After This[2]

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Page 1.

Ketua OSIS Menyebalkan.

Hari ini rasanya sangat memuakkan. Bertemu dengan wanita sok jagoan dan ketua OSIS yang sangat menyebalkan.

Rasanya aku ingin sekali meninju pria itu agar tidak seenaknya menyuruh. Apa-apaan memanfaatkan jabatannya? Dia pikir dirinya keren?

Dasar, ketua OSIS menyebalkan!

Jakarta, 2018.

Alfa menutup buku diary yang sudah ia baca berulang kali. Pria itu mengulang bacaannya dari halaman pertama. Lucu sekali rasanya saat Lea mengatai dirinya sebagai ketua babu sekolah.

Pria itu memasukkan kembali buku diary ke dalam laci nakas dan menguncinya. Dirinya lantas mengambil tas beserta kunci mobil, kemudian keluar dari kamarnya.

Tinggal sendirian di kota orang lain memang tidak selamanya merepotkan. Alfa sendiri merasa biasa saja, karena sejak empat tahun silam dirinya sudah menutup diri dari banyak orang.

Alfa kini sudah berada di dalam mobilnya, dan mobil tersebut kini sudah keluar dari dalam bagasi. Pria itu menjalankan mobilnya menuju kampus.

Perjalanan dari rumahnya ke kampus membutuhkan waktu kurang lebih dua puluh menit. Alfa kini sudah memarkirkan mobilnya di parkiran kampus dan mulai berjalan menuju fakultasnya.

Saat sedang berjalan dengan santai, tiba-tiba ada seorang gadis berlari dan menabrak bahunya. Gadis itu memberhentikan langkahnya dan berbicara dengan terburu-buru.

"Maaf ya! Gue lagi buru-buru! Ada kelas soalnya." Gadis itu kembali berlari setelah mengucapkan kata maaf ke Alfa.

Alfa hanya bisa diam. Gadis itu adalah gadis yang ia temui di kedai kopi kemarin. Wajah yang sama persis dengan gadis di masa lalunya.

Alfa memijat pelipisnya. Masih pagi kepalanya sudah sangat pening karena kehadiran gadis itu. Tapi Alfa juga bingung. Apakah gadis itu sudah melupakan wajahnya? Pasalnya kemarin gadis itu mengejar dirinya untuk menanyakan apa yang salah.

Alfa semakin pusing jika memikirkannya. Wajah gadis itu hanya membuatnya kembali teringat dengan Lea, gadis cantik dari masa lalunya.

Tanpa mau ambil pusing, Alfa memilih untuk melanjutkan langkahnya menuju fakultas. Namun, langkah kakinya terhenti saat melihat gantungan kunci berbentuk stroberi.

Alfa mengambil gantungan kunci itu. Mungkin itu milik gadis tadi. Namun, bagaimana cara Alfa mengembalikannya pada gadis itu jika melihat wajahnya saja Alfa langsung menghindar.

Tiba-tiba sebuah tepukan mendarat di bahu Alfa. Pria itu segera menoleh dan mendapati Gilang, satu-satunya teman Alfa di kampus.

"Lah? Itu bukannya punya Starla?" tanya Gilang yang membuat Alfa penasaran.

"Lo kenal sama yang punya?" tanya Alfa dan Gilang mengangguk.

"Itu gantungan kunci kesayangan dia. Dikasih sama teman waktu kecilnya," jawab Gilang, "kenapa gantungan itu bisa sama lo?" sambungnya.

"Tadi dia nabrak gue, terus gantungannya jatuh mungkin," jawab Alfa, "lo yang balikin aja."

Alfa segera memberi gantungan kunci tersebut kepada Gilang dan setelahnya kedua pria itu kembali berjalan menuju fakultas mereka.

Di perjalanan Alfa benar-benar merasa penasaraan dengan gadis yang ia ketahui memiliki nama Starla. Perbedaan Starla dan Lea memang banyak. Cara berbicara, model rambut, dan juga kesukaan. Lea sangat membenci stroberi sementara Starla nampaknya sangat menyukai buah itu.

Alfa benar-benar bingung sekarang. Dirinya dibingungkan oleh semesta yang menciptakaan Starla dengan wajah yang sangat mirip dengan Lea.

Jika sudah begini, Alfa tidak tahu harus berbuat apa. Semesta memang selalu memberi lelucon. Namun, lelucon tersebut kadang bukannya membuat seseorang tertawa, justru membuat seseorang menangis.

⏳⏳⌛

Starla kini sudah selesai dengan kelasnya. Gadis itu berjalan santai dengan Karina—sahabatnya. Keduanya berjalan beriringan dengan sesekali tersenyum saat ada orang lain yang menyapa mereka berdua.

"Starla!"

Pekikkan dari seorang pria membuat kedua gadis itu berhenti melangkah dan menoleh ke arah belakang. Di sana terdapat Gilang—kakak tingkat mereka yang merupakan kakak kandungnya Karina.

Gilang segera menghampiri Starla dan Karina, kemudian memberikan gantungan kunci stroberi yang tadi ia dapat dari Alfa.

"Kenapa bisa ada di lo?" tanya Starla.

"Dikasih sama teman gue. Katanya lo nabrak dia tadi, terus gantungan kunci lo jatuh mungkin," jawab Gilang sementara Starla hanya menepuk jidatnya.

"Ah! Cowok yang tadi itu teman lo?" Gilang mengangguk.

"Lain kali hati-hati," ucap Gilang. Pria itu kemudian pergi meninggalkan Starla dan Karina.

"Tapi kok lo biasa aja, sih, gantungan kunci lo hilang?" tanya Karina.

"Gue nggak sadar. Ini aja sebenarnya kaget kenapa bisa ada sama Bang Gilang," jawab Starla dan Karina hanya membalasnya dengan singkat.

"Oh." Starla hanya mengangguk.

Mereka berdua akhirnya melanjutkan langkah masing-masing menuju kantin. Saat sudah sampai di kantin keduanya memutuskan untuk memesan minuman.

"Jus stroberi ya, Kar! Kayak biasa," ujar Starla yang mendapat acungan jempol dari Karina sebagai jawaban.

Saat Karina sedang memesan. Starla memilih untuk memainkan ponselnya. Sekadar mengecek apa saja yang terjadi di dunia maya belakangan ini.

"Star!" panggil Gilang. Pria itu sudah duduk di hadapan Starla dengan pria lainnya.

"Hai, Bang!" sapa Starla, "who?"

"Teman gue, yang tadi lo tabrak," jawab Gilang sembari terkekeh.

"Duh, sorry ya, Kak! Gue benar-benar buru-buru banget tadi," ucap Starla sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Pria itu—Alfa—hanya mengangguk sebagai jawaban.

Tidak lama kemudian, Karina datang sembari membawa nampan berisikan jus stroberi dan mangga.

"Buat gue mana, Kar?" tanya Gilang dengan nada yang dimelas-melaskan.

"Lo beli aja sana sendiri," jawab Karina ketus. Kedua kakak-beradik itu memang tidak pernah akur.

"Siapa nih, Bang?" tanya Karina sembari melihat ke arah Alfa.

"Lo kenalan aja sana sendiri," balas Gilang yang membuat Karina mendengkus kesal.

Gilang hanya terkekeh melihat ekspresi wajah adiknya, kemudian berucap, "Namanya Alfa."

Tanpa mereka sadari, Alfa sedari tadi memperhatikan Starla. Bagaimana cara gadis itu minum sama persis dengan cara Lea. Cara gadis itu tertawa juga sama. Jika Lea tertawa tidak ada suaranya, hal itu juga terdapat pada Starla. Gadis itu tertawa namun tidak bersuara, hanya matanya yang menyipit juga mulutnya yang terbuka.

"Kalian berdua belum kenalan sama teman gue," ujar Gilang.

"Oh, iya!" jawab Karina, "Karina, Karina Aksara. Adiknya Gilang."

"Starla, Starla Hazalea."

Ucapan Starla membuat Alfa memasang ekspresi terkejut namun pria itu segera menutupinya. Azalea dan Hazalea, kenapa namanya terlihat hampir mirip? Apakah ini sebuah kebetulan lagi atau memang saling berkaitan?

Alfa jadi semakin penasaran. Haruskah Alfa mendekati Starla untuk mencari tahu kebenarannya? Tapi, semakin Alfa melihat wajah Starla, pria itu semakin teringat akan sosok Lea.

Lagi-lagi dirinya harus dilibatkan dengan sebuah teori. Teori yang membuat kepala Alfa menjadi pening. Aletta Azalea, Starla Hazalea. Sebenarnya mereka berdua memiliki hubungan apa?

⏳⏳⌛

dreame/webnovel : @itsmeqia
instagram : @itsmeqia__ // @strawsberriess


saturday, april 3, 2021.
11.53 am.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro