PP III | Lekas

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Lekas by Herlinda Dianitri

||

"Jangan terus larut dalam sedih. Hentikan tangismu, Nak."-Ibu Herdiant.

||

Selamat membaca, Fams!


Tatapan kosong sangat jelas terpancar dari kedua netra hitam tersebut. Tak ada sedikit binar pun yang tersisa di sana. Hanya kesedihan yang terlihat.

"Huft, apa aku bisa menghadapi semua ini?" ucap Kirana dengan lirih.

Sambil menghela nafas berat, ia kembali berucap, "Aku harus lekas. Sebab, waktuku sangat terbatas. Pun waktu-waktu kian terasa berharga, saat aku menjalaninya dengan kembali bahagia."

... dan kali ini, mata itu terlihat berbinar.

"Ya, aku harus lekas! Tak ada gunanya aku terus menangis dan bersedih. Sekarang, hanya ada aku, yang untuk terus tersenyum," katanya dengan penuh semangat.
"... tapi ... apa itu mungkin?"

Tok tok tok

"Sayang, kamu di dalam? Ibu masuk, ya," ucap sang ibu sambil membuka pintu kamar Kirana.

Di dalam kamarnya, Kirana tengah asik dengan pikirannya sendiri. Hingga tak menyadari keberadaan Ibunya.

"Hey, lagi mikirin apa?" tanya sang ibu---Herdiant sambil mengelus lembut rambut anaknya.

"Eh, Ibu kapan masuknya?" ujar Kirana terkejut.

Herdiant menggelengkan kepalanya, "Kamu saja yang terlalu asik ngelamun, mikirin apa hayo?"

"Gak mikirin apa-apa kok."

"Kalau gak mikirin apa-apa, kok manyun gitu, hm?"

"Gak tuh," kilahnya.

"Udah jangan bohong ke Ibu." Herdiant berkata seraya menatap Kirana penuh selidik. Kirana hanya menggeleng sebagai jawaban.

Herdiant menghela nafas pelan. "Kirana, dengarkan Ibu, jangan seperti ini. Jangan terus larut dalam sedih. Hentikan tangismu, Nak. Ibu rindu saat dimana, berbinar matamu ....

".... ayo kembali jadi Kirananya Ibu yang dulu. Wujudkan lagi semua mimpimu, hargai nafasmu. Karena waktu enggan menunggumu." Herdiant menyemangati anaknya serqya tersenyum penuh kelembutan.
"Tapi, Ibu---"

Perkataan Kirana terpotong, karena Herdiant tahu ke mana arah pembicaraan sang anak.

"Ibu paham, tapi bukannya kamu tahu, yang dicinta datang dan pergi? Seperti angin yang berhembus dan menghilang ...," kata ibunya bijak.

Kirana mulai berkaca-kaca mendengar penuturan Ibunya. Dia tidak berani melihat ke arah Herdiant.

Herdiant pun mendekati Kirana, lantas memeluknya sambil berkata, "Jangan nangis. Ibu kangen kamu yang bahagia, seperti dulu ... mana Kirana yang itu, Nak?"

"Aku gak tahu, Ibu." Kirana berujar lirih.

"Bisa kembalikan Kirana yang dulu?" tanya Herdiant menatap sang anak.

Kirana meringis pelan. "Maaf."

[]

—P e k a n  P e r t a m a—

Jangan lupa beri kritik dan saran, Fams~

Terima kasih.

Salam,
Idiot Watty Fams 💕

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro