❥05. G4m3 Bo1 [KanAko]

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Cast : Ako Saotome & Kanata Kira
-----------------------------------------------------------
Kanata Kira dan Ako Saotome, adalah pasangan populer yang ada di Four Star Academy. Mereka populer bukan karena kedekatan atau kemanisan, yang terjalin di antara keduanya.

Melainkan karena hubungan mereka yang putus nyambung.

Pikiran dan jalan hidup mereka itu beda jalur. Layaknya ema dan maika di aikatsu friends. Tapi, sebeda-bedanya mereka, mereka tetap merupakan pasangan termanis di sekolah itu.

Nyaw!

Ini hari minggu, Ako libur sekolah. Gadis kucing jejadian itu tengah menonton konser M4 di ponselnya. Suara merdu subaru, salah satu biasnya membuat Ako bersemangat. Dia fokus menyaksikan Subaru menari dan bernyanyi. Tanpa memedulikan penampilan kekasihnya sendiri.

"KYAAAAA~~~ SUBARU KYUN~" teriak Ako di kamarnya.

Ako tersenyum lebar, dia menyukai Subaru melebihi apapu--- ah, tidak jadi.

"OY! AKO!" panggil Kanata sembari bersandar di pintu kamar Ako.

Kanata memang sudah seperti pemilik kamar Ako. Dia bebas keluar masuk seenak jidat. Tanpa harus meminta izin. Itu karena ibu Ako, sudah mengenal Kanata sejak dulu. Jadinya mereka sudah seperti keluarga.

Suara panggilan Kanata tak dipedulikan Ako. Kucing jejadian itu sedang bersenandung, menyanyikan lirik lagu yang dibawakan M4.

"Gadis kucing!" panggil Kanata.

Ako tetap tak menyahut, dia malah semakin mengeraskan volume ponselnya.

"SAOTOME AKO!!!!!" teriak Kanata geram.

"Kimi ga hohoemu mirai de mata aeru yō ni~ Sono hi made koi suru kimochi ima norikoete~" senandung Ako, tak mendengar teriakan Kanata.

Oke, amarah Kanata sudah di ujung tanduk. Dia kemudian menghampiri Ako, berniat untuk memberhentikan konser yang ada di ponsel gadis itu.

"Kau tak mendengar ucap---" perkataan Kanata terpotong, saat dua lubang telinga Ako disumbat earphone. Pantas saja, gadis itu tak mendengar teriakannya.

Tangan Kanata langsung membuka earphone itu. Dia melemparnya asal, kemudian berniat mengomel. Sayangnya, Kanata tak jadi mengomel ... karena Ako sudah lebih dulu menggerutu kesal."Kau ini kenapa?! Pagi-pagi sudah menggangguku! Kau tau 'kan? Aku tak sempat datang ke konser Subaru-kun kemarin!"

Pipi Ako mengembung kesal. Wajahnya merah menahan amarah. Harusnya Kanata yang marah, tapi kenapa malah Ako?

"Kau dari tadi aku panggil! Tapi kau?! tak mendengar panggilanku!" omel Kanata.

"UNTUK APA KAU MEMANGGILKU?! AKU SEDANG SIBUK! LEBIH BAIK KAU SEGERA KELUAR DARI KAMARKU!" perintah Ako.

Tampaknya gadis kucing itu tengah dalam masa datang bulan. Akhirnya Kanata mengalah. Dia keluar kamar Ako, padahal tadinya dia ingin mengajak gadis yang berstatus sebagai pacarnya itu, untuk sarapan bersama.

"Ck, Kau saat ini tampak seperti kucing betina yang sedang datang bulan," ejek Kanata.

Ako melirik tajam Kanata. Dia kemudian berkata,"MEMANGNYA ADA KUCING DATANG BULAN?!"

Kanata bergidik, ucapan Ako barusan dipenuhi gas kemarahan. Ya, benar sekali gadis itu tengah datang bulan.

"Ada," ujar Kanata singkat. Dia ingin menutup pintu kamar Ako. Sebelum gadis itu bertanya.

"DI MANA?!"

"Di kamarmu, tepat di atas ranjang, tengah menonton konser M4," kata Kanata malas.

PUK!

Bantal besar, Ako coba lemparkan ke arah Kanata. Sayangnya, itu tak kena. Karena Kanata sudah lebih dulu menutup pintu kamar Ako. Jadilah bantalnya mengenai pintu.

"Menyebalkan!!!" balas Ako sebal.

· · • • • ★ • • • · ·

Siang harinya~

Setelah puas menonton konser. Sekarang waktunya berkencan dengan Kanata. Ako sudah mempersiapkan dirinya dengan baik. Dia berdandan rapi selama 1 jam penuh, hanya untuk berkencan.

Sudut bibirnya tertarik ke atas, mengingat dia akan pergi dengan Kanata setiap seminggu sekali.

Kaki gadis kucing itu melangkah menuju rumah kanata. Rumah mereka memang dekat, mungkin hanya terhalang 2 rumah saja.

Begitu sampai di rumah Kanata. Apa yang Ako temukan? Cowok berkacamata itu tengah memainkan game online di ponselnya.

"Kanata!" panggil Ako.

"Kanata-kun!"

"Kanata-Kira!"

"Cowok berkaca mata!"

"Pacar Ako Saotome!"

Semua sebutan Ako sebutkan. Tapi Kanata? Dia masih tak mendengar. Sorot matanya fokus mengarah pada ponselnya. Dia tengah sibuk memainkan game.

"Ihhhh!!!! KANATA!!!!" jerit Ako geram. Dia menghentak-hentakkan kakinya kesal. Berharap Kanata memperhatikannya.

Hasilnya?

Nol besar!

Kanata pura-pura tak mendengar. Jari jemarinya semakin asik memainkan game. Dia memang sengaja menjaili Ako. Memangnya enak dikacangin?

"Ck, Kau memperlakukan ponselmu seperti kekasihmu sendiri!" omel Ako kesal.

Tak ada jawaban. Kanata tak peduli.

"Ayo kita pergi berkencan! Ini hari minggu!" rengek Ako.

"Hmm, maaf berkencannya lain kali saja. Aku sedang sibuk," jawab Kanata tanpa melirik Ako sedikit saja. Mata cowok itu fokus ke arah ponselnya.

"Sibuk apanya?! SIBUK MAIN GAME?!" tanya Ako meninggikan volume suaranya.

"Iya," balas Kanata singkat.

Ako mendengus, tangan kanannya mengepal kuat. Tak jadi berkencan katanya? Padahal Ako sudah berdandan selama 1 jam. 1 JAM!!!! Tapi Kanata malah membatalkan kencan mereka. Huh! Membuang-buang make up saja!

"Kau sibuk berkencan dengan gamemu itu?!" tanya Ako lagi.

"Iya," jawab Kanata tanpa rasa bersalah.

"Sebenarnya siapa di sini yang pacarmu?! Aku atau gamemu itu?!" kata Ako penasaran.

"Kau."

"Kalau begitu berhenti main game! Ayo pergi berkencan!" ajak Ako lagi. Dia menggoyang goyangkan bahu Kanata.

"Aku sedang berkencan dengan gameku. Kau pergi jalan-jalan sendiri saja," saran Kanata.

Oke, amarah Ako mencapai ubun-ubun. Dia ditolak, hanya karena game menyebalkan itu. Baiklah!

"Oke! Berkencan dan berpacaran saja dengan gamemu itu!!! Mulai detik ini aku bukan pacarmu lagi! Kita P U T U S! Kanata Kira!!!" tutur Ako kesal. Dia pergi menuju rumahnya lagi. Tak lupa membanting pintu rumah orang.

BRAK ...

"Lah?" Kanata langsung berhenti bermain. Kebiasaan memang, jika Ako marah dia berbicara seenak dengkul. Kanata tak peduli, dia masih memainkan gamenya. Biar saja dia berpacaran dengan gamenya.

· · • • • ⟅♡⟆ • • • · ·

Sudah 2 minggu sejak Kanata dan Ako putus. Merek berdua enggan mengajak balikan, alasannya ya karena gengsi. Padahal keduanya masih saling menyukai.
Ako merindukan Kanata, pemuda yang bisa dia ajak tertawa bersama-sama. Begitu juga Kanata, dia merindukan senyuman jahat si kucing jejadian.

Akhirnya tekad mereka berdua untuk berbalikan sudah bulat. Kini di hadapan Ako berdiri Kanata. Mereka seakan menjadi patung. Tak ada orang yang mau memulai percakapan terlebih dulu. Itu membuat keduanya terlibat dalam suasana canggung.

"Etto ..., " Ako mendadak gugup. Dia memalingkam wajah ke arah lain.

"Maaf," ujar Kanata.

Ako langsung menatap bola mata Kanata itu. Rasa gugupnya tetap ada. Sebelum, kepalanya bergeleng,"Tidak, jangan minta maaf. Ini salahku yang berkata dalam keadaan marah. Lagi pula, harusnya aku tak egois dan memaksamu."

"Ini juga salahku, aku malah melampiaskan kekesalanku dulu."

Mereka terdiam beberapa saat. Ako menundukan wajahnya malu. Begitu pula dengan Kanata yang menggaruk tengkuknya.

"Kau mau berpacaran lagi denganku?" tawar Kanata tiba-tiba.

"Tentu!" seru Ako semangat. Dia mengangguk-nganggukan kepalanya setuju.

Kanata tersenyum senang. Jantungnya berdebar bahagia. Perlahan pemuda itu mendekatkan tubuhnya ke depan Ako. Dia tersenyum manis, menatap wajah malu-malu Ako. Imut, gadis itu terlihat dua kali lipat lebih cantik ketika merona.

Cup.

Kecupan di kening.

Kanata menempelkan bibirnya pada kening Ako. Tak terlalu lama, tapi sanggup membuat jantung Ako terasa copot pada tempatnya. Gadis itu malu setengah mati. Dia tersenyum senang, seperti kucing baik.

"Lain kali kau akan aku ajak bermain game bersama," ujar Kanata.

Ako mengangguk, dia kemudian menawarkan," Kalau kau mau, kau juga bisa menonton ulang konsermu bersamaku."

"Tentu saja, aku akan menonton ulang konserku, setelah kita bermain game," balas Kanata.

Alis Ako berkerut tak setuju,"Kita selesaikan dulu konser! Baru game!"

"Game dulu, baru konser!"

"Konser dulu, baru game!"

"Game!"

"Konser!"

"Game!"

"Konser!"

"GAME!!!"

"KONSER!!!"

Mereka berdua berhenti berdebat, kemudian tersenyum kecil. Perdebatan memang tak bisa dihindarkan. Tapi setidaknya, itu yang membuat hubungan mereka tak monoton dan semakin mengerat. Karena mereka tahu, sifat masing-masing dari mereka.

END



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro