JALAN SPESIAL CROSSOVER PENYELESAIAN (Broken Disaster): KARTU AS

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Nia pun melesat ke arah boss Leak itu, lalu mengayunkan sabitnya secara garis miring. Walau posisi boss Leak itu membelakangi Nia, tapi monster itu menyadari kedatangan serangan Nia dan menghindar dengan timing yang pas.

Monster itu tidak berbalik menyerang, malah setelah menjauh dari Nia monster itu malah melakukan gerakkan yang aneh. Namun kegiatannya tidak berlangsung lama, karena monster itu harus menghindari bola listrik yang ditembak oleh Likyter.

"Jangan biarkan dia menyelesaikan tarian panggilannya," ucap Likyter mendekati Nia.

"Jadi begitu caranya dia memanggil Leak-Leak itu. Oh iya, kenapa kau di sini?"

"Aku akan membantumu mengalahkan Leak itu," jawab Likyter sambil menembakkan bola listrik ke arah monster itu, namun berhasil dihindari dengan mudah.

"Leak? Jadi namanya juga Leak?"

"Iya, tepatnya Leak Celuluk. Monster itu dikenal sebagai hantu di salah satu tempat duniaku."

"Begitu..." Nia melemparkan sabit kegelapan ke arah Leak Celuluk yang berhasil dihindari dengan mudah. "Lalu, apa saja kemampuannya?"

"Dia punya kemampuan sihir angin, cakarnya tajam sekali, cukup lincah, dan kukunya cukup kuat."

"Terima kasih atas informasinya. Kalau begitu, aku urus saja sendiri."

Nia pun meloncat ke arah Leak Celuluk, lalu mengayunkan secara vertikal. Kali ini, monster itu memilih untuk menahan serangan Nia dibanding menghindar lagi. Monster itu menekuk kedua tangannya di depan wajah, agar kesepuluh kukunya bisa menahan sabit Nia.

Memang seperti yang dikatakan Likyter, kuku monster itu ternyata kuat. Bahkan rasanya kukunya seperti terbuat dari besi, buktinya saat ujung sabit Nia mengenai kuku terdengar suara 'tring' seperti kedua besi yang berhantaman.

Leak Celuluk langsung mengayunkan kedua tangannya bersamaan, menyebabkan Nia terpental ke atas. Kemudian, monster itu mencakar-cakar udara di depannya. Bukan tanpa alasan, monster itu mencakar udara di depannya untuk melemparkan angin tebasan yang meluncur ke arah Nia. Di penglihatan mata yang tidak terlatih, tebasan angin itu tidak akan terlihat. Jumlahnya cukup banyak, setiap tebasan jaraknya cukup jauh, dan datang dari berbagai arah.

Nia yang masih melayang tidak bisa menghindar, jadi dia memutuskan untuk menebas tebasan angin itu, walau ada keraguan karena bisa saja tebasan-tebasan itu tidak semuanya berhasil dihancurkan. Namun ternyata Nia berhasil menghancurkan semuanya sebelum mendarat.

"Hebat juga bisa menebas semua serangannya dengan sabit besar itu," puji Likyter sambil menghampiri Nia.

"Sepertinya memang benar aku membutuhkan bantuanmu, Likyter."

"Itulah pernyataan yang ingin aku dengar."

Leak Celuluk melemparkan lagi tebasan angin yang banyak. Likyter dan Nia menebas tebasan-tebasan angin itu dengan senjata masing-masing. Kemudian, Likyter maju untuk menyerang dengan mengayunkan pedangnya secara vertikal. Berhasil ditahan oleh kuku-kuku kedua tangan monster itu. Lalu, Nia datang menyerang dengan mengayunkan sabitnya secara vertikal dari sisi kanan. Monster itu langsung meloncat ke belakang untuk menghindar.

Likyter mengejar dan menyerang lagi, tapi kali ini Leak Celuluk memutuskan untuk menghindari setiap serangan Likyter. Memanfaatkan momen itu, Nia melemparkan beberapa sabitan kegelapan. Likyter langsung meloncat ke belakang untuk menjauh. Serangan Nia ada yang berhasil kena dan ada yang berhasil tertangkis. Walau begitu, sepertinya yang berhasil kena memberikan dampak yang cukup kuat, buktinya monster itu sempoyongan dan terlihat lemas.

Sebuah lance yang dilempar Likyter meluncur ke arah Leak Celuluk. Karena sudah kelelahan dan lemas, monster itu tidak bisa menghindar dan memutuskan untuk menahan lajur lance itu dengan kuku kedua tangannya. Sayangnya, karena kekuatan lajunya kuat sehingga lance itu berhasil menembus pertahanan monster itu dan menancap ke tengah dadanya. Lalu monster itu pun ambruk bersimbah darah.

"Eh, udah selesai lagi? Tidak serepot saat pertama kali melawannya... Apa jangan-jangan kebetulan yang ini lemah?" heran Likyter. "Kerja bagus, Nia."

Dengan secepat angin, Nia sudah ada di depan Likyter dan mengayunkan sabitnya. Untungnya Likyter berhasil menahannya dengan menggengam bagian atas ujung sabit, sehingga bagian tajamnya berada di depan kepala.

"Maaf, aku keceplosan," ucap Likyter tanpa bertanya alasan Nia menyerang.

Tanpa mengatakan apa-apa dan memberikan senyuman manis namun beraura kesal, Nia menurunkan sabitnya. "Aku terpaksa memaafkanmu~"

Seperti yang dikatakan Likyter, semua Leak yang dihadapi Sia dan Veronica menghilang begitu saja. Lalu, Rain, Sia, dan Veronica pun menghampiri mereka berdua.

"Tuan, kau baik-baik saja?" tanya Veronica.

"Ah, iya, aku baik-baik saja. Bagaimana denganmu?"

"Aku baik-baik saja. Kerja yang bagus, Tuan."

"Kau juga, kerja yang bagus." Likyter langsung mengelus-ngelus kepala Veronica.

"Rain, kau baik-baik saja~?" tanya Nia sambil menghampiri Rain.

"Iya, aku baik-baik saja," jawab Rain datar.

"Rain, apa kau terluka?" tanya Sia yang sudah ada di samping Rain.

"Tidak, tidak ada luka sedikit pun."

Setelah itu, terjadilah keheningan. Kedua gadis itu diam seperti menunggu sesuatu dari Rain, tapi Rain malah pergi begitu saja menghampiri Likyter dan Veronica. Kemudian, kedua gadis itu mengikuti Rain.

"Likyter, tadi aku sempat melihat sosok yang mungkin kau cari lewat sini."

"Eh, kapan?!"

"Saat kalian bertarung, dia per-"

"Ayo kita pergi!"

Dengan cepat, Likyter memegang tangan Rain dan membawa paksa Rain menjauhi mereka. Nia dan Sia hendak mengejar, tapi belum mengangkat kaki mereka sudah berhenti lagi. Sedangkan Veronica tidak jadi mengejar Likyter karena Nia dan Sia menghentikan langkahnya dengan memegang pundaknya.

"Bagaimana kalau kita berkeliling tempat ini? Mungkin saja ada Pemburu yang terluka atau ada barang yang bisa diambil dan dijual," ucap Nia.

"Baiklah. Mungkin aku bisa mengumpulkan dan menjualnya untuk melunasi hutang Tuan. Lagipula, rasanya aku akan mengganggu apabila mengikutinya."

Sementara itu, Likyter dan Rain sudah cukup jauh dari tempat ketiga gadis itu. Likyter masih memegang tangan Rain sambil berlari dan melihat sekitar. Sedangkan Rain pasrah dibawa paksa hanya memasang wajah datar saja.

Tiba-tiba, Likyter menghentikan larinya dan Rain pun terpaksa ikut berhenti. Lalu, Likyter melepaskan tangannya dari tangan Rain dan menjauhi Rain. Ada ekpresi jijik yang diberikan Likyter kepada Rain.

"Ihhh, kenapa kau malah pegang tanganku? Memangnya harus sambil pegang tangan untuk menunjukkan tempatnya?" tanya Likyter jijik.

Rain pun menatap sinis Likyter sebagai bentuk protes dan kekesalannya. "Seharusnya aku yang merasa jijik."

"Hahahah, maaf. Aku ingin mengubah ekpresimu itu. Habisnya kau terlihat datar terus, rasanya membosankan sekali. Oh iya, jadi di mana orang yang kau maksud?"

"Aku hanya melihat sekilas dan tidak terlalu memperhatikannya. Mungkin saja sudah ke-"

"Ahhh, itu dia!" teriak Likyter memotong kalimat Rain.

Likyter menunjuk sosok berkepala tengkorak yang jaraknya cukup jauh di depannya. Entah karena mendengar teriakkan Likyter atau punya rasa aura berbahaya, tengkorak itu berbalik badan dan melihat Likyter. Kemudian, tengkorak itu langsung kabur.

"Ah, dia lari! Ayo kita kejar, Rain!" Likyter pun berlari mengejar.

Sedangkan Rain diam, malah dia hendak berbalik untuk pergi ke lawan arah. Melihat itu, Likyter balik lagi dan menghentikan Rain.

"Kenapa malah pergi ke sana? Dia pergi ke sana!"

"Kenapa aku harus ikut mengejarnya? Aku kan tidak ada urusannya dengan masalahmu."

"Apa aku harus menggendongmu seperti tuan putri?"

"Baik, ayo kita kejar dia."

Rain pun lari mengejar tengkorak itu, disusul Likyter di belakang. Kecepatan lari Rain terbilang cukup cepat, bahkan Likyter tidak bisa mengejar agar sejajar atau melewatinya. Namun Rain tidak berhasil sejajar dengan tengkorak itu atau bahkan menyusulnya.

Setelah keluar dari hutan, tepatnya di tepi jurang, tengkorak itu menghentikan larinya dan berbalik badan untuk kabur ke arah lain. Tapi sayangnya hal itu tidak bisa dilakukan karena Likyter dan Rain sudah menghadangnya.

"Akhirnya kita ketemu juga, Teriot."

"Ahhh... padahal aku tidak ingin bertemu denganmu dulu," balas Teriot kesal. "Mau bagaimana lagi, aku harus membunuhmu sekarang juga!" Teriot pun memasang kuda-kudanya dan mengeluarkan aura ungu.

"Akulah yang seharusnya mengatakan i-" Likyter menghentikan kalimatnya karena menyadari bahwa senjatanya tidak ada di punggungnya. "Aaaahhh, aku lupa ambil lagi!"

"Nih." Rain melemparkan sebuah pedang yang berhasil ditangkap Likyter. "Aku bantu di belakang." Selanjutnya dia mengeluarkan tongkat sihir pendek dari balik jubahnya.

"Baguslah kau membantu, walau di belakang. Kupikir kau akan diam menyaksikan saja."

Selanjutnya, Likyter meloncat untuk menyerang tengkorak itu, dengan mengayunkan pedang secara vertikal. Teriot meloncat ke samping kanan cukup jauh sambil mengangkat tangan ke depan, tepatnya ke arah Likyter mendarat. Likyter pun langsung memposisikan pedangnya menjadi perisai dan menghadap ke kiri, yaitu ke arah Teriot meloncat. Tiba-tiba muncul tangan panjang kegelapan dari atas tanah, meluncurkan tinjuan ke arah Likyter. Likyter sedikit terdorong ke belakang dan langsung memutar badan untuk menebas tangan kegelapan yang muncul di atas tanah belakang Likyter.

Beberapa batu besar melayang ke arah Teriot, dengan jarak meluncur yang berbeda-beda. Lalu, beberapa tangan kegelapan dengan telapak tangan yang besar bermunculan di atas tanah samping Teriot. Tangan-tangan kegelapan itu menahan laju batu-batu yang dilempar Rain. Selanjutnya serangan balasan diluncurkan Teriot dengan mengirim beberapa tangan kegelapan menyerang di setiap sisi tempat Rain berdiri. Untungnya Rain bisa menghindarinya dengan mudah.

Mengambil kesempatan Teriot melihat ke arah Rain, Likyter meloncat untuk menjauh dari gerombolan tangan-tangan kegelapan yang mengepungnya, sekaligus meluncurkan serangan. Teriot menyadari kedatangan Likyter dan langsung memunculkan dua tangan kegelapan panjang disilangkan untuk menahan serangan Likyter. Pedang yang dipegang Likyter dengan tangan kegelapan Teriot saling beradu kekuatan, keduanya sama-sama kuat.

Tapi, pertandingan adu kekuatan itu tidak berlangsung lama setelah Likyter mengalirkan api ke pedang yang dipegang dan sedikit memberikan kekuatan pada dorongannya. Kedua tangan kegelapan Teriot hancur tidak tersisa. Akibatnya, Likyter perlahan turun ke tempat Teriot berdiri dan siap menebas badannya menjadi dua. Namun karena gerakan turun Likyter melambat, Teriot berhasil menghindar dengan meloncat ke belakang tanpa rasa terkejut.

Sayangnya, Teriot tidak bisa merasa senang karena saat pedang yang dipegang Likyter menghantam tanah, apinya merambat lurus ke depan menuju Teriot. Dengan cepat Teriot mengeluarkan tangan kegelapan untuk menahan lajur api itu. Akibatnya, tangan kegelapan itu terbakar hebat sampai hilang tidak berbekas.

Beberapa tombak batu menyambut pendaratan Teriot. Seperti sebelumnya, beberapa tangan telapak besar muncul untuk menahan serangan. Tapi kali ini tidak semua serangan dapat ditahan, karena kecepatan laju dan ketajaman tombak yang dilempar sihir Rain berbeda-beda. Ada sekitar dua tombak berhasil menembus tangan kegelapan dan siap menancap Teriot. Karena terkejut, refleks Teriot menyilangkan kedua tangannya sendiri, sehingga kedua tombak batu itu menancap di lengannya.

Lalu, di sisi lain Likyter meloncat ke depan dengan dibantu api yang keluar di kedua telapak kakinya sehingga melesatnya lebih cepat. Teriot yang melihat itu langsung mengeluarkan tangan besar kegelapan untuk menahan serangan. Likyter pun meluncurkan tinjuan tangan kiri yang sudah dialiri listrik.

*dhurr

Tangan kegelapan itu meledak setelah bertabrakan dengan tangan Likyter yang dialiri listrik, sehingga kepulan asap tercipta dan menghalangi pandangan Teriot. Lalu, dari dalam kabut itu muncul api yang cukup panjang bergerak ke arah Teriot. Ternyata, itu adalah pedang api yang Likyter pegang, yang diayunkan secara horizontal.

*triiinggg

Likyter terpental ke belakang, karena objek yang ditebasnya lebih kuat dibanding kekuatan ayunan Likyter. Awalnya Likyter mengira badan Teriot menjadi kuat, tepatnya tulang-tulang tubuhnya bisa ditambah kuat oleh sihir. Tapi, setelah asap hasil dari benturan antara listik dan kegelapan hilang, Likyter mendapatkan jawaban yang sebenarnya.

Sebuah makhluk kegelapan berbentuk setengah badan manusia besar dapat dilihat Likyter. Kedua tangannya besar, wajahnya rata dengan mata dua bulatan merah, dan dua tanduk melengkung di atas kepala. Teriot berada di dalam makhluk kegelapan itu, sehingga dia terlindungi dari tebasan dari Likyter. Selain itu, dua tombak yang sebelumnya menancap di kedua lengannya menghilang.

"Makhluk itu seperti yang dimiliki pelayanmu," ucap Rain yang sudah ada di dekat Likyter.

"Yah, mereka disebut Susha, singkatan dari Summon Shadow."

"Sebutan yang cukup unik."

"Begitulah."

Makhluk kegepalan Teriot melemparkan bola kegelapan sebesar genggaman tangan, lalu dilemparkan ke arah Likyter dan Rain. Sehingga kedua orang itu terpaksa menghentikan pembicaraan mereka.

Rain langsung mengeluarkan beberapa batu besar untuk dijadikan perisai. Sedangkan Likyter langsung mendorong Rain ke samping dan meloncat ke samping. Lalu, bola kegelapan itu menabrak batu-batu yang dikeluarkan Rain sehingga hancur berkeping-keping.

"Kau cukup berani juga, menahan serangan itu hanya dengan beberapa batu," ujar Likyter.

"Aku hanya ingin tahu seberapa besar perubahan kekuatannya setelah mengeluarkan makhluk itu," balas Rain datar. "Jadi, makhluk apa itu?

"Penjelasannya nanti saja. Untuk sekarang aku ingin kau menyibukkannya beberapa saat."

"Apa satu menit cukup?"

"Lebih dari cukup. Nih!" Likyter melempar pedang di tangannya ke pemiliknya.

Rain berhasil menangkap pedangnya tanpa kesulitan, walau pandangannya mengarah ke arah Teriot yang siap melemparkan bola kegelapan lagi. Lalu, dia melemparkan beberapa batu sebelum Teriot melemparkan bola kegelapan. Hanya dengan satu ayunan tangan kanan, makhluk kegelapan Teriot berhasil menghancurkan semua batu-batu yang dilempar Rain.

Hendak makhluk kegelapan itu melemparkan bola kegelapannya, tapi karena Rain tidak ada di tempat jadinya tidak jadi. Ternyata, Rain ada jauh di samping Teriot sedang menebas udara dengan pedang di tangan kanan, ke depannya berkali-kali. Bukan tanpa maksud, Rain melakukan itu untuk melemparkan beberapa tebasan angin. Hanya butuh ayunan tangan kanan makhluk itu, semua tebasan angin Rain dapat dihancurkan.

Teriot pun memilih mengabaikan Rain dan menyerang Likyter yang sedang duduk sila menutup mata. Beberapa tangan kegelapan muncul di atas tanah sekitar Likyter. Tangan-tangan itu meluncurkan tinjuan bersamaan. Tapi, kepalan tinju tangan-tangan itu tidak mengenai Likyter, malah berhenti di tengah jalan seperti ada tembok tembus pandang yang menghalangi. Ternyata, itu adalah sihir angin yang dituju untuk melindungi Likyter dan pelakunya adalah Rain.

Selanjutnya, Teriot memutuskan untuk melemparkan bola kegelapan ke arah Likyter. Tiba-tiba Rain sudah berdiri menghalangi laju bola kegelapan itu atau bisa dibilang rela menjadi perisai Likyter. Tapi, entah kenapa bola kegelapan itu berhenti melaju di depan Rain seperti ada sesuatu yang kuat menarik lajunya. Lalu, Rain mengayunkan tongkat sihirnya ke atas dan bola kegelapan itu langsung melesat ke atas. Setelah sampai jauh di langit, bola kegelapan itu meledak.

"Ti-Tidak mungkin... ke-kenapa bisa?!" kaget Teriot. "Kau... Siapa kau sebenarnya?!"

"Itu bukan urusanmu."

"Bisa dibilang, dia sepertiku. Hanya beda setting-nya saja," tambah Likyter yang sudah ada di samping Rain.

"Sudah kuduga, kau memang memiliki kekuatan yang tersembunyi."

Rain bisa mengatakan itu karena melihat perubahan penampilan Likyter yang sangat mencolok. Di kedua kepalan tangannya ada api yang menyala, iris matanya berubah menjadi merah gelap, dan rambutnya berdiri terlihat kaku seperti memakai jell rambut.

"Kalimat itu berlaku juga kepadamu."

"Aku akan menghabisi kalian sekaligus!!" teriak Teriot penuh amarah.

Beberapa bola kegelapan mulai tercipta di sekitar makhluk kegelapan Teriot. Perlahan kegelapan itu membentuk bola yang besar sekali dan jumlahnya banyak.

"Wah, dia marah," ucap Likyter. "Sepertinya langsung finishing. Rain, kumpulkan beberapa batu dan gabungkan menjadi bola besar."

"Oh, kita akan melakukan serangan kombinasi?"

"Benar sekali. Nama serangannya adalah... Bape!"

"Ba... Sudahlah, itu tidak penting."

Rain mengangkat tongkat sihirnya, lalu beberapa batu muncul dan berkumpul menjadi bola berukuran sangat besar sekali. Setelah menjadi bola besar, Likyter memberikan api sehingga menjadi bola api besar.

Teriot melemparkan bola-bola kegelapannya, begitu juga dengan Rain yang langsung melemparkan bola batu api itu. Kedua serangan itu saling berbenturan, sehingga terjadi adu kekuatan dan menciptakan hembusan angin yang cukup dahsyat. Terlihat, keduanya imbang, tidak ada yang mampun mendorong dan hanya diam di tempat.

Namun hal itu tidak berlangsung lama, setelah Likyter mengeluarkan semburan api di kedua tangannya bola api yang dikendalikan Rain mulai menunjukkan tanda-tanda kemenangan. Tentu Teriot tidak bisa diam melihat hal itu, jadi dia melemparkan lagi bola-bola kegelapan. Keputusannya membuahkan hasil, kedua serangan itu kembali imbang.

"Ayo, Rain!"

"Iya..."

"Bape!" teriak mereka bersamaan.

Likyter pun langsung menambah kekuatan semburan apinya. Bola api itu langsung melaju dengan cepat, menghancurkan bola-bola kegelapan itu. Lalu, kedua tangan makhluk kegelapan Teriot menahan bola api itu. Tapi tidak bertahan lama, karena kedua tangannya hancur. Teriot pun hanya bisa pasrah membiarkan bola api itu mengenainya.

*dhuurrr

Makhluk kegelapan Teriot pun hancur, sehingga dia tidak terlindung lagi. Likyter pun segera melesat untuk menyerang, dengan sekejap dia sudah ada di depan Teriot. Karena kaget, Teriot tidak bisa melakukan apapun kecuali diam dalam kaget. Langsung saja tanpa menyia-nyiakan kesempatan, Likyter memukul bawah dagu Teriot sampai terbang jauh ke langit.

Saat Teriot meluncur turun ke bawah, Likyter meloncat ke tempat Teriot dengan dibantu dorongan api di kaki seperti roket yang siap meluncur menuju bulan. Kemudian, dia membesarkan api di kepala tangan kanan dan mengeluarkan semburan api di kaki untuk meluncur ke bawah sambil memukul perut Teriot.

*dhurr

Hantamannya begitu keras sekali, sampai-sampai menciptakan kawah cukup besar. Tidak lama kemudian, Likyter keluar dari dalam kawah yang berasap. Setelah keluar, Likyter meregangkan tubuhnya.

"Akhirnya selesai juga."

"Tuan."

Likyter pun menanggapi panggilan itu dengan melihat ke arah orang yang memanggilnya. Dia melihat Veronica datang menghampirinya sambil membawa sebuah lance yang dibawa oleh tangan makhluk panggilan Veronica.

"Maaf, Tuan. Aku baru mengembalikan senjata Tuan," ucap Veronica. "Padahal, seharusnya aku mengembalikan senjatamu sebelum kau pergi mengejar musuh."

"Tidak apa-apa, aku memang sengaja meninggalkan senjataku karena aku ingin melawannya tanpa bantuan senjata." Likyter pun mengambil lance itu, lalu tangan makhluk panggilan Veronica menghilang. "Terima kasih, Veronica." Likyter pun mengeluas kepala Veronica.

Setelah mengelus kepala Veronica, Likyter melemparkan lance yang gagangnya sudah ditempelkan kegelapan ke tubuh Teriot. Setelah tertancap, proses pemakanan wujud Teriot oleh kegelapan Likyter dimulai. Melihat ada kegelapan panjang berasal dari Likyter yang menempel di senjatanya, Rain beserta Nia dan Sia menghampiri mereka berdua.

"Likyter, kau juga bisa mengendalikan sihir kegelapan juga?" tanya Nia.

"Begitulah. Memangnya aneh, ya?"

"Tidak aneh, hanya saja aku terkejut. Kau pasti Pemburu yang kuat sekali."

"Pasti kalau kau tinggal di dunia ini, kau sudah menjadi Pemburu tingkat A atau mungkin di tingkat yang lebih tinggi," sambung Sia.

"Sudahlah, jangan terlalu memuji. Aku tidak sehebat yang kalian kira."

Di tengah-tengah percakapan mereka, kegelapan Likyter membawa lance kembali ke pemiliknya. Hal itu menarik perhatian Rain dan kedua pelayannya, apalagi sosok Teriot yang tiba-tiba menghilang tanpa bekas.

"Kalau kalian menanyakan di mana musuhku, dia sudah dimakan oleh kegelapanku. Tidak ada cara lain untuk mengalahkannya, kecuali dengan disegel atau dilenyapkan ke dalam kegelapan. Kalau tidak dilakukan salah satu hal itu, maka dia akan beregenerasi kembali."

"Apa dia undead?"

"Begitulah. Ya sudah, kita kembali untuk mengambil hadiahnya untuk bayar hutang. Kalau masih kurang, tolong berikan lagi Permintaan."

"Tidak perlu, kurasa barang-barang yang ditemukan di dalam hutan itu cukup untuk membayar hutang kalian, walau dibagi rata," terang Nia.

"Itu pun kalau kalian mau memberikan semua uangnya," tambah Sia.

"Begitu... Yah, semua untuk kalian saja. Lagipula kita tidak perlu uang dunia ini sekarang, karena misi kita sudah selesai."

"Apa kau akan kembali ke duniamu sekarang?" tanya Rain.

"Tentu saja. Kalau kami berlama-lama di sini, percuma saja kita mengalahkan tengkorak itu," jawab Likyter. "Terima kasih karena sudah menolong kami, kalian bertiga. Kami pasti akan membalas kebaikan kalian."

"Terima kasih, Rain, Aegisia, Laevateinnia," ucap Veronica.

"Sampai jumpa, Rain." Likyter mengepalkan tangan kanannya dan diarahkan ke depan.

"Sampai jumpa." Rain pun membalas salam tinju Likyter.

"Sampai jumpa, Veronica~" ucap Nia sambil memeluk Veronica.

"Sampai jumpa," ucap Sia dan ikutan memeluk Veronica.

"Sampai jumpa, Aegisia, Laevateinnia."

Sia dan Nia pun melepaskan pelukan mereka, lalu berbalik untuk pergi. Rain pun hendak menyusul, tapi dihentikan panggilan dari Likyter.

"Apa kau menikmati kehidupan di dunia ini?"

Rain diam dan mengalihkan pandangannya sejenak, lalu kembali melihat ke arah Likyter. "Bagaimana denganmu?"

"Yah, bisa dibilang kondisi kita hampir sama. Tapi, setting-nya berbeda. Aku memang asli berasal dari dunia itu."

"Begitu... Mungkin aku bisa bilang, aku cukup menikmati kehidupanku ini."

Setelah itu, Rain pun menyusul Nia dan Sia. Likyter masih terdiam melihat kepergian mereka. Melihat itu, Veronica pun menghampiri Likyter.

"Tuan, kenapa Tuan menanyakan hal itu kepada Rain?"

"Yah, anggap saja sebagai basa-basi orang yang hidupnya hampir sama."

"Maksud Tuan?"

"Nanti saja aku jelaskan, sekarang kita harus segera pergi sebelum terjadi hal buruk menimpa dunia ini."

"Baik, Tuan."

Likyter pun menekan tombol intercom di telinganya. "Melody, kirim kami kembali."

"Oke."

Perlahan tubuh mereka berdua menjadi beberapa data dan sampai akhirnya menghilang tanpa bekas.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro