7. Yang Tak Terduga

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

TELAH DIKONTRAK PENERBIT.

Silakan dibaca.
Dilarang keras! playgiat, copypaste dan sejenisnya ya. Ingat Allah maha tahu, meskipun Saya tidak tahu.
*****************************

7. Yang Tak Terduga

Tepat minggu ke delapan sejak Illyana berkirim surat konyol tentang lamaran pada Ali, itu berarti dua bulan sudah lamanya ia menunggu. Yang ditunggu pun tak kunjung memberi jawaban atas kegundahan gadis itu. Setelah berusaha keras meyakinkan abinya, Illyana tak mau kembali ke pesantren. Awalnya gadis itu enggan menceritakan perihal alasannya tak mau kembali kesana. Tetapi karena desakan abi dan umminya, akhirnya Illyana mau berterus terang dan menceritakan semua tingkah serta aksi nekatnya memberi surat lamaran pada putra dari abbah Zaid itu. Mau bagaimana lagi, tidak ada jalan lain selain berterus terang, jika tidak begitu sudah pasti abinya tetap berkeras menyuruh Illyana kembali ke pesantren. Dan gadis itu rasanya sudah malas jika harus menapakkan kakinya kembali kesana. Bukan karena suasana disana, tetapi karena satu nama, Ghaly Abdullah Zaid yang membuatnya enggan kembali. Malu serta merasa bodoh dan terlalu tergesa serta ceroboh dalam bertindak. Pikir Illyana.

"Jadi cintanya Liliput benar-benar ditolak sama abang ustazd."
Ilham terbahak menyimak cerita Illyana, bahkan lelaki itu tak bisa  berhenti menggoda adik perempuannya. "Makanya Liliput. masih kecil udah mikir yang iya-iya aja. Belajar dulu yang bener. Lagian abang ustazd juga pasti mikir-mikir, masa iya mau punya istri anak kecil kayak Lo" Illyana cuma bisa diam sambil menyorotkan raut dendam pada abang satu-satunya itu. Kalau saja dia tidak kadung malu saat itu, sudah pasti Ilham akan habis oleh tangannya. Benar-benar tidak ada empatinya sama sekali si abang satu itu. gumam Illyana menggerutu.

"Illyana suka sama ustazd Ali?" pertanyaan abinya malah membuat Illyana salah tingkah. Entah, harus menjawab apa.  Nasi sudah menjadi bubur, tidak dijawab salah, dijawab pun juga Illyana takut makin salah kaprah.

"Dulu Abi, sekarang nggak ada rasa suka sedikitpun!" jawabnya membohongi hati kecilnya sendiri. Bohong besar kalau dia secepat ini menghapus nama serta lengkungan senyum lelaki itu dari ingatannya.

Abi Fariz malah tersenyum simpul mendengar jawaban putrinya. Illyana itu tidak pernah sampai terus terang begini jika menyukai seorang lelaki. Sejak masih di bangku aliyah pun sangat jarang terbuka soal lelaki yang dekat atau mendekatinya.

"Yasudah, tidak usah dipikirkan Ly. Kalau jodoh nggak akan kemana Nak. Terus berdoa jika hati Illyana sungguh-sungguh, Allahush-Shomad, Allah tempat meminta segala sesuatu Ly."  sahut abinya lagi menasihati.

"Iya Ly, bener kata Abi. Kalau jodoh nggak akan lari kemana, yang pasti Illyana terus berusaha memperbaiki diri. Dulu saja juga ummi yang kirim lamaran buat Abi." timpal bu Lila menenangkan hati Illyana. hh..pantas saja! kini Illyana baru menyadari turunan dari siapa sifat konyolnya itu. Ternyata dulu umminya juga tak jauh beda dengannya. Benar-benar buah tak jauh jatuh dari pohonnya.
___

"Liliput buruan! bisa telat nanti Gue." teriakan Ilham dari halaman depan nyaring terdengar sampai ke dalam rumah. Hari ini adalah hari pertama Illyana menginjakkan kaki ke kampus. Setelah bernego habis-habisan dengan abinya, akhirnya abi Fariz mengijinkan putrinya meneruskan kuliah tapi tetap dengan syarat bahwa abinya lah yang memilihkan kampus serta jurusan untuk Illyana.
Tidak jadi masalah untuk Illyana, lebih baik begitu daripada dia harus kembali ke pesantren.

"Abang sabar dong, Illy kan masih siap-siap."

"Ngga usah sok cantik Ly, ingat kata Abi, kuliah niatnya nimbah ilmu bukan ajang tampil keren-kerenan."

Illyana memberungut mendengar ceramah Ilham. Gadis itu sudah paham. Semalam saja umminya memeringatkan jika Illyana tidak boleh berdandan secara berlebihan jika keluar rumah. Gamis panjang, serta khinar yang terulur dari kepala sampai dada. Tidak ketinggalan kaus kaki yang selalu melekat.

"Abang berisik! acara Islam itu indah udah berakhir tadi jam 7 Bang! jadi stop ceramahnya," sahut Illyana tak mengacuhkan omongan Ilham.

"Ye, dibilangin orangtua itu nurut Ly. Kan buat kebaikan Illy juga. Katanya mau dapet calon suami yang baik, yang shalih, ya berarti Illyana juga harus baik dan shaliha. Jodohmu itu cerminan dirimu," cerocos Ilham bak seorang ustazd yang sedang memberi ceramah jamaahnya.

"Iya iya Abang Ilham sayang, sudah ya. Lebih baik kita berangkat sekarang, Illyana ngga mau telat hari pertama lihat-lihat kampus impian."
___

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel atau disingkat UIN Sunan Ampel Surabaya, kampus pilihan abi Fariz untuk Illyana melanjutkan pendidikannya. UIN Sunan Ampel adalah salah satu perguruan tinggi negeri di kota Surabaya yang menyelenggarakan pendidikan ilmu-ilmu keislaman multidisiplin serta sains dan teknologi. UIN Surabaya diberi nama Sunan Ampel yang merupakan salah satu tokoh sentral Walisongo penyebar Islam di Indonesia.

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan yang dipilihkan oleh abinya, dan untuk kejuruan Illyana memilih Jurusan Manajemen Pendidikan Islam sesuai keinginannya ingin menjadi seorang wanita karir, namun juga tak melenceng dari akhidah.

Illyana melangkahkan kakinya di koridor kampus. Suasana yang masih agak asing untuknya. Jika dilihat sepertinya banyak calon mahasiswa baru seperti dirinya. Perkuliahan baru akan aktif dan dimulai satu bulan lagi, dan hari ini para maba atau mahasiswa baru hanya  pergi ke kampus mencari informasi untuk mengikuti OSCAR (Orentasi siswa dan almamater) begitu juga dengan Illyana.

"Hallo, mahasiswa baru juga ya?" Illyana menoleh saat ada suara menginterupsi dari arah belakang.
Mengamati sejenak seseorang yang menyapanya. Lelaki berbadan tegap dengan tinggi kira-kira 170 cm. Memakai kemeja serta di pundaknya juga tersampir tas ransel.

"Iya," sahut Illyana agak sedikit canggung.

"Kenalin, aku Zafran. Baru juga kog disini, makanya masih bingung juga. Nama kamu?" lelaki bernama Zafran itu mengulurkan tangannya. Tetapi Illyana tak menyambutnya, biar bagaimanapun gadis itu tetap mengingat pesan dari abi umminya. Tidak boleh bersentuhan dengan yang bukan mahramnya. "Illyana," jawabnya dengan singkat.

"Fakultas apa Illyana? siapa tau kita satu jurusan," sahut Zafran lagi.

"Fakultas Tarbiyah, jurusan manajemen islam."

"Wah, ternyata kita satu fakultas Ly, satu jurusan juga. Berarti nanti kita kuliahnya bareng ya." Zafran terus saja nyerocos. Jika biasanya Illyana yang tukang nyerocos dan susah berhenti, tetapi kini gadis itu memilih lebih banyak diam. Entah, mungkin karena suasana baru dan teman baru, dia masih menyesuaikan. Tidak ada salahnya juga teman baru. Pikir Illyana.

"Itu ada acara apa ya Fran? kog anak-anak pada rame kesana." suasana riuh di gedung sebelah fakultas Tarbiyah menyita perhatian Illyana. Banyak sekali anak-anak menuju ke arah sana. Mungkin sedang ada acara disana.

"Seminar Ly, tentang Entrepreunership. Mau kesana juga?" tanya Zafran. Gadis itu mengangguk, tidak ada salahnya mengawali hari dengan menyimak seminar, daripada tidak ada kegiatan apapun.

"Ayo kita kesana Fran, penasaran sama narasumbernya. Kog yang ikutan sampai antusias begitu." Illyana sudah siap berdiri menuju gedung di seberang. Penasaran, biasanya kan seminar semacam itu sangat jarang peminatnya, apalagi bagi mahasisiwi, mereka pikir itu sangat membosankan dan jarang dihadiri. Tetapi kali ini yang ikutan sungguh bejibun, dan kebanyakan kaum hawa.

Illyana dan Zafran mengikuti jejak anak-anak yang lain, mendatangi gedung tempat diadakan seminar terbuka. Memasuki gedung, mata Illyana menangkap sesuatu yang ganjil. Di atas podium terpampang banner super besar dengan tulisan. Entrepreneurship Seminar and Tausiyah of the Year. Dengan mendatangkan inspirasi pengusaha serta Ustazd muda Ghaly Abdullah Zayd, Founder dari salah satu pabrik sarung terbesar se-jawa timur, serta owner dari GAZ handscraf.

"Mampus Gue!" cericit Illyana saat tau siapa yang menjadi pembicara dalam acara seminar. Ah, pantas saja yang ikutan bejibun, orang pembicaranya saja si abang ustazd yang tidak diragukan lagi ketampanannya.

"Kenapa Ly?"

"Ngga papa Fran. Kayaknya aku nggak jadi ikutan seminarnya deh, kamu saja ya."

"Lho, kenapa Ly? jarang-jarang lho seminar terbuka dengan narasumber keren begini. Udah ikutan saja," Zafran tak peduli reaksi Illyana. Pemuda itu menggeretnya untuk duduk di deretan paling depan. Illyana tak punya pilihan lain. Sudah pasti sepanjang acara ia akan bisa dengan jelas bertatap muka dengan si pembicara, yang tak lain adalah Ali. Hh..benar-benar tak terduga memang rencana Allah. Padahal gadis itu sudah bertekad bulat, sebulat tahu yang dijual di mobil, limaratusan, untuk bisa melupakan si abang ustazd setelah dua bulan ini tidak ada kabar sama sekali. Dan nyatanya melupakan seseorang yang sudah menawan hatimu itu tidaklah semurah tahu bulat. Saat ini otak serta mata Illyana harus terkontaminasi kembali dengan kelebat Ali.

Acara dimulai, dan sudah bisa dipastikan sepanjang acara, Illyana tak bisa duduk dengan tenang. Apalagi sepasang sorot mata itu seakan terus saja mengamatinya dari atas podium. Mulutnya memang fokus menyampaikan materi seminar, tatapi tatap matanya membius tajam ke dalam bola mata Illyana.

Satu jam berlalu, seminar usai dan sekarang sedang coffe break. Illyana tak ingin berlama-lama di tempat ini. Tiba-tiba saja hatinya kesal saat melihat si abang ustazd. Bisa-bisanya menghilang selama dua bulan, dan sekarang malah mereka dipertemukan di tempat ini tanpa ada kejelasan dan jawaban atas suratnya waktu itu.

"Zafran aku balik duluan ya." Illyana hendak beranjak.

"Sama siapa Ly? biar aku antar ya. Aku juga mau balik saja." Zafran berniat mengantar Illyana. Gadis itu hanya mengangguk. Bukan ide buruk. Daripada dia berlama-lama disini.

"Illyana, biar saya saja yang mengantarkan pulang." mata Illyana membulat saat lelaki itu sudah berada tepat berdiri di sampingnya dan juga Zafran.

"Lho, Kak Ali kenal sama Illyana?" Zafran bertanya dengan wajah melongo saat melihat Ali yang kini berdiri tepat diantara mereka.

"Iya, dia ini adik saya. Kamu duluan saja, biar Illyana pulang sama saya," ujarnya lagi menatap lekat Illyana. Hati Illyana tak karuan rasanya. Entalah, antara senang dan kesal rasanya tercampur aduk jadi satu. Apa tadi katanya? adik. Adik darimana coba! gerutu Illyana dalam hati.

"Oh yaudah Kak, salam kenal saya Zafran. Kalau gitu saya duluan, Ly aku balik duluan ya." pamit Zafran pada keduanya.

"Iya, makasih ya Fran. Hati-hati dijalan," sahut Illyana sengaja ditambah dengan memasang senyum termanisnya saat di depan Zafran.

"Orangnya sudah berlalu, jangan keterusan gitu senyumnya. Bukan mahram." Illyana memutar bola matanya jengah saat mendengar suara berat nan tegas di sampingnya.

"Apa urusannya sama Abang. Lagian ngapain ngaku-ngaku kalau aku ini adiknya Abang. Sana gih jauh-jauh, dasar PHP." cerocos Illyana mengungkapkan kekesalannya.

Yang diusir bukannya pergi malah tersenyum simpul. Sebanarnya hari ini Ali memang berniat akan mampir ke kediaman Illyana seusai mengisi acara seminar. Tetapi secara tak terduga malah ia bertemu duluan disini dengan gadis itu. Dua bulan ia menghilang bukan tanpa sebab, tetapi memang sangat disibukkan dengan urusan pekerjaan. Dan lagi, Ali juga merasa sangat bersalah, karena secara tidak langsung dia menggantung Illyana dengan tidak segera memberi jawaban. Ali perlu waktu untuk berpikir, meskipun kini kelebat Humaira sudah hampir tak pernah mampir lagi di dalam benaknya, bahkan senyum jail dari Illyana yang akhir-akhir ini menganggu ketenangan tidur malamnya, tapi Ali butuh waktu untuk meyakinkan hatinya.

"Kamu marah sama saya Illyana?"

"Pikir aja sendiri! Abang itu lelaki terjahat yang pernah Illy temui. Tega banget ngegantung perasaan Illy. Emangnya Illyana ini jemuran apa!" ungkap Illyana dengan nada meletup-letup mirip anak kecil yang sedang ngambek jika tidak dituruti keinginannya.

Lengkungan tipis tercetak dari rahang Ali saat meyaksikan gadis di depannya itu mencak-mencak. Lucu sekali, apalagi pipinya yang tembam tambah melembung serta bibir tipisnya yang mengerucut.

"Kita ke mobil saya. Nanti kita bicarakan disana, jangan disini Illyana. Ngga enak diliatin sama yang lain."

"Ogah! bukan mahram, ngga boleh berdua-duaan kata Abi." Illyana beralibi, membalik omongan Ali tadi.

"Ngga cuma berdua Ly, tapi ada sopir Saya disana. Bagimana?"

"Mau ngomongin apa lagi memangnya? setelah ngga ada kejelasan dari Abang ustazd, terus sekarang seenaknya saja gitu datang lagi di hadapan Illy." rupanya Illyana masih sok-sok an mempertahankan gengsinya dan jual mahal. Kemarin saja dia sudah mati-matian merendahkan harga diri, dengan mengungkapkan perasaannya duluan pada Ali. Tetapi yang namanya gadis beranjak dewasa kan labil, apalagi jika tahu ternyata cintanya tak bersambut. Sudah pasti rasa sakit serta kesal mendominasi di hati, meskipun apa yang dilakukan Ali bukan seperti itu pada kenyataannya.
Illyana sudah bertekad jika hatinya tak akan lemah lagi, tidak akan gampang tergoda senyuman teduh dari wajah tampannya itu. Pokoknya kali ini harus si abang ustazd yang mengejarnya, bukan sebaliknya.

"Illyana, apa kamu tidak mau mendengar jawaban dari saya?" lelaki itu masih terus berusaha meyakinkan.

"Ng..ngga!" sahut Illyana agak ragu serta menggigit bibirnya sendiri. Padahal kan ini yang ditunggu-tunggu sejak lama.

"Yakin?" Ali berucap dengan senyum yang terus menguar.

"Yakin! Lagian Illyana sudah memutuskan, kalau.." Illyana menjeda omongannya sejenak. "Kalau Illyana menarik kembali surat yang kemarin itu, Illyana ngga mau lagi jadi calon istrinya Abang ustazd!" ucapnya dengan setengah hati.

"Tapi kalau Saya yang mau jadi calon suami Kamu gimana?"
#####

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro