22. Brengsek

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Jelajah malam adalah acara malam ini. Banyak sekali yang antusias dengan acara ini karena sangat menantang. Akan tetapi, ada juga yang takut karena ini sudah malam dan juga tempat mereka kemah adalah hutan... sejenis hutan.

"Kalian bebas memilih pasangan untuk jelajah malam kali ini," ucap Pak Yanto. Semuanya langsung bersorak gembira karena bebas memilih teman untuk jelajah malam.
"Usahakan cewek cowok biar yang cewek ada jagain," ucap Pak Yanto. Kana bersorak gembira dalam hati. Kana bisa mengambil kesempatan ini untuk berduaan dengan Aidan.

"Aidan sama aku," ucap Kana sambil memeluk lengan Aidan dari samping. Aidan hanya merespon seadanya sambil melepaskan lengannya dari tangan Kana.

"Ayo jalan mulai sekarang," ucap Pak Yanto. Semua murid pun mulai berjalan meninggalkan lokasi kemah.

"Udah minum obat?" tanya Aidan. Kana mengangguk. Jalanan yang tidak rata membuat Kana susah untuk berjalan karena tidak terbiasa. Terlebih lagi jalannya adalah jalan tanah.

"Aku seneng deh bisa ikut kemah," ucap Kana berusaha memecahkan keheningan.

"Hmmm..."

"Kamu sering ikut kemah?"

"Iya."

"Setelah sekarang, apa aku bisa ikut lagi?" tanya Kana lebih mengarah pada pertanyaan untuk dirinya sendiri.

"Ikut aja lagi."

"Katanya di sini ada air terjun," ucap Kana.

"Gak ada."

"Dimas bohong dong," gumam Kana.

"Aidan tungguin," ucap Kana yang berusaha mengejar Aidan. Kana tidak melihat ada kayu di depannya karena Kana mengarahkan cahaya senter yang ia bawa ke tubuh Aidan. Kana takut Aidan tiba-tiba hilang.

"Aw!" pekik Kana saat menyadari kakinya tergores kayu saat mengejar Aidan. Kana berjongkok dan mengarahkan senternya ke lukanya untuk melihat lukanya. Aidan menoleh dan berbalik.

"Ceroboh," gumam Aidan. Ia sama sekali tidak berniat membantu.
"Bisa jalan?" tanya Aidan. Kana mendongak. Aidan masih dalam posisi tadi, lumayan jauh di depannya. Aidan tidak berniat menolongnya.

"Bisa." Kana kembali berdiri sambil berjalan tertatih-tatih. Kana berusaha menyamakan langkahnya.

"Akhhh!" pekik Kana lagi.

"Kenapa lagi?!" bentak Aidan kesal.

"Sa-sakit..." ucap Kana sambil memegang dadanya yang terasa nyeri. Kana terengah-engah saat merasa ia kekurangan oksigen. Kana merasa sesak.

"Tuhan, tolong jangan sekarang," batin Kana berdoa agar rasa sakitnya hilang.

"Kita istirahat dulu ya, Dan," pinta Kana sambil mendudukkan dirinya di sebuah kayu bekas pohon yang ditebang.

"Gue nahan selama ini," ucap Aidan sambil menghela napasnya kasar. Kana bingung dengan arah omongan Aidan.

"Maksudnya?"

"Gue muak sama lo! Iya gue gak cinta sama lo! Gue gak sayang sama lo! Puas?!" teriak Aidan meluapkan isi hatinya. Kana terkejut dengan pengakuan Aidan. Ternyata Aidan tidak memiliki perasaan istimewa untuknya. Lalu kenapa Aidan rela putus dengan mantan-mantannya demi Kana?

"Kenapa?"

"Ceny bener, lo ngerepotin! Gue muak sama lo yang selalu sakit, Kana!"

"Terus kenapa kamu rela putus sama pacar-pacar kamu?" tanya Kana. Ia masih tidak percaya dengan pengakuan Aidan. Sejak Aidan putus dengan pacar-pacarnya yang sekarang sudah menjadi mantan, Kana percaya sepenuhnya kepada Aidan. Kana percaya Aidan benar-benar cinta padanya.

"Lo pikir gue bener-bener putus sama mereka? Walaupun gak ada status, mereka tetep milik gue. Jangan naif deh. Lo kebaperan banget jadi cewek. Lo kira gue beneran suka sama lo? Lo gak lebih istimewa dari mantan-mantan gue, Kana. Sadar!" ucap Aidan dengan lantangnya. Kana benar-benar sakit hati. Kana terjebak di duri mawar yang sangat tajam itu. Mawar itu indah, sama seperti Aidan. Tapi memiliki duri yang bisa menyakiti kapan saja.

"Aidan..." Kana berkaca-kaca menatap Aidan yang tampak berbeda dengan tadi sore.

"Ah gue lupa satu hal. Gue emang suka sama lo karena lo cantik. Tapi apa gunanya cantik tapi gak bisa diajak main-main?" ucap Aidan sambil terkekeh. Ucapan Aidan membuat Kana marah. Kana melupakan tentang rasa sakit di dadanya dan bangun dari duduknya. Kana mendekati Aidan dan dengan gerakan cepat Kana menampar pipi Aidan hingga membuat Aidan menoleh ke samping. Belum sempat Aidan menatap Kana, Kana menamparnya lagi.

"Brengsek! Lo brengsek Aidan! Brengsek! Bajingan! Kenapa lo tega sama gue? Lo tega!" jerit Kana sambil menangis. Kana sakit hati diperlakukan seperti barang yang sudah tidak dibutuhkan lagi.

"Lo maksa gue jadi pacar lo! Lo mukulin Jordan karena dia deket sama gue! Lo mutusin pacar-pacar lo itu pas gue minta! Tapi sekarang apa? Brengsek!" teriak Kana sambil memukul-mukul dada Aidan. Aidan hanya diam saja mendapat pukulan dari Kana. Rasa sakit yang ia dapat tidak sebanding dengan rasa sakit yang Kana dapatkan darinya.

"Lo ngerepotin," ucap Aidan. Kana berhenti memukul-mukul Aidan. Kana melangkah mundur perlahan-lahan. Kana menunduk dalam.

"Maaf kalau gue ngerepotin selama gue jadi pacar lo," ucap Kana. Isakan kecil masih keluar dari mulutnya. Kana tidak bisa menahan isakannya walaupun air matanya sudah berhenti mengalir.

"Bagus kalau lo sadar!" ucap Aidan lalu pergi meninggalkan Kana sendirian di hutan yang gelap itu.

"Jadi itu maksud lo gue gak boleh ninggalin lo? Jadi lo mau lo yang ninggalin gue?" gumam Kana sambil menatap cahaya senter Aidan yang makin lama makin mengecil dan akhirnya hilang. Aidan benar-benar meninggalkan Kana di sana sendirian.

Kana terus teringat dengan kejadian tadi sore. Kata-kata Aidan terngiang-ngiang di otaknya. Berputar-putar seperti kaset rusak yang ingin rasanya Kana buang.

"Aku gak mau kamu ninggalin aku."

"Aku gak mau kamu ninggalin aku."

"Aku gak mau kamu ninggalin aku."

"Aku gak mau kamu ninggalin aku."

"Bangsat lo! Brengsek! Omong kosong! Gue gak nyangka lo nyakitin gue kayak gini!" teriak Kana sambil kembali menangis. Kana sakit. Sakit lahir batin.

"Bunda, Kana ditinggal lagi. Kana ikut Bunda aja, ya?" gumam Kana sambil menatap ponselnya yang berisi foto bundanya. Kemudian Kana teringat video yang ia rekam diam-diam tadi.

"Aidan, gandeng."

"Aidan, kamu ada masalah?"

"Enggak ada."

"Kenapa kok kayak badmood gitu?"

"untuk yang terakhir"

Kana langsung mem-pause video itu dan memutar ulang.

"Untuk yang terakhir? Gue gak denger tadi," ucap Kana.
"Dia tadi frustasi mikirin caranya biar gue jauhin dia ya?"

"Langitnya indah."
"Nanti Kana bakalan terbang ke sana." 

"Jangan ngaur."

"Enggak ngaur kok. Kata Ayah, Bunda aku terbang ke langit,"

"Bunda kamu?"

"Iya Bunda aku udah meninggal. Sakitnya kayak aku. Jadi, gak lama lagi aku juga bakalan nyusul Bunda." 

"Kana!"

"Aidan kok marah sih?"

"Mata kamu indah banget, tapi kalau marah tajem banget, serem. Aku takut,"
"Aidan jangan marah-marah lagi, ya,"

"Jangan ngomong aneh-aneh kayak tadi. Aku gak suka."

"Semua bakalan mati. Aku tinggal nunggu aja."

"Kana! Jangan ngomong gitu, please."

"Kenapa?"

"Aku gak mau kamu ninggalin aku."

"Kata-katanya manis banget," ucap Kana sambil mengusap air matanya.
"Aidan brengsek lo! Gue benci!" teriak Kana sekencang-kencangnya. Toh juga tidak ada yang mendengar. Kana harus meluapkan kesedihannya di tempat yang sepi seperti ini dan nanti ia kembali ke tenda dengan seperti biasanya

"Kana? Ngapain lo teriak?"


Update tanggal 27 Desember 2019 pukul 21.23 PM

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro