36. Psy-CHO-path

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Ken, terima kasih untuk hari ini."

"Seharusnya aku yang berterima kasih padamu, Hime-chan. Terima kasih sudah mau menemaniku ke toko buku." Kento tersenyum lembut kemudian tangannya bergerak mengacak pelan surai kecokelatan milik Hyun Ae. Membuat gadis itu tersipu malu.

"Hati-hati di jalan, Ken."

Kento mengangguk. "Aku pergi dulu. Jangan tidur larut malam, Hime-chan. Jya ne."

Hyun Ae melambaikan tangannya saat Kento mulai berjalan menjauhi area pekarangan rumahnya. Gadis itu masih berdiri di ambang pintu rumah hingga sosok sahabatnya itu tidak terlihat lagi.

Saat Hyun Ae hendak masuk ke rumah, sebuah tangan memegang pundak Hyun Ae. Aura mencekam terasa di balik punggung Hyun Ae.

"Ae-chan."

Deg!

Hyun Ae bergeming. Tubuhnya terasa kaku hanya untuk sekadar memutar tubuh. Bulu kuduknya berdiri kala hembusan napas menerpa leher mulusnya.

"Kau pergi dengan Kento lagi, hm?"

Dua tangan melingkar di perut ramping Hyun Ae. Bahu kanannya terasa berat karena terbebani oleh dagu lelaki di belakang Hyun Ae. Hidung lelaki itu mengendus permukaan leher Hyun Ae membuat tubuh gadis itu meremang.

"B-Bby," cicit Hyun Ae ketakutan.

"Ya, Sayang?" tanya lelaki yang tak lain adalah Kyuhyun dengan suara parau.

"Ka-Kau ... se-sejak kapan kau di sini, Bby?" tanya Hyun Ae susah payah. Pasalnya, tangan Kyuhyun sudah bergerak liar di tubuh Hyun Ae.

"Hm," Kyuhyun memasang pose berpikir, "tiga puluh menit sebelum kau dan sahabatmu itu datang, Ae-chan," jawab Kyuhyun. Lidahnya menjilat leher Hyun Ae.

"Ngh. B-Bby, s-stop."

Wajah Kyuhyun didekatkan ke telinga Hyun Ae. Lelaki itu berbisik dengan suara amat rendah, nyaris seperti desahan. "Ingat, Ae-chan. Aku akan selalu berada di sisimu untuk melindungimu. Because ... you're mine. Paham?"

Hyun Ae mengangguk kaku.

"Jadi ... tidak boleh ada seorang pun yang boleh mendekatimu kecuali seorang Cho Kyuhyun"

***

Dua hari kemudian, sekolah tempat Hyun Ae, Kento, dan Kyuhyun menuntut ilmu digegerkan oleh berita penemuan mayat lelaki dengan kondisi tubuh terpotong menjadi dua belas bagian dan banyak luka sayatan.

***

Malam sebelumnya.

"Bukankah aku sudah memberi peringatan padamu untuk menjauhi Hyun Ae?"

Kento berhenti saat sosok dengan hoodie hitam berdiri di hadapannya seraya menundukkan kepala, menghalangi jalannya untuk pulang.

"Kyu-hyun Senpai?" tanya Kento ragu.

Sosok itu lantas mendongak, menatap dalam kedua netra Kento. Sudut bibirnya tertarik ke atas membentuk sebuah seringaian mematikan. Kedua tangannya dimasukkan ke saku hoodie yang dipakainya.

"Sudah berapa kali kubilang jika Hyun Ae hanya milikku dan tidak boleh ada seorang pun yang mendekatinya, terutama kau. Aku tidak peduli kau itu sahabatnya atau bukan." Kyuhyun berjalan ke arah Kento dengan langkah konstan. "Satu hal yang pasti—"

Firasat buruk menyerang Kento. Ia tahu jika lelaki di hadapannya saat ini sangat berbahaya. Kento mengambil posisi bertahan.

"—kau harus mati!!"

WUUUSSSS!!!

Kento dengan sigap menghindar saat Kyuhyun mengarahkan gunting kearahnya. Sayangnya, gunting itu berhasil mengenai permukaan pipinya, menimbulkan garis luka memanjang dan mengeluarkan darah segar.

Kento memegang luka yang baru ia dapat. Memerlihatkan darah berwarna merah pekat. "A-AP-APAAN INI, SENPAI?!" Kento menatap Kyuhyun nyalang.

"Tsk. Respon tubuhmu cepat juga." Kyuhyun menjilat jejak darah yang menempel di guntingnya. Dua detik kemudian, dia menyeringai layaknya iblis. "Tapi—"

CRAAASSSH!!!

"Uhuuk!"

"—kau tidak akan selamat malam ini dan kau tidak akan pernah melihat matahari terbit lagi."

Kento memuntahkan banyak darah karena Kyuhyun menghunuskan guntingnya tepat di jantungnya.

"Ch-Cho ... uhuk ... Ky-Kyu ... uhuk ... h-hy-hyun—"

Kyuhyun mengusap darah di guntingnya. Ia memandang ke arah Kento yang saat ini tengah berlutut di atas tanah seraya memegang dadanya. "Aku sudah sering memberikan peringatan untuk menjauhi Hyun Ae, tapi kau tidak menghiraukan peringatan dariku."

Kyuhyun merogoh saku hoodie-nya. Dikeluarkannya sebuah pisau daging. "Selamat tinggal."

Kento membulatkan matanya. "TIDAAAA—"

CRAAASSH!

Kepala dan tubuh Kento terpisah dalam sekejap mata oleh tebasan pisau daging yang Kyuhyun ayunkan ke leher Kento. Kepala lelaki malang itu menggelinding dan berhenti tepat di ujung kaki Kyuhyun dengan kedua mata terbelalak menatap Kyuhyun.

Kyuhyun menatap bagian tubuh Kento itu dengan tatapan jijik. "Jangan menatapku seperti itu."

Kretek!

Dengan sekali injakan, kepala Kento remuk. Kyuhyun tersenyum puas. Dengan perasaan bangga, ia memotong-motong tubuh Kento menjadi sebelas bagian. Dua belas jika kepala Kento dihitung. Sebelum dipotong, tubuh sahabat Hyun Ae itu disayat dan dikuliti hingga daging-dagingnya yang berwarna merah itu terlihat.

"AKU, 'KAN, SUDAH BILANG ... HYUN AE HANYALAH MILIKKU!"

***

Hyun Ae tidak kuat untuk menopang tubuhnya. Ia nyaris menyentuh lantai jika Kyuhyun tidak segera menangkap tubuh mungil itu.

Hyun Ae langsung memeluk Kyuhyun erat. Gadis itu menangis meraung-raung meneriakkan nama sahabatnya itu.

Seragam di bagian dada Kyuhyun sudah basah karena air mata yang terus mengalir dari mata Hyun Ae.

"Hiks ... Bby ... hiks ... Kenapa Kento ... hiks ... harus pergi setragis ... hiks ... ini?"

Kyuhyun mengusap pelan punggung kekasihnya. Memberikan ketenangan. "Ini sudah menjadi takdir Kento, Ae-chan. Kau harus menerimanya."

Kyuhyun tersenyum dalam hati. Untungnya aku menggunakan hand gloves. []

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro