Part 4: Lucifer's Curse

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Aurielle benar-benar meninggalkanku, pikir Will. 

Ia masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya beberapa menit terakhir. Tubuhnya yang sudah tidak bernyawa, terbaring dalam dekapan Will. Ia tahu, racun Orcus tidak hanya membunuh secara fisik, namun belati itu dapat menghancurkan jiwa seseorang, menghapusnya dari dunia ini. Cukup sudah, batin Will. 

Perlahan-lahan, ia bangkit sambil tetap mendekap Aurielle dalam gendongannya. Semua perasaanya seolah tertutup karena kesedihan yang terlalu hebat. Air mata dipelupuknya menetes untuk pertama dan terakhir. Mata abu-abunya sekarang mengeras oleh tekad. Tekad untuk menghancurkan semuanya.

***

Dari kejauhan, Azura melihat visinya mulai menjadi kenyataan. Seonggok tubuh terkulai tak bernyawa dalam dekapan Will. Jubah putih malaikat itu, Aurielle, penuh noda darah yang menggelap. Perlahan tubuh malaikat itu meluruh menjadi debu. Dan yang membuat Azura merinding adalah tatapan dimata Will. Begitu mutlak dan tak terbantahkan. Seolah ia menutup semua perasaannya dengan amarah dingin. 

Will mulai terbang naik dengan perlahan agar semua Demons dapat melihatnya dengan jelas. Pandangan matanya begitu tajam oleh kesedihan yang berubah menjadi amarah dan sebuah tekad baja.

"Oh tidak!" gumam Azura. Ia berdiri di tepi lapangan penyiksaan itu, tidak mampu berbuat apa-apa. Azura melihat Gregory masih hidup, namun terluka parah. Will masih tidak berkata apa-apa. Ekspresinya menjadi selicin es dan tak terbaca. Dan Azura tahu apa yang akan ia lakukan selanjutnya.

"Oh tidak! Tidak! William! Jangan ucapkan apapun yang kau pikirkan sekarang," seru Azura. Belum sempat ia mendekat ke arah Will, tiba-tiba api-api obor berkobar terlalu besar hingga membuat siapapun yang sedang memegangnya, menjatuhkan obor itu. Api merah membara langsung menyebar di lantai batu itu entah bagaimana, membuat Azura mundur kembali. Will sama sekali tidak mendengarkan.

"Hal ini tidak pernah dilakukan siapapun, namun kau, Gregory, satu-satunya saudaraku, memaksaku untuk melakukan hal ini," katanya dengan amarah dingin. "I claim the Lucifer's Curse!" Tekad memancar dimatanya. Tekad untuk memusnahkan semua yang telah menghancurkan kebahagiaanya. Mata Will mulai berubah warna, tidak lagi abu-abu tetapi benar-benar menyala semerah darah.

"Oh!" Hanya itu yang bisa digumamkan Azura sebelum semua visinya menjadi kenyataan. Mata merah darah itu hanya berisi kebencian abadi.

"Sekarang, nikmatilah hari kiamatmu." Ia tersenyum keji. Senyum yang sama sekali tidak pernah terlihat diwajah Will.  Wajah rupawannya semakin mencolok dengan aura berbahaya. 

Hanya dalam sedetik lamanya, api hitam meluluhlantakkan seluruh tempat itu. Hati dan jiwa Will telah hilang selamanya. Jeritan para demon dilautan api hitam seolah tidak berpengaruh apa-apa baginya. Sekarang, hanya ada kebencian dan ingatan kesedihan entah sampai kapan.

Seolah Lucifer sendiri menyambutnya, api hitam itu menyambut Will, lalu membalut tubuhnya dengan kekuatan iblis yang tak pernah dimiliki malaikat manapun, kecuali mungkin sang Iblis itu sendiri. Lalu, semuanya meledak, itulah kegelapan yang diliat Azura sebelumnya.

***

Jauh di atas langit, seorang malaikat berambut pirang dengan mata biru cerah berdiri di tebing paling ujung Caleum-surga. Tangannya menggapai ke awan-awan hitam yang berlomba-lomba menyelimuti Caleum. Kedahsyatan ledakan yang baru terjadi tak sebanding dengan pergumulan di dalam hatinya. "Aku membuatnya terbunuh, dan Will...." Ia tercekat. "Ini semua salahku," gumamnya, dengan suara gemetar.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro