38. Aidan Mesum

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Vote komennya mana gaesss... Aku perlu itu biar semangat. Klik bintang kan gak susah

"Sayang! Lihat deh aku bawa menantu," pekik Madine. Seorang laki-laki paruh baya yang sedang menonton televisi di ruang tamu itu terkejut mendengar suara dari istrinya. Namanya Rion, papa dari Aidan dan juga suami Madine.

"Teriak-teriak mulu kamu, udah tua juga," omel Rion.

"Ih bodo amat ya. Lihat deh Aidan yang sedeng itu takluk sama satu cewek," ucap Madine sambil merangkul Kana yang terlihat sangat gugup.

"Gue ketemu camer astaga mati kutu gue," batin Kana.

"Oh ya? Nama kamu siapa? Kalau Om, panggil aja Om Rion."

"Kana, Om," ucap Kana sambil tersenyum.

"Makasih ya udah ngerubah anak Om yang sedeng itu," ucap Rion sambil tersenyum. Kana pun hanya tersenyum kikuk.

"Aku denger ya, Pa!" teriak Aidan dari dapur. Dapur memang berdekatan dengan ruang tamu dan membuat Aidan mendengar orangtuanya menjelek-jelekannya di depan Kana

"Heh! Mobil Mama mana?" tanya Madine saat melihat Aidan menyembulkan kepalanya dari dapur.

"Aku tuker tambah, Ma," jawab Aidan asal.

"Kamu ya! Jawab yang bener. Mama gak mau tahu besok mobilnya harus udah di sini," omel Madine.

"Na, pergi aja yuk. Ada singa di sini," bisik Aidan pada Kana. Kana mengangguk mengiyakan. Aidan langsung menjambret kunci mobilnya yang dipegang mamanya, lalu menarik tangan Kana.

"Heh! Calon mantu Mama mau dikemanin?"

"Kana pacar aku, Ma. Bebas dong aku mau ngajak dia ke mana. Ya udah aku pergi dulu ya sama Kana. Mama di sini aja berduaan sama Papa mumpung Alwan sama Om Rydwan gak ada," ucap Aidan cepat.

"Kana pamit, Tante."

"Eh iya, Kana. Hati-hati ya. Kalau Aidan salah, patahin aja kepalanya," ucap Madine.

"Iya, Tante."

"Pa, aku mau pacaran dulu, ya. Jangan lupa transfer duit," ucap Aidan pada papanya.

"Gak ada duit-duit. Cari sendiri," ucap Rion sinis.

"Kana pamit, Om."

"Iya, Calon Mantu. Hati-hati ya," ucap Rion sambil tersenyum.

"Iya, Om."

"Gitu amat sama anak, Pa. Pokoknya transfer duit, sepuluh juta aja," ucap Aidan lalu segera pergi sambil menggandeng tangan Kana menuju mobilnya yang tadi dipakai mamanya.

"Minta duit banyak-banyak buat apa?" tanya Kana.

"Buat modal nikah sama kamu," ucap Aidan sambil terkekeh. Kana langsung memukul lengan Aidan.

"Gombal."

"Lah beneran. Dua tahun lagi kita lulus terus nikah deh," ucap Aidan. Ia membukakan pintu mobil untuk Kana. Kana pun masuk ke mobil Aidan dan diikuti oleh Aidan. Aidan pun menjalankan mobilnya keluar dari pekarangan rumah.

"Kuliah dulu kali, baru kerja, baru nikah, gimana sih kamu," gerutu Kana.

"Iya, Sayang, iya."

"Alay ih!"

"Kok alay sih? Itu romantis kali."

"Ya pokoknya alay, jangan panggil-panggil sayang," ucap Kana sambil mengerucutkan bibirnya. Pipinya merah merona karena malu.

"Iya gak lagi, Sayang. Kamu ke mana nih?"

"Tuh kan manggil sayang lagi! Eh emang gak ada rencana mau ke mana?"

"Pasar malam mau?"

"Kan masih sore. Mana ada pasar sore. Lagian kalau mau jalan-jalan itu rencana dulu. Lihat nih aku masih pakai pakaian sekolah," omel Kana dengan wajah cemberutnya.

"Oh iya, itu aku ada Hoodie di belakang, pakai aja," ucap Aidan sambil menunjuk asal ke belakang. Kana pun mengambil sebuah Hoodie yang ada di jok belakang.

"Lah tebel banget. Gerah, Dan," protes Kana.

"Ya mau gimana lagi?" tanya Aidan.

"Berhenti dulu berhenti."

Aidan pun menghentikan mobilnya di pinggir jalan. Kana merangkak ke belakang dengan susah payah.

"Bentar ya, Dan."

"Mau ngapain, Na?" tanya Aidan heran sambil menoleh ke belakang. Aidan terkejut melihat Kana yang membuka satu kancing kemejanya yang paling atas. Aidan segera memalingkan wajahnya dan menunduk.

"Aidan! Jangan noleh ih!" teriak Kana.

"Iya iya. Makanya bilang kalau mau ganti," gerutu Aidan. Ia berdehem untuk menetralisir rasa gugupnya. Ia menelan ludahnya saat bayangan kancing kemeja Kana yang terlepas. Ia pun menampar-nampar pipinya sendiri agar pikiran-pikiran kotornya hilang. Aidan juga seorang laki-laki tulen yang tidak mungkin terlepas dari pikiran-pikiran kotor. Jadi wajar kan?

Tiba-tiba Kana sudah duduk kembali di samping Aidan dan menepuk bahu Aidan. Hal itu membuat Aidan terkejut. "Eh ngelamun aja. Mikirin apa kamu, Dan?"

"Enggak enggak. Udah kan? Jalan lagi ya," ucap Aidan gugup.

"Mikir kotor kan? Ngaku deh," tuduh Kana kesal.

"Enggak, Na. Jangan nuduh deh."

"Terus mikir apa sampai ngelamun gitu?"

Aidan berdecak kesal karena Kana menuduhnya. Walaupun tuduhan Kana tidak meleset sedikit pun.

"Kamu mau tahu aku mikir apa?" tanya Aidan sambil tersenyum miring.

"Apa?"

"Aku bakalan tunjukkin."

Aidan melepas sabuk pengamannya dan perlahan mendekati Kana dan mengunci pergerakan Kana. Kana gelagapan saat melihat Aidan bertingkah aneh.

"Dan, ka-kamu mau ngapain? Ih jangan deket-deket!"

"Yang kayak di film-film itu, Na," bisik Aidan sambil mulai mendekatkan wajahnya ke wajah Kana. Kana mendorong-dorong tubuh Aidan agar menjauh, tapi Kana tidak sekuat itu bisa menyingkirkan Aidan.

"Aidan..."

"Sepi loh, Na," bisik Aidan. Jarak wajah mereka berdua hanya sekitar 5 cm. Aidan menatap Kana lekat-lekat. Kana yang tadinya memberontak sekarang menjadi diam saat tatapan mereka bertemu.

"Aidan..."

"Jangan gitu lagi, Na. Aku juga cowok yang bisa aja gak kuat ngontrol diri," lirih Aidan, lalu menjauhkan dirinya dari Kana.

"Aidan, mesum!" pekik Kana sambil memukul-mukul lengan Aidan dengan bringas.

"Astaga, Na! Sakit woy! Tadi aku dirangsukin setan, Na!" teriak Aidan sambil berusaha menahan tangan Kana yang memukulnya dengan bringas.

Update tanggal 16 Januari pukul 10.02 AM

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro