JALAN S2 KEEMPAT: KANO

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Selanjutnya kita ke mana, Likyter?" tanya Vanili.

"Kita akan menemui temanku yang akan membantu Tiana," jawab Likyter.

"Eh, aku?" kaget Tiana.

"Likyter-san, seperti apa orang yang akan membantu latihan Tiana-san?" tanya Haru penasaran.

"Hmm... Unik, ceria, semangat, dan keras kepala. Itulah singkatnya."

"Kamu tidak memberikan jawaban dengan jelas..." keluh Tiana, yang ternyata ikutan penasaran.

"Lihat saja nanti. Kamu pasti akan menyimpulkannya begitu."

"Apa jaraknya jauh untuk ke tempat dia berada?" tanya Vanili.

"Lumayan. Tapi, tenang saja. Karena aku punya Botel yang sudah diatur agar sampai di tempatnya," ujar Likyter sambil menunjukkan Botel di tangan.

"Likyter, sebenarnya seberapa kaya dirimu, sehingga bisa membeli banyak Botel?"

"Tidak-tidak, aku tidak sekaya Vanili. Lagipula, ini Botel milik temanku yang akan kita tuju sekarang."

"Liky-kun, siapa nama temanmu itu?" tanya Mio.

"Namanya Kano."

Setelah Botel itu digunakan, mereka pun muncul di dalam sebuah Desa. Kedatangan mereka tidak terlalu membuat terkejut orang-orang sekitar, karena hal itu cukup biasa bagi mereka. Namun, walau begitu, bukan berarti mereka tidak menjadi pusat perhatian, walau sesaat.

"Kita ada di mana, Liky-kun?"

"Kita ada di Desa Sehar. Desa ini memiliki sejarah bagiku."

"Sejarah bagaimana?"

"Ah, nanti saja ceritanya. Sekarang kita akan pergi ke tempat Kano berada. Dia pasti sudah menunggu kita."

Mereka pun pergi menuju ke tempat penginapan. Lalu, setelah di dalam, mereka pergi menuju pintu belakang. Setelah dibuka, sebuah padang rumput yang cukup besar dapat dilihat oleh mereka dengan pagar sedang membentuk lingkaran besar sebagai pembatasnya. Selain itu, cukup banyak orang di sana. Orang-orang itu sedang melatih kemampuan bertarung mereka.

"Wah, luas sekali!" ujar Haru.

"Di sini tempatnya?" tanya Tiana.

"Benar," jawab Likyter. "Sekarang kita tinggal cari orangnya."

"Memangnya seperti apa dia?" tanya Vanili.

"Gadis kucing."

"Kurasa gadis kucing di sini cukup banyak..."

"Kiti, di sini!"

Sontak mereka menjadi tertarik dengan seseorang yang meneriaki nama itu. Dia adalah seorang gadis kucing berambut pink, dengan pakaian kaos putih dan rok pendek biru yang dibaliknya memakai celana pendek hitam.

Likyter langsung berlari ke arah gadis kucing itu dengan panik.

"Sudah kubilang, kalau mau memanggilku dengan sebutan itu jangan keras-keras!" protes Likyter.

"Terus aku harus hanya bilang di sini saja? Kalau begitu, nanti yang lain malah mengira merekalah yang kupanggil."

"Kalau kamu memanggilku dengan nama yang benar, aku tidak masalah kamu meneriakinya sampai terdengar seratus meter pun... Eh, entah kenapa rasanya dejavu..."

"Sudahlah, jangan terlalu dipikirkan. Ah, apa mereka teman-temanmu?"

Kano dapat melihat segerombolan gadis yang merupakan Vanili dan lainnya sedang berjalan menuju tempat mereka.

Setelah sampai, Likyter pun memperkenalkan Kano kepada semuanya.

"Semuanya, dialah Kano. Temanku yang akan membantu latihan Tiana."

"Salam kenal, teman-teman Kiti~" balas Kano.

Selanjutnya Likyter memperkenalkan semuanya, tanpa memprotes dulu soal sebutan Kiti itu. Setelah selesai diperkenalkan, Kano pun mendekati Mio.

"Jadi, kamu adalah Mimi, pacarnya Kiti?" tanya Kano.

"Ki-Kiti?" heran Mio.

"Maksudnya aku..." jelas Likyter, lesu dan sedikit malu.

"Ah, iya, aku pacarnya Liky-kun. Salam kenal, Kano-san."

"Wahhh, kamu cantik sekali. Terus... dadamu cukup besar juga... Benar-benar bagus sekali selera Kiti."

Mio hanya menundukkan kepalanya dengan wajah merona. Untuk Vanili dan lainnya, kecuali Elyna dan Veronica, merasa tersinggung dengan bagian menyinggung dada. Namun, mereka tidak berani mengeluarkan keluhan itu dan diam saja.

"Kano, hentikan itu. Kamu membuat Mio malu," ujar Likyter.

"Hehehehe, maaf, Kiti. Aku tadi terlalu semangat," ujar Kano.

"Likyter, kenapa dia menyebutnya dengan nama Kiti?" bisik Tiana.

"Itu... karena itu adalah panggilan akrab darinya..."

"Oh. Sekarang aku mengerti kenapa kamu menyebutnya unik."

"Jadi, kamu yang namanya Tia?" tanya Kano sambil menunjuk Tiana.

"Tia? Ah, namaku Tiana."

"Tia."

"Tiana."

"Tia."

"Tiana. Ti-a-na."

"Tia."

"Sudahlah, Tiana, menyerah saja. Walau sampai sore nanti kamu terus begitu, dia akan tetap begitu," bisik Likyter menghentikan Tiana.

"Be-Begitu, ya... Aku mengerti kenapa kamu menyebutnya keras kepala," balas Tiana, berbisik.

"Jadi, Tia," panggil Kano. "Apa kamu mau langsung mulai latihannya sekarang?"

"Ah, iya. Boleh."

"Kalau begitu, sekarang kamu beli beberapa shuriken, kunai, bola kecil, atau apapun yang menurutmu bagus sebagai senjata ditembak atau dilempar. Ah, belinya yang terbuat dari kayu, ya."

"Ba-Baiklah..."

"Kalau begitu, aku akan antar ke tokonya," ujar Likyter.

Likyter dan Tiana pun pergi ke toko senjata. Sedangkan sisanya mengobrol dengan Kano tentang petualangannya dan lainnya agar menjadi lebih akrab. Untungnya Kano tipe yang mudah akrab, jadi mereka bisa langsung nyaman saat mengobrol dengannya.

Setelah beberapa lama, Tiana dan Likyter pun kembali.

"Jadi, apa yang kamu beli?" tanya Kano.

"Aku membeli beberapa senjata lempar yang berbeda," jawab Tiana.

"Keputusan yang bagus. Baiklah, hari ini aku akan membantumu mencarikan senjata yang bagus untuk digunakan saat tombakmu tidak bisa digunakan."

"Oh, begitu. Jadi itu alasannya kamu menyuruhku beli senjata lempar."

"Benar sekali~ Nah, sekarang kamu belajarlah menggunakan senjata lempar itu dengan baik sendiri dulu. Aku ingin bicara dengan Kiti dulu."

Likyter dan Kano pun menjauh dari Tiana dan lainnya. Setelah cukup jauh, Likyter pun menanyakan apa yang ingin dibicarakan Kano.

"Ada apa?" tanya Likyter.

"Hmm... bagaimana bilangnya, ya..."

"Hei, kamu sudah membawaku menjauh dari mereka, tapi kamu tidak tahu apa yang harus disampaikan?"

"Aku hanya bingung saja mau bilangnya bagaimana. Soalnya ini bisa membuatmu terkejut."

"Benarkah?"

"Benar... Sebenarnya..."

"Sebenarnya?"

"Sebenarnya aku bisa menyebut namamu dengan benar."

"Benarkah?!" kaget Likyter. "Ah, kamu pasti bohong."

"Serius. Dengar, ya."

Kano pun menarik napas dan membuangnya, untuk mempersiapkan diri. Sedangkan Likyter, dia memperhatikan tiap detik gerak Kano dengan perasaan tegang.

"Likyter."

"Ohhhh, ternyata benar! Kamu bisa menyebut namaku dengan benar! Itu benar-benar mengejutkan."

"Benar, kan. Ini benar-benar membuatmu terkejut, kan."

"Kalau begitu, berarti sekarang kamu akan berhenti memanggilku Kiti."

"Tidak. Aku lebih suka dengan panggilan itu."

"Hahh... Terseralah. Tapi, apa hanya itu yang ingin kamu sampaikan?"

"Hm, hanya itu."

"Dasar... kupikir hal yang benar-benar serius."

"Maaf membuatmu tegang~"

"Kamu benar-benar tidak berubah."

Kemudian, mereka pun tertawa kecil bersama-sama. Setelah berhenti, Likyter pun menyampaikan apa yang ingin dikatakannya kepada Kano.

"Kano, aku serahkan Tiana kepadamu."

"Oke~"

"Kalau begitu, kami akan pergi."

"Hati-hati di jalan~"

Sebenarnya, kejutan itu bukanlah yang ingin disampaikan Kano. Namun, dia ragu untuk menyampaikan hal yang sebenarnya. Jadi, dia mengalihkannya dengan kejutan yang sebenarnya sudah lama dia bisa lakukan.

***

Likyter dan yang lainnya sudah pergi, menuju tempat teman Likyter selanjutnya. Sekarang Tiana sedang latihan melempar senjata lempar ke botol yang sudah diletakkan secara acak oleh Kano.

"Hei, Tia," panggil Kano.

"Hm?" balas Tiana, menghentikan untuk melempar kunai.

"Apa hubungan Kiti dan Mimi baik-baik saja?"

"Kenapa tiba-tiba kamu menanyakan itu? Terlebih, kenapa kepadaku?"

"Yah, aku hanya perasaan. Lagipula, mana mungkin aku menanyakan langsung ke orangnya. Orang lain kan yang bisa memberikan pendapat apa mereka baik-baik saja atau tidak."

"Kamu benar juga. Aku pikir mereka baik-baik saja."

"Begitu, baguslah. Ayo, lanjutkan latihannya."

"Oke."

Tiana pun hendak melemparkan kunai yang dipegang, tapi Kano memanggilnya lagi.

"Tia."

"Apa?"

"Apa kamu serius ingin menghadapi Megafan? Mereka berbahaya, loh."

"Tentu saja. Lagipula, alasan aku ada di sini supaya bahaya itu tidak menjadi bahaya."

"Begitu. Baguslah kalau begitu."

"Apa ada yang ingin kamu tanyakan?" tanya Tiana, ingin segera memulai latihannya.

"Sudah. Silahkanlanjutkan."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro