkan dirinya bersama dengan Mio tidur bersama di malam hari... Dan melakukan kegiatan malam...

"Liky-kun."

"AAHHHH!!" Sekejap, pikiran itu menghilang dan Likyter terkejut bukan main. Dengan bergerak seperti robot rusak, Likyter berbalik badan untuk melihat sosok yang memanggilnya. "Mi-Mio..."

Mio memakai gaun berwarna hitam berpaduan putih, dengan panjang roknya sampai selutut. "Ma-Maaf, aku membuatmu menunggu lama..." ucap Mio dengan kepala menunduk malu dan tingkah malu-malu.

Likyter terpana dengan penampilan Mio. "Ti-Tidak apa-apa..." balas Likyter. "Ka-Kau terlihat sangat cocok sekali dengan gaun itu, terlihat cantik sekali."

"Te-Terima kasih..."

Setelah itu, terjadilah yang namanya tidak ada topik pembicaraan. Mereka hanya saling mengalihkan pandangan, tidak berani memandang satu sama lain secara langsung atau berlama-lama. Mereka sedang berada di situasi canggung. Mungkin kalau ada orang-orang di sekitar mereka, ketegangan mereka semakin bertambah. Tapi, entah kebetulan atau memang taman ini jarang dikunjungi oleh orang-orang, situasinya sepi. Akibatnya, tidak ada satu pun suara yang terdengar.

"Li-Liky-kun... maaf..." ucap Mio tiba-tiba. "A-A-Aku tidak bisa berbicara dengan baik kepadamu dan bertatap lama-lama kepadamu..."

"Ke-Kenapa harus minta maaf?" jawab Likyter.

Mereka berdua masih mempalingkan pandangan. "Ka-Kau pasti merasa tidak nyaman karena tingkahku ini... Apalagi aku tiba-tiba menciummu semalam, kau pasti merasa tidak nyaman..."

Likyter pun perlahan melihat ke arah Mio. Tubuh yang sedikit gemetar, wajah menunduk bersalah, itulah yang dilihat oleh Likyter dari Mio. "Ti-Tidak... aku tidak merasakan hal itu. Malah, aku senang."

Perlahan Mio mengangkat kepalanya. "Eh? Be-Benarkah?"

"Iya... Kau bersikap begitu tandanya kau benar-benar mencintaiku. Lagipula, aku juga melakukan hal yang sama kepadamu... Jadi, kita sama-sama mengalami kebingungan."

"Tapi... tetap saja aku merasa tidak enak denganmu..."

"Sudahlah, jangan dipaksakan. Kita nikmati saja perlahan-lahan, lagipula dekat dengamu saja sudah membuatku senang... dan aku tidak akan membencimu hanya karena masalah sepele ini."

"Te-Terima kasih, Liky-kun..."

"Kalau begitu, aku mohon bantuannya kepadamu ke depannya, Mio." Likyter menundukkan badannya.

"Aku pun sama, mohon bantuannya untuk ke depannya, Liky-kun." Mio menundukkan badannya juga.

Setelah itu, mereka tertawa kecil. Sekarang mereka sudah merasa lebih baik lagi, buktinya mereka bisa saling menatap satu sama lain tanpa salah tingkah, bahkan senyuman kecil saling mereka berikan.

"Kalau begitu, ayo kita pergi kencan," ajak Likyter. "Hmm... Kau ingin ke mana?"

"Ke mana pun, asalakan bersama dengan Liky-kun, aku sudah senang sekali."

"Baiklah, kita makan dulu. Aku lapar, tadi tidak sarapan karena terlalu senang menunggu waktu kencan kita."

"A-Aku juga sama."

"Heheheh, kita benar-benar cocok menjadi sepasang kekasih. Kalau begitu, kita cari tempat makanan yang enak sekali." Mereka berdua pun pergi memulai kencan pertama mereka.

Sementara itu, dari kejauhan Vanili dan lainnya merasa lega karena melihat kencan kedua pasangan kekasih itu berjalan cukup lancar.

"Sebaiknya kita biarkan mereka bersenang-senang berdua saja," ucap Vanili.

"Tentu saja... Tapi, aku merasa bosan~" terang Elyna.

"Bagaimana kalau kita mengambil quest?" saran Veronica.

"Ide yang bagus. Aku setuju," jawab Tiana.

"Aku juga ikut," ucap Haru.

"Tapi... siapa yang akan menjadi pemimpinnya? Likyter kan sedang kencan."

"Apa yang kau katakan, tentu saja kau, Vanili," jawab Tiana.

"Eh, kenapa aku?!"

"Kau kan yang membuat party ini."

Vanili tersenyum kecil. "Baiklah, ayo kita pergi."

***

Di malam hari, saat kejadian Likyter menyatakan perasaan kepada Mio. Ai dan partnernya sedang berada di jalan yang di sekelilingnya penuh dengan reuntuhan bangunan, mereka sedang dalam perjalanan pulang menuju markas. Namun, di tengah jalan mereka tiba-tiba dihadang oleh lima gadis bersenjata.

"Wah-wah, siapa yang datang," ucap Ai. "Ternyata kalian, sepertinya rencana kita sudah ketahuan lagi oleh kalian."

"Tentu saja kami tahu, karena tiba-tiba sembilan mayat anggota Megafan menghilang. Padahal, kami sudah dengan lelahnya mengalahkan kalian," jawab salah satu.

"Kami sudah menyelidiki gerakkan kalian," ucap yang di sebelahnya.

"Apa tujuan kalian kali ini?" tanya satu lagi.

"Hmm... ra-ha-si-a~" jawab Ai.

"Kalau begitu, kita paksa dia untuk berbicara."

"Hati-hati, walau kelihatannya seperti itu, dia cukup kuat," ucap yang lain.

"Tenang saja, mereka hanya berdua. Sedangkan kita berlima, apalagi kita sudah bertambah kuat."

"Aku akan mendukung kalian dari belakang," ucap yang di belakang.

"Apa kalian yakin bisa mengalahkan kami?"

Partner Ai pun berjalan ke depan, lalu perlahan tangannya diangkat untuk melepaskan cadar yang menutupi wajahnya. Seketika, mereka kelima gadis itu kaget bukan main. Bahkan, mereka sampai tidak berkedip melihat wajah dari partner Ai.

"Kenapa tiba-tiba kalian diam? Ayo, serang kami," tantang Ai.

#################################################################################

Sesuai dengan cerita, pemenangnya adalah... Mio. *TeamMio bersorak

Inilah hasil penjumlahan suara yang kalian berikan:

Mio: 15

Vanili: 13

Haru: 3

Tiana: 1

Elyna: 0

Veronica: 0

Terima kasih sudah memberikan suara dan ikut berpartisipasi. Oh iya, baca 'pengumuman' yang di episode selanjutnya. Ada beberapa hal yang ingin disampaikan. :)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro