JALAN SPESIAL CROSSOVER KEEMPAT (Grand Charlotte): MENGENDALIKAN DUNIA

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Di ruangan kesehatan akademi. Wanita berambut hitam pendek, iris mata biru gelap, dan memakai jas putih keluar dari tirai. Dia mendekati Likyter, sambil memberikan senyuman kecil.

"Temanmu baik-baik saja, tapi dia perlu istirahat yang cukup," ucap wanita itu. "Kalau kau ingin bicara dengannya, jangan lama-lama. Karena dia harus segera istirahat."

"Terima kasih, kak Reina," balas Likyter.

"Kalau begitu, aku akan menunggu di luar." Wanita bernama Reina itu pergi keluar.

Likyter langsung membuka tirai, di mana dibaliknya Tiana terbaring dengan beberapa perban melilit tubuhnya. Melihat itu, Likyter sedikit merasakan perasaan menyesal.

"Likyter, maaf... Aku tidak bisa menjaga Nalicia dengan baik," ucap tiba-tiba Tiana menyadarkan Likyter yang sedari tadi melihat kondisinya. "Dan... aku minta maaf, padahal aku kemari ingin menolongmu. Malah... aku membuatmu repot..."

"Jangan berkata seperti itu, Tiana." Likyter pun duduk di kursi sebelah ranjang. "Orang yang menolong itu, tidak selama akan berhasil. Itulah kenapa tidak banyak yang bisa menjadi penolong. Tapi, kau sudah berusaha untuk menolong. Terima kasih."

Seketika, Tiana memalingkan pandangannya. "Be-Begitu, ya... Baiklah, kalau kau tidak merasa keberatan..."

"Jadi... yang melakukan ini kepadamu adalah Yagia?"

"I-Iya... Walau dia tidak memakai senjata, tapi dia kuat sekali. Apakah dia pengguna sihir?"

"Tidak. Dulu, dia hanyalah pria aneh yang terobsesi akan dunia fantasi... begitulah, kata teman seperjuanganku yang dulu ikut mengalahkannya. Bahkan, saat melawan dia, kami tidak pernah melihat dia memakai sihir. Memangnya dia memakai sihir apa?"

"Kurasa... dia memakai sihir penambah kekuatan tubuh. Setiap pukulannya, sangat kuat sekali. Bahkan, kecepatan meluncurkan pukulannya terbilang tidak alami."

"Dia menjadi bertambah kuat, benar-benar merepotkan. Oh iya, apakah selama kalian bertarung, dia tidak sengaja bilang tentang rencanannya atau informasi keberadaan Nalicia?"

"Tidak, dia hanya meluncurkan pukulan sambil mengolok-ngolokku."

"Begitu." Likyter pun berdiri. "Baiklah, sebaiknya kau istirahat. Biar kami yang urus sisanya."

Hendak Likyter pergi, Tiana memegang lengan Likyter untuk menghentikannya. "Likyter, tolong selamatkan Nalicia dan selamatkan dunia ini."

"Tentu saja." Likyter balik badan, tapi lengannya masih dipegang oleh Tiana.

"Tunggu... ano... Ha-Hati-hati... jangan sampai kau mati. Kalau kau mati... a-maksudku Mio, akan sedih sekali."

"Iya-iya." Likyter melepaskan topi koboinya, lalu menyimpannya di atas selimut yang dipakai Tiana. "Tolong jaga topiku."

"Ba-Baik..."

Likyter pun pergi keluar dari ruangan kesehatan akademi. Sedangkan Tiana, menyimpan topi koboi Likyter di atas dadanya, lalu kedua tangannya memegang topi koboi itu dengan menyilang. Perlahan, Tiana pun menutup matanya untuk tidur.

Sementara itu, di lorong asrama. Alvin yang ingin kembali ke kamarnya dihadang oleh seorang pria berpakaian pelayan. Tentu melihat itu, Alvin langsung memasang wajah was-was.

"Kau... siapa?!" tanya Alvin.

"Aku adalah pelayan master Yagia, orang yang menculik gadis kecil bernama Nalicia," jawab tenang pelayan itu.

"Kembalikan Nalicia!"

"Tenang dulu," ucap pelayan itu berhasil menghentikan Alvin yang hendak menghajarnya. "Aku datang kemari untuk memberitahukanmu letak markas master Yagia, sekaligus tempat teman kecilmu itu disekap." Pelayan ini mengambil gulungan kertas di saku celanannya. "Nah, ikuti saja peta ini. Perlu diingat, kau harus datang sendiri kalau ingin teman kecilmu selamat."

Alvin menerima kertas itu dan langsung meluncurkan pukulannya, tapi pelayan itu bisa menghindarinya dengan meloncat ke belakang. Alvin lari untuk meluncurkan kembali pukulan, sayangnya pelayan itu langsung menghilang begitu saja.

Dengan perasaan kesal di hati, Alvin membuka gulungan kertas di tangannya. Sebuah gambar petunjuk arah menuju tempat diberi tanda silang besar, dimulai dari gerbang akademi. Alvin kembali menggulungnya setelah melihat sebentar gambar itu.

***

Di hutan yang gelap karena langit malam. Alvin dengan pedang besar di punggung, berjalan sesuai petunjuk dari kertas di tangannya untuk menuju markas Yagia. Kesunyian dan angin dingin malam menemani perjalan Alvin, walau begitu tidak ada tanda-tanda dia merasa terganggu oleh hal itu.

Tiba-tiba terdengar suara gemerisik semak-semak, membuat Alvin berhenti dan langsung was-was. Alvin langsung menarik pedang besarnya setelah melihat beberapa orang keluar dari balik pohon, menatap Alvin sambil menunjukkan batu hijau yang menempel di punggung tangan mereka. Cahaya hijau menyilaukan mata Alvin, beberapa monster berada di dekat mereka setelah cahaya hijau itu menghilang.

Salah satu monster yang dari fisiknya seperti anjing, meloncat untuk menerjang Alvin. Tapi, sebuah anak panah berhasil mengenai tepat di kepala monster itu. Monster itu mati bersimbah darah. Melihat itu, Alvin langsung melihat ke belakang. Gladys, Gadis, dan dua perempuan lainnya mendekati Alvin.

"Kalian... kenapa bisa ada di sini?" tanya Alvin.

"Karena kami tahu kau pasti akan pergi untuk menolong Nalicia," jawab Gladys.

"Jangan remehkan kepala pengawas asrama ini. Aku tahu jalur mana yang bagus untuk keluar secara diam-diam," jawab Gadis.

"Biar kami yang urus mereka," ucap gadis rambut abu-abu pendek sebahu dengan poni menutupi sebelah matanya.

"Sebaiknya kau segera pergi," ucap gadis rambut coklat sepunggung dengan poni panjang.

"Terima kasih, semuanya." Alvin pun pergi.

Untungnya musuh-musuh itu membiarkan Alvin pergi begitu saja, tapi mereka terlihat kesal kepada keempat gadis itu. Walau begitu, keempat gadis ini tidak merasa risih melihat tatapan tajam dari musuh-musuh.

"Jadi, kalian Tamer dari dunia... tidak, tepatnya Tamer palsu dari dunia lain, ya?" Gladys maju ke depan. "Biar aku tunjukkan kekuatan Tamer dari dunia ini."

Alvin terus berjalan, sampai akhirnya sampai di depan mulut gua. Gua inilah tempat tanda silang besar itu, dengan kata lain adalah markas Yagia. Tanpa ragu-ragu lagi, Alvin pun masuk.

Ternyata, dari balik pohon yang jauh. Likyter yang mengikuti Alvin secara diam-diam pun berjalan untuk memasuki gua itu. Tapi, langkahnya terhenti karena seorang pria berpakaian pelayan tiba-tiba muncul di hadapan Likyter.

Likyter pun langsung meloncat ke belakang. "Wah-wah, sepertinya aku ketahuan."

"Tentu saja, karena tuan Likyter adalah orang yang merepotkan bagi master. Jadi, aku bisa mengasumsikan hal ini terjadi."

"Hei-hei, sudah kubilang kalau orang yang merepotkan di sini adalah master-mu itu. Main ke dunia orang lain, tapi malah membawa masalah bukannya seperti tamu baik yang membawa oleh-oleh dari dunianya. Tentu, oleh-oleh itu haruslah makanan atau minuman yang enak."

"Apakah tuan Likyter sudah selesai berbicaranya?"

"Hmm... sepertinya sudah. Percuma saja aku mengoceh begitu kalau bukan kepada orangnya."

Likyter mencabut kedua pedang kecilnya dari sarung pinggang, sedangkan pelayan itu mengangkat tangan kanannya sambil menunjukkan batu hijau di punggung tangan kepada Likyter. Batu hijau itu pun memancarkan cahaya hijau, menandakan monster milik pelayan itu akan keluar.

Sementara itu, Alvin sudah di sampai di ruangan yang luas sekali dan diterangi oleh cahaya putih dari lampu neon di atas. Hal ini, membuat Alvin sedikit bingung, karena dia tidak menyangka ada sebuah ruangan seperti di gedung besar di dalam gua. Tapi, kebingungan itu tidak dipermasalahkan, karena di hadapan Alvin berdiri seorang pria bertubuh besar.

"Selamat datang, Alvin," ucap pria itu. "Namaku Yagia, musuh lama Likyter."

"Tak perlu dijelaskan, aku sudah tahu." Alvin mencabut pedangnya. "Di mana Nalicia?!"

"Nona kecil itu berada di ruang sebelah, sedang tertidur pulas. Apa kau ingin ikut tidur di ruang sebelah juga?"

"Kau lah yang akan tidur untuk selamanya!!"

Alvin berlari sambil mengangkat pedangnya, bersiap menyerang Yagia. Namun, Yagia hanya terdiam seakan kedatangan serangan itu tidak membuat dia kalah. Dan ternyata benar saja, Yagia berhasil menahan pedang Alvin dengan memegang tepat di mata pedangnya. Anehnya, tidak ada darah keluar dari telapak tangan Yagia yang digunakannya untuk menahan serangan.

"Ke-Kenapa bisa...?" kaget Alvin.

"Anggap saja kulitku ini terbuat dari besi," ucap Yagia tenang.

Alvin pun meluncurkan tendangan tepat ke perut Yagia, tapi sayangnya tidak ada reaksi kesakitan atau tubuh Yagia terdorong. Yagia masih berdiri tegak seperti semula.

"Sudah kubilang, anggap saja kulitku terbuat dari be-si!" Yagia langsung meluncurkan pukulan tepat dada Alvin.

Alvin terhempas cukup jauh, lalu terseret di lantai. Alvin pun merasakan nyeri yang luar biasa di dadanya, sampai membuat dia mengerang kesakitan.

"Kenapa, kau sudah menyerah?" tanya Yagia dengan nada mengejek.

Alvin pun perlahan bangkit, sambil menahan rasa nyerinya. Setelah berdiri, Alvin mengambil pedang besarnya yang tadi tergeletak di dekatnya. Kemudian, Alvin kembali berlari ke arah Yagia. Saat sampai di depan Yagia, Alvin mengayunkan dengan cepat pedangnya. Tapi, Yagia menangkisnya dengan pukulan. Alvin pun kembali mengayunkan pedangnya, kali ini lebih cepat dan kuat. Namun, lagi-lagi Yagia berhasil menangkis semua serangan Alvin dengan pukulannya.

Serangan balasan pun diluncurkan Yagia, namun Alvin bisa menghindarinya dengan mudah. Alvin kembali menyerang dan Yagia kembali menangkis semua serangan. Serangan balasan kembali diluncurkan Yagia dan Alvin berhasil menghindarinya juga. Terus seperti itu, sampai akhirnya Alvin kelelahan dan terkena pukulan telak di pipinya sampai terhempas menabrak dinding.

"Wah-wah, padahal baru sebentar, tapi langsung kelelahan," ucap Yagia mengejek.

Dengan susah payah, Alvin pun berdiri. "Ke-Kenapa kau menculik Nalicia...?" tanya Alvin menahan rasa sakit.

"Hmm... baiklah, aku beritahu alasannya. Aku menculiknya untuk menjalankan rencanaku mengendalikan dunia. Kau tahu sendiri, kan. Apa kekuatan Charlotte gadis kecil itu?"

"... Di-Dimension... Gate..."

"Benar sekali. Lalu, kau sendiri tahu kekuatan Charlotte-mu?"

"Ha...Har-Harmonic Motion..."

"Benar sekali." Yagia perlahan mendekati Alvin. "Dengan menggabungkan kedua kekuatan kalian menggunakan batu Milion, maka akan terciptalah kekuatan hebat! Kuberi nama... Control World! Dengan kekuatan itu, aku bisa dengan bebas mengendalikan seluruh dunia!"

"... Ja-Jadi... sebenarnya... kau juga berniat menculikku?"

Yagia menghentikan langkahnya, walau baru setengah jalan mendekati Alvin. "Benar sekali. Tapi, kurasa tidak akan menyenangkan kalau langsung menculikmu. Jadi, aku menculik gadis kecil itu agar kau datang dengan sendirinya kemari."

"Jadi, itu rencanamu, Yagia!"

Perhatian mereka berdua yang semula saling bertatap, berpindah ke arah suara itu. Tepatnya, ke arah Likyter yang baru datang. Yagia yang melihat itu, langsung tersenyum lebar... mungkin tepatnya menyeringai.

"Wah-wah, musuh lamaku, kita bertemu lagi," sambut Yagia. "Dilihat dari wajah yang menyebalkan itu, sepertinya kau benar-benar mengetahui seluruh rencanaku dan batu Milion ini."

"Yah, itu juga berkat pelayanmu yang tidak sengaja membocorkan tentang batu itu dan kelakuannya yang selalu menggunakan teleport. Aku benar-benar dikejutkan oleh fakta baru ini, ternyata selama ini aku keliru."

"Dasar... seharusnya aku membuangnya saja, daripada menyuruhnya menghadapimu. Tapi, tak apalah. Walau kau sudah mengetahui tentang batu ini dan rencanaku, itu sudah terlambat."

Tiba-tiba, tangan kegelapan muncul dari punggung Likyter dan bergerak mencengkram seluruh tubuh Yagia, membuatnya tidak bisa bergerak. "Benarkah? Tapi, bagiku ini belum terlambat." Likyter melihat ke arah Alvin yang sudah berhasil berdiri dan terlihat lebih baik. "Alvin, cepatlah pergi selamatkan Nalicia! Biar aku urus musuh merepotkan ini."

Alvin pun mengangguk mengerti dan pergi menuju ruangan sebelah. Sementara Yagia yang berada dalam genggaman tangan kegelapan Likyter tidak memperlihatkan ekpresi kesal, malah terlihat... senang?

"Ternyata, bukan hanya aku saja yang bertambah kuat," ucap Yagia dengan nada tenang. "Aku benar-benar tidak bisa bergerak, tangan kegelapan ini kuat sekali. Sebentar lagi tubuhku akan hancur."

Bisa saja Likyter merasa senang mendengar itu, karena Yagia bisa dengan mudah dikalahkan. Tapi, sayangnya ekpersi wajah Likyter tidak terlihat seperti itu. "Cih, ternyata kau lebih kuat dari perkiraanku," kesal Likyter membalas reaksi Yagia.

Tiba-tiba, tangan kegelapan Likyter hancur dan membuat tangan kanan Likyter kesakitan. Memanfaatkan kelengahan Likyter yang sedang menahan rasa sakitnya, Yagia pun berlari ke arah Likyter untuk meluncurkan pukulannya. Tapi, untungnya Likyter segera sadar dan berguling menghindar. Kemudian, Yagia meluncurkan tendangan. Kali ini, Likyter tidak sempat menghindar dan memutuskan menahan tendangan itu dengan kedua tangan disilangkan. Akibatnya, Likyter terhempas jauh.

Belum Likyter berdiri benar, Yagia sudah ada di depannya dan menggerakkan tangannya untuk memukul. Lagi-lagi, Likyter tidak sempat menghindar dan memutuskan menahan serangan Yagia. Akibatnya, Likyter tersungkur sampai terseret cukup jauh ke samping. Likyter masih terlentang di lantai, Yagia sudah mengangkat kaki untuk menginjak tubuhnya. Kali ini, Likyter berhasil berguling menghindar. Tapi, sayangnya Yagia tidak membiarkan begitu saja, jadi dia menendang Likyter yang sedang berguling sampai membuatnya terhempas jauh ke atas.

Dengan keras, tubuh Likyter menghantam lantai dari ketinggian terbilang tinggi sekali. Walau begitu, Likyter masih kuat, buktinya dia perlahan berdiri. "Ternyata benar... kecepatanmu tidak wajar..." ucap Likyter susah payah.

"Begitulah. Dan sepertinya, ketahanan tubuhmu tidak wajar. Kau masih bisa berdiri walau mendapatkan serangan sekuat itu."

"Sekarang, giliranku membalas!"

Likyter berlari ke arah Yagia sambil mencabut kedua pedang kecilnya dari sarung pinggang dan mengubahnya jadi katana. Kemudian, mengayunkan secara horizontal saat di depan Yagia. Tapi, dengan mudahnya Yagia mengenggam katana Likyter.

"Kenapa kau memilih katana, daripada pedang di punggungmu?"

"Pedang ini milik temanku, aku harus minta ijin kalau ingin memakainya."

"Heh... jadi, kau mengambilnya tidak ijin dulu?"

"Keadaan darurat, jadi aku mengambilnya begitu saja. Lagipula, aku hanya ambil satu saja."

Perlahan tangan Yagia yang menggenggam katana Likyter mengeluarkan darah. "Ke-Kenapa bisa?" ucap Yagia tidak percaya, walau ekpresinya datar.

"Sihir harus dikalahkan dengan sihir lagi."

Yagia pun menunjukkan ekpresi kesakitan. Dengan kesalnya, Yagia meluncurkan pukulan. Tapi, Likyter secepatnya meloncat dan meluncurkan tendangan yang mengakibatkan Yagia terdorong ke belakang dan tangannya yang menggenggam katana terlepas. Dapat dilihat, katana Likyter sekarang dilapisi oleh kegelapan dan sedikit darah Yagia.

Kali ini, Likyter bisa merasa senang setelah melihat Yagia mengekpresikan wajah kesal sambil menahan rasa sakit di telapak tangan yang sedari tadi mengeluarkan darah.

"Sialan, ternyata kau menyembunyikan kekuatanmu yang sebenarnya dan berpura-pura kalah tadi..." kesal Yagia.

"Tentu saja, biasanya memang seperti itu, kan? Penjahat menang pertama, lalu kalah di akhirnya."

"... Aku akan membalasmu!!"

Yagia berlari dengan cepat, saking cepatnya sudah ada di depan Likyter sekejap dan meluncurkan pukulan tangan kanan. Likyter menangkis pukulan itu dengan mengayunkan katananya, lalu serangan balasan diluncurkan dengan mengayunkan katana ke dada Yagia. Yagia berhasil menghindar dengan meloncat ke belakang.

Yagia semakin marah karena tangan yang dia gunakan untuk menangkis serangan Likyter mendapatkan luka sayatan cukup besar dan mengeluarkan darah banyak. Selain itu, di luka sayatannya mengeluarkan asap hitam.

"LIKYTERR!!"

Yagia kembali berlari dengan cepat dan Likyter pun melakukan hal yang sama. Yagia langsung meluncurkan pukulannya saat Likyter dekat dengannya, sedangkan Likyter langsung berseluncur dengan tulang keringnya melewati Yagia. Kemudian, Likyter berlari menjauhi Yagia, tepatnya mendekati seseorang yang baru saja keluar dari ruangan sebelah.

"Bagaimana keadaannya?" tanya Likyter.

"Dia baik-baik saja," balas orang itu. "Jadi, biarkan aku membantumu mengalahkan dia."

"Kalau begitu, ayokita kirim dia ke dunia kematian, Alvin."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro