Bab 11 { Two Mirrors }

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Aarrghh ... " Teriakan tertahan gadis itu ketika bangun dari ingatan buruknya, membuat Itachi yang ketiduran di sisinya segera terduduk sembari mengucek matanya yang masih terasa berat.

Manik sehitam malamnya seketika terbelalak begitu melihat gadis itu nampak gemetar sembari memeluk lututnya. Perlahan ia bergeser ke sisinya dan mencoba mengelus kepalanya namun gadis itu tiba-tiba menepisnya, "Jangan sentuh aku!" Teriaknya sembari bergeser menjauh.

"Sakura kau kenapa? Ini aku, Itachi ... Suamimu," Ucapnya dengan penuh kelembutan sembari terus mendekatinya.

Namun, Sakura terus saja mundur lalu mengambil kunai pada laci nakasnya, "Mundur! Aku tidak akan segan menyakitimu jika berani bergeser sedikit saja,"

"Sakura, apa kau bertemu dengan seseorang sebelum ini?" Tanyanya membuat gadis itu semakin terlihat waspada.

"Apa urusanmu menanyakan hal itu, Pergilah!"

Sasuke yang diam-diam mendengar keributan itu pun perlahan turun dari atap, lalu dengan cepat  menekuk tangan gadis itu ke belakang, "Siapa lagi kau! Lepaskan aku!"

"Tsunade-sama!" Teriak sulung Uchiha itu sembari menyalakan lampu kamar itu.

"Tsunade-sama ... Cepat ..."

Buak!

Ucapan bungsu Uchiha itu seketika terhenti karena Sakura tiba-tiba membenturkan kepalanya pada dagu pria itu dengan sangat keras. Hingga ia hampir saja melepas cengkramannya.

Kernyitan kekesalan kini terukir jelas pada raut kedua Uchiha itu, saat Tsunade masuk dengan santainya sembari menguap dan meregangkan tangannya, "Haa! Ada apa membangunkanku malam-malam buta begini," gerutunya sembari kembali menguap lebar.

"Tsunade-sama, cepat tenangkan dia aku sudah tidak sanggup menahannya!" Teriak Sasuke yang semakin kewalahan dengan gadis itu yang terus berontak seperti kuda yang tengah mengamuk.

Wanita paruh baya itu segera mendekatinya lalu berkacak pinggang, "Pfft kau kemanakan wajah songongmu itu Sasuke. Kemarin kau mencak-mencak di ruang kerjaku sembari berucap dengan angkuh tak butuh bantuanku. Tapi sekarang ... Pfttt ahahaha!"

"Tsunade-sama kemarin aku sedang kesal jadi tidak sadar mengatakan hal itu. Cepat bantu aku!"

"Cih melawan Kaguya bisa, meredam emosi gadis biasa tak bisa. Dasar payah ... Minta maaf dulu baru aku akan membantumu,"

"Nee ... Nee aku minta maaf cepat bantu aku!"

"Berjanjilah kau akan mentraktirku soju sepuasnya,"

"Nee, aku berjanji!" Teriaknya membuat wanita paruh baya itu tersenyum simpul lalu menotok punggung gadis itu hingga ia seketika ambruk dengan napas terengah-engah.

Sasuke juga seketika duduk di sana sembari terbatuk karena hampir kehabisan napasnya saat menahan gadis itu. Sementarq Itachi langsung memeluk istrinya dengan erat.

"Niisan, aku benar-benar tidak mengerti kenapa kau mau menikahi kembaran Kaguya," Celetuknya membuat sulung Uchiha itu menatap tajam padanya.

"Diamlah!"

Saat ia akan mendudukan gadis itu agar Tsunade bisa leluasa mengobatinya. Tiba-tiba gadis itu kembali berontak

"Tenanglah, aku di sini," gumamnya sembari mengeratkan pelukannya dan menggenggam sebelah tangannya. Namun, Sakura terus saja mencoba menepisnya.

Hingga gadis itu tiba-tiba mencengkram bahu kirinya dengan kukunya yang tajam hingga sulung Uchiha itu terlihatnya sedikit meringis. Sasuke pun terus menahan tangan gadis itu agar tak terlalu melukai kakaknya.

Tsunade yang mulai panik karena tekniknya tidak berhasil, segera duduk di sisinya lalu mengalirkan sebuah jutsu untuk meredam tekanan pada fikirannya, "Orochimaru, segelnya akan tertutup lagi. Bantu aku bakkayarou! Jangan diam saja," Teriak Tsunade membuat sosok sang pria ular masuk melompati jendela ruangan itu.

Ia pun mendekat dengan santainya lalu menempelkan telunjuknya yang menguarkan cahaya berwarna putih juga beberapa huruf kuno keemasan pada keningnya. Sakura seketika berteriak semakin kencang saat segel Orochimaru itu mengaliri tubuhnya dan mulai masuk sepenuhnya.

Dua Uchiha itu semakin kewalahan saat mencoba menahan tubuhnya yang terus meronta dan mencakarnya. Hingga setelah cukup lama akhirnya Sakura mulai tenang.

Nafasnya perlahan mulai kembali teratur. Saat Sasuke melepaskannya, tangannya seketika terkulai lemah. Itachi yang sudah yakin jika Sakura kembali tertidur. Saai ia akan membaringkannya, jemari gadis musim semi itu tiba-tiba mencengkram kerah pakaiannya.

Sembari menghela napas pelan, Itachi pun akhirnya memutuskan gadis itu akan tidur dalam dekapannya malam ini. Ia perlahan menyandarkan tubuhnya agar tak terlalu pegal nanti saat bangun.

"Apa kau sudah memiliki rencana? Junichi tidak akan berhenti sebelum tujuannya tercapai," Tanya Orochimaru sembari mendudukan diri dengan manis di sudur ranjang, lalu mengibas-ngibas kipasnya.

"Tindakannya kali ini benar-benar tak bisa di maafkan Itachi. Sampai kapan kau akan membiarkannya seperti ini? Jika saja aku masih menjadi hokage, aku akan meremukan pria itu dari ujung kepala sampai kaki," omel Tsunade dengan di iringi gemeretak kekesalan pada kepalan tangannya.

"Untuk ketujuh kalinya nyawa seseorang hampir melayang karena sikapmu yang terlalu tenang, rokudaime-sama," ucap Shikamaru yang tiba-tiba sudah bersandar di ambang pintu sembari bersedekap, "Kami selalu membiarkan tindakanmu ini karena kami fikir anda tengah merencanakan sesuatu yang bagus. Tapi ini sudah terlalu lama, ia bahkan berani melukai Sakura yang notabene-nyq Istrimu ... Istri seorang Rokudaime .... Istri dari kepala klan Uchiha ... Rakyat akan meragukan kepemimpinanmu jika kau terus menunda masalah ini,"

Sulung Uchiha itu pun mendecak kesal sembari menyugar rambutnya yang mulai menghalangi pandangan, "Aku tidak bisa sembarangan menghabisinya. Ia memegang kendali sesuatu yang tak bisa ku katakan dan jika aku menghabisinya sekarang maka aku akan kehilangan apa yang ku incar selama ini darinya,"

"Tapi sampai kapan? Dia telah merenggut putramu!" Teriak Tsunade sembari menendang kursi di sisinya yang langsung terpental pada Orochimaru, yang baru saja pindah ke ambang jendela, hingga ia hampir terjungkal saat menghindarinya.

"Oy, kau ingin membunuhku atau Junichi! Hishhh," Teriaknya sembari menjulurkan lidahnya.

"Hah, mendokusaina .... Kapan kalian akur sih?" Gerutu Shikamaru sembari mengorek kupingnya dengan pena yang ia pegang.

"Kau juga kapan akur dengan Temari!" Teriak Orochimaru dan Tsunade bersamaan, membuat keduanya segera memalingkan wajah begitu menyadarinya sembari bersedekao dan mendengus kesal.

"Tuan dan nyonya yang terhormat, bisakah kalian pergi sekarang. Besok aku ada rapat penting, jadi tolong jika masih ingin ribut di luar saja," sela Itachi sembari mengibaskan tangannya, menyuruh mereka pergi dengan senyuman yang terasa mengesalkan bagi Tsunade maupun Shikamaru yang tengah di landa hawa panas karena masalah pribadinya.

"Baiklah, kami pergi dahulu. Jaa,"

"Aku juga ada jadwal bermain shogi dengan Kotetsu-san dan Izumo-san," Ucap Sasuke yang ikut menghilang dari sana.

Itachi kini kembali terhanyut pada pemikirannya, manik onyxnya nampak berkaca-kaca saat menatap lekat paras Sakura yang terlihat lelah juga kesakitan. Jemarinya dengan lembut menyentuh setiap inchi wajahnya dan mengecup lembut tanda byakugou yang kembali terukir pada keningnya.

"Gomen-nee, aku tidak bisa melindungi sepenuhnya,"

Beberapa jam kemudian.

Sang gadis musim semi mulai perlahan terbangun dari tidurnya saat cahaya mentari menelusup masuk ke kamar itu. Ia perlahan terduduk sembari mengucek matanya yang terasa perih.

Tiba-tiba ingatan itu kembali menyentaknya dan membuatnya seketika merinding saat memperhatikan sekitar ruangan itu. Sakura perlahan mengatur napasnya agar sedikit lebih tenang untuk bisa berfikir jernih.

Ia benar-benar merasa begitu khawatir karena tidak mengingat kejadian semalam. Hatinya benar-benar gelisah, karena takut menyakiti seseorang semalam.

Emeraldnya kini menatap foto pernikahannya di atas nakas, senyuman tipis yang terukir pada wajahnya di foto itu membuat keraguan kembali merasuki hatinya. Ia pun segera menyingkirkan selimut yang menutupi tubuhnya lalu beranjak turun dari ranjang.

Ia harus mencari Itachi untuk meminta penjelasan atau apapun itu agar ia tak memakan mentah-mentah apa yang di ucapkan Junichi.

Waktu yang masih menunjukan pukul delapan pagi. Membuatnya yakin, jika Itachi belum berangkat ke kantor hokage. Sekalipun kepalanya masih terasa sedikit pening ia terus mencarinya ke seluruh penjuru rumah.

Hingga akhirnya ia menemukan pria itu tengah bersemedi di sisi kolam ikan belakang rumah. Ia pun segera mendekat padanya, tapi sepertinya Itachi tak merasakan kehadirannya hingga pria itu tak membuka mata atau bergerak sedikitpun.

"Itachi," panggilnya akan tetapi sulung Uchiha itu masih diam mematung .

Berulang kali ia menepuk pundaknya, menggelitik kupingnya atau mencubitnya tetapi ia tak bergerak. Hingga Sakura menyerah, "Anata!" Teriaknya dengan begitu kesal tepat di kuping sulung Uchiha itu.

"Nee sayangku," Sebuah jawaban yang cukup halus di belakangnya membuat hadis itu tersentak kaget.

Saat gadis musim semi itu melirik, ia seketika terbelalak kaget melihat Itachi ternyata ada di belakangnya. Emeraldnya kini bergulir memandang Itachi yang tengah bermeditasi, lalu menatap pada sosok yang tengah melambai di belakangnya dengan cepat hingga membuat kepalanya pening.

Saat ia hampir terjatuh kehilangan kesadarannya, sulung Uchiha itu dengan cepat berteleportasi ke sisinya dan menahan tubuhnya.

"Sakura, kau baru saja sadar kenapa tidak memanggil Sasuke kalau butuh sesuatu,"

Sakura segera mundur dua langkah dengan tatapan kesal, "Sasuke masih tidur dan kau ... Kemana saja kau! Aku mencarimu sampai sakit kepala di tambah dengan ini, apa kau ingin mengerjaiku. Shannaro!" omelnya sembari menunjuk pada bunshin yang baru ia kenali.

Itachi pun tertawa kecil lalu mendekat, mencoba memegang tangannya namun Sakura seketika berbalik memunggunginya sembari bersedekap.

Sulung Uchiha itu kembali mendekatinya lalu memeluknya dari belakang, "Gomen-nee," bisiknya sembari mengecup lembut pipinya membuat gadis itu gelagapan.

Sakura pun segera melepaskan tangannya lalu mundur beberapa langkah, hingga punggungnya terantuk pada sebuah pohon, "Rayuan itu tidak akan pernah berlaku padaku. Lalu kau mau kemana dengan pakaian serapih itu dan ... Tunggu dulu, aroma parfummu kenapa berbeda?" Ucapnya sembari memperhatikan Itachi dari ujung kepala hingga kaki.

Pria itu terlihat mengenakan kimono hitam yang di kenakan hanya untuk acara resmi dengan jubah merah yang melambangkan ia adalah kepala klan Uchiha. Rambutnya juga terkuncir rapih dengan dua katana yang terikat di pinggang kanannya.

"Aku ada pertemuan dengan para ketua klan tadi,"

"Sepagi ini? Kau mencurigakan," ucap gadis itu sembari mendelik kesal.

Itachi lagi-lagi berteleportasi ke hadapannya dan membuat gadis itu kembali terkejut. saat ia akan kabur kedua tangan sulung Uchiha itu tiba-tiba terulur diantara kepalanya.

"Apa yang kau curigai?" ucapnya dengan setengah berbisik, membuat semburat kemerahan pada pipinya terlukis karena wajah Itachi hanya berjarak beberapa cm darinya.

Sakura pun segera memalingkan wajahnya dan berkata dengan sangat gugup, "Bi ... Bi .... Bisa saja kau ... Kau mene .... Menemui wanita lain,"

Jemari sulung Uchiha itu perlahan menyentuh dan mengangkat dagunya. Membuat mereka kini saling menatap satu sama lain dengan begitu dekat, "Bagaimana bisa aku menemui wanita lain jika aroma tubuh istriku melekat pada diriku," Ucapnya membuat pipi gadis itu semakin merah.

Ia pun segera mendorong bahunya agar mundur sembari memalingkan wajahnya, "Ba ... Bakka! Bagaimana bisa kau mengatakan hal mesum seperti itu dengan enteng, shannaro!" Teriaknya yang membuat sulung Uchiha itu mengernyit lalu tertawa.

Itachi pun menyentil keningnya sembari tersenyum membuat Sakura geram dan mencoba meninjunya. Akan tetapi sulung Uchiha itu malah menarik tangannya, lalu memeluknya dengan erat, "Mendokusaina, sepertinya Tsunade-sama salah memberimu obat," ucapnya dengan intonasi nada seperti Shikamaru, sembari menjawil hidung gadis itu.

"Cih, apa maksudmu sebenarnya?"

"Coba kau diam dulu dan rasakan sesuatu,"

Sakura nampak ragu-ragu untuk mengikuti ucapannya. Tujuannya untuk mencari tahu tentang Junichi sepertinya gagal karena Itachi terus menggodanya.

Saat ia tengah memikirkan hal itu, Sakura seketika terbelalak saat mengendus aroma wewangian yang tak asing. Emeraldnya kini menatap dengan tajam pada sulung Uchiha itu, "Chotto, kau memakai parfumku. Shannaro!" Teriaknya.

"Nee," jawab singkat sulung Uchiha itu sembari menyunggingkan senyuman jahilnya.

Ia pun segera menutup wajahnya karena malu telah mengira yang tidak-tidak padanya, "Ba .... Bagaimana bisa kau berjalan dengan santai setelah memakai parfum seorang wanita, shannaro! Apalagi kau tadi pergi ke pertemuan resmi,"

"Itu bukan masalah, Sai juga memakai liptint milik Ino. Naruto bahkan memakai parfum Hinata dan Shikamaru selalu memakai apapun yang Temari pakai. Semua pria yang sudah menikah pasti seperti itu. Lagian parfumku juga kebetulan sudah habis. Nah, sekarang aku harus pergi, Kakashi sudah menungguku sepertinya ia mau memberiku sesuatu," godanya lagi membuat jantung Sakura hampir lepas karena terus berdetak kencang saat melihat senyuman juga ketampanannya yang semakin menguar.

Sebuah ide untuk membongkar pemikirannya tentang Junichi, seketika muncul begitu ia menyadari mood pria itu sedang benar-benar naik.

Dengan sunggingan senyum manis, ia melepaskan tangan Itachi yang melingkar pada pinggangnya lalu menggenggamnya dengan erat, "A ... Ayo ... Mandi bersama. Aku juga ingin memberi sesuatu padamu," ucapnya dengan gugup membuat sulung Uchiha itu seketika terbelalak kaget, apalagi Sakura langsung berlari pergi dengan cepat.

"Chotto, Sakura jika aku menolak bagaimana? Aku sudah mandi tadi," Teriaknya membuat sang gadis musim semi yang sudah berada di ambang pintu itu terhenti lalu menatapnya dengan tajam.

"Jangan harap kau bisa pulang ke rumah ini lagi. Shannaro!"

Itachi lagi-lagi terkekeh, entah kenapa ia selalu merasa jatuh cinta pada ekspresi kesal juga amarah Sakura. Hingga ia terus menggodanya tak perduli pada akhirnya ia akan babak belur.

Sunggingan senyum misterius kini terukir pada bibirnya sembari melepaskan katananya, "Jika itu maumu, aku pasti tidak akan menolaknya. Sayangku,"

*****

Titik-titik air yang terjatuh dari jemari sang sulung Uchiha, kembali membasahi punggung sang gadis musim semi yang tengah bersandar di dadanya. Bercak kemerahan di tengkuk, leher, bahu juga punggungnya menggambarkan dengan jelas bagaimana buasnya sang sulung Uchiha jika sudah terpancing.

Apalagi ia sudah menahan seluruh hasratnya dalam kurun waktu yang cukup lama. Sudah pasti ia akan meluapkan semua gelora di dalam tubuh juga hatinya saat mendapatkan kesempatan itu.

"Kau sudah puas sekarang?" Tanyanya dengan nada masih setengah terengah.

"Tidak, aku menginginkannya lagi. Shannaro," Jawab Sakura sembari menyentuhkan jemarinya pada belakang telinga sulung Uchiha itu, yang seketika membuatnya kembali merasa merinding sekaligus geli.

Dengan begitu lembut ia mengecup punggung tangannya sembari tersenyum, "Sesuai keinginanmu, sayangku,"

Ia pun membenarkan posisi duduknya di bathtub itu, lalu mengangkat dagu Sakura dengan jemarinya. Perlahan ia kembali mengecup titik sensitifnya. Lalu mencium bibirnya yang semakin lama semakin tak terkendali. Pria itu benar-benar menikmati dan mereguk setiap momen membahagiakan itu.

Gadis itu seketika menjengit kaget saat tangan Itachi yang mulai semakin dingin menyentuh setiap inchi tubuhnya. Goresan bibirnya yang di iringi gigitan kecil di sekitar titik sensitifnya membuat gadis itu menggeliat geli.

"Itachi, chotto! Aku teringat sesuatu," Ucapnya sembari menahan bahu pria itu.

"Ada apa?"

"Uhmm tapi berjanjilah kau akan menjawab pertanyaanku ini,"

Itachi kini semakin memperat pelukannya lalu menelusupkan wajanya pada leher gadis itu, "Kapan aku tidak menjawab pertanyaanmu hmm? Katakan saja apa yang ingin kau tanyakan,"

"Uhmm ini tentang Junichi," Ucapnya membuat sulung Uchiha itu mendongak dan menatapnya dengan waspada.

"Junichi?"

"Ya, sebelum aku pingsan kemarin.  Aku bertemu dengannya. Ia bilang kalau aku adalah tunangannya apa benar?"

"Jangan dengarkan apapun yang ia katakan Sakura. Ia tidak waras,"

"Benarkah? Tapi dia menunjukan semua buktinya padaku,"

"Dia mempunyai kemampuan memanipulasi fikiran seseorang, Sakura. Jangan percaya pada apa yang ia katakan. Semua orang juga tahu kalau dia itu seekor rakun yang tamak akan kekuasaan,"

"Lalu apa kau tahu tentang anbu Akai Sora?" Tanyanya membuat sulung Uchiha seketika terbeliak dan langsung merapatkan bibirnya.

"Akai Sora adalah ..."

Tok ... Tok ...

"Niisan! Kau di dalam!" Teriak Sasuke sembari terus menggedor pintu dengan kencang, membuat sulung Uchiha itu tiba-tiba menghela napas lega.

"Nee, ada apa?"

"Cepatlah aku harus buru-buru mandi, Kakashi pasti akan mengomeliku karena sudah terlambat!"

"Mandilah di sungai atau kolam!"

"Hish, mana mungkin aku mandi di sana. Banyak para gadis tahu!"

"Hmm bukankah itu bagus? siapa tahu kau menemukan calon istrimu di sana," ledeknya membuat Sakura terkekeh kecil.

"Urusai! Cepatlah Itachi-nii, memangnya kau sedang apa sampai betah dua jam di kamar mandi!"

Saat Sakura akan menjawabnya Itachi segera membungkamnya," Aku sedang melakukan bisnis!" teriaknya membuat gadis itu hampir tertawa keras jika tak segera di bungkam oleh tangan Itachi.

"Bisnis apa hah! Jangan mengada-ada, apa kau tengah bersekutu dengan siluman air!"

"Bisa di bilang begitu!" Jawab Itachi membuat Sakura kesal lalu meninju bahunya.

"Cih, cepatlah keluar atau kau akan semakin keriput!"

"Keriput sedang jadi tren tolak ukur ketampanan pria saat ini!" Teriaknya membuat Sakura benar-benar semakin sulit menahan tawanya lagi.

Gadis itu perlahan bangkit dengan susah payah, selain karena bathtub yang licin. Tubuhnya kini terasa remuk karena habis-habisan bertempur dengan sulung Uchiha itu hanya demi mengorek informasi tentang Junichi, juga demi mendapat izin masuk ke gedung informasi.

"Kau mau kemana?" Bisik Itachi di tengah keributannya dengan Sasuke, sembari menahan pergelangannya.

Gadis musim semi itu pun menggesturkan kepalanya pada pintu, mengisyaratkan akan keluar. Itachi juga perlahan bangkit menyusulnya, lalu kembali memeluk Sakura yang baru memakai handuknya, saat ia akan menciumnya teriakan Sasuke seketika membuyarkan momen romantis itu lagi.

"Itachi-nii, cepatlah keluar atau kau akan jadi duyung keriput!" Teriaknya membuat Itachi memijat pangkal hidungnya.

Sakura tiba-tiba memegang pundaknya dan mengecup singkat pipi sulung Uchiha itu sebelum pergi. Saat ia membuka pintu Sasuke seketika terbeliak, melihatnya ternyata ada di dalam bersama kakaknya.

Wajah bungsu Uchiha itu seketika memerah saat Sakura melewatinya tanpa menoleh atau menyapa sedikitpun. Sementara gadis musim semi itu diam-diam menyunggingkan senyum puasnya melihat Sasuke salah tingkah.

Setelah beberapa menit ia selesai berpakaian dan menghias diri, Itachi baru masuk ke kamar. Ia pun memperhatikan sulung Uchiha itu dari cermin di hadapannya lalu tersenyum tipis.

"Kau mau langsung ke kantor atau menemui Kakashi?"

"Hmm, mungkin ke kantor. Jika tidak Shikamaru dan Tsunade-sama akan mengomeliku,"

Sakura perlahan bangkit, lalu menghampirinya yang akan mengenakan seragam kimono hitamnya tadi. Dengan cepat ia pun menahan tangannya, "Tidak bisakah kau di rumah saja?"

Sulung Uchiha itu segera menggeleng pelan lalu membelai lembut pipinya, "Aku akan pulang tepat waktu seperti biasa,"

"Bagaimana jika sosok itu kembali?" Tanyanya membuat Itachi mengernyit bingung.

"Sosok apa?"

"Aku tidak tahu pasti, karena wajahnya kemarin tertutupi topeng. Akan tetapi dari postur tubuhnhya ia lebih tinggi dariku. Ia juga memakai kimono yang menjuntai sepertimu," ucapnya membuat Itachi terbelalak kaget.

"Kau tidak perlu khawatir. Para anbu selalu berjaga di sekitar rumah,"

Sakura pun mengangguk mengerti lalu mulai membantunya bersiap. Hingga sebuah ketukan pada pintu utama membuatnya terkejut.

Saat Itachi akan bangkit turun membukakan pintu, Sakura segera menahannya dan bilang ia sendiri yang akan membukanya.

Dengan cepat ia menuruni tangga, membuat Sasuke yang tengah makan tiba-tiba segera kabur. Entah kenapa kebiasaan pria itu tidak pernah berubah, jika ada tamu yang datang ia pasti akan segera bersembunyi.

Begitu ia membuka pintu, manik emerald gadis itu seketika terbelalak saat melihat sosok Neji ada di hadapannya. Jantungnya seketika berdegup dengan begitu kencang saat mata mereka memandang satu sama lain.

Perasaan di dalam hatinya yang kini terasa kacau, membuat waktu terasa berhenti. Memori-memori singkat tentangnya yang tiba-tiba terngiang membuat gadis itu semakin mematung, tak bisa mengucapkan sepatah kata apapun.

"Sakura, siapa yang bertamu?" Teriak Itachi dari kamar mereka. Namun, fikirannya yang tengah melanglang entah kemana membuatnya tak menyadari panggilan itu.

"Sakura ..." Panggil Itachi lagi yang kini terlihat menuruni tangga.

"Sa ... Neji!" Pekik sulung Uchiha itu membuat pria Hyuga itu terkejut dari lamunannya.

Neji seketika tersenyum senang sembari berjalan masuk melewati gadis itu. Sementara Sakura masih terus memperhatikannya dalam diam, karena kini hatinya merasa yakin jika pria itu pernah mengambil andil besar dalam kisah percintaannya.

Emeraldnya kini mulai memperhatikan bagaimana hangat juga akrabnya hubungan pertemanan diantara kedua pria berambut panjang itu. Sunggingan senyum simpul kini terukir pada bibirnya saat melihat mereka memeluk satu sama lain sembari mengadu tos khusus.

"Bagaimana Kiri?" Tanya sulung Uchiha itu saat melepas pelukannya.

"Tempat yang sangat bagus, aku jadi ingin tetap tinggal di sana," jawab Neji dengan senyumnya yang merekah, membuat Sakura kini curiga jika keduanya tidak saling mengetahui kalau mereka pernah berhubungan dengan gadis yang sama.

"Hah enaknya menjadi dirimu yang bisa bersenang-senang sesuka hati," Ucapnya sembari meninju pelan bahu pria Hyuga itu yang seketika kembali tertawa.

"Aku malah iri denganmu yang bisa mendapat gaji tetap karena terus berada di desa,"

"Bagaimana kalau kita bertukar posisi?"

Neji tiba-tiba menggeleng lalu menyilangkan kedua tangannya di depan dada, "Aku menolak mentah-mentah. Lebih baik aku mendapat gaji seadanya daripada harus berhadapan dengan daimyo menyebalkan itu,"

"Pfft hahah, dasar kau tidak pernah berubah rupanya,"

"Lalu bagaimana kabarmu? Kenapa tubuhmu di penuhi cakaran? Kau memelihara kucing?" Tanyanya berturut-turut, membuat Sakura seketika tertunduk malu karena ia yang menyebabkan bekas cakaran itu.

"Hmm ya, kucing yang manis dan lugu. Tapi sayang aku tidak tahu kucing itu ada dimana sekarang," Jawabnya sembari melirik Sakura dengan jahil, membuat gadis itu semakin memerah, "Ah ya, Sakura maaf aku lupa. Kemarilah,"

Gadis itu pun perlahan berjalan masuk lalu berdiri di sisinya, "Sakura aku tahu kau tidak ingat siapa dia jadi akan ku perkenalkan ulang. Dia Hyuga-Neji, sahabat yang sudah ku anggap seperti saudaraku sendiri. Kau bisa memanggilnya Neji," Ucapnya sembari memegang tangan Sakura lalu mengulurkannya ke hadapan pria Hyuga itu.

Bukannya menjabat tangan gadis itu, Neji malah tiba-tiba berlutut dan menunduk hormat padanya, "Salam kenal kembali Uchiha .... Sakura,"

"Neji ... Jangan buatku sakit kepala lagi. Bersikaplah dengan santai, aku atau Sakura bukan atasanmu," Gerutu sulung Uchiha itu sembari membantunya kembali berdiri.

"Gomen, sudah kebiasaan. Hehe,"

"Nah, ada yang ingin ku bicarakan. Ayo ke ruang tengah,"

"Tunggu, aku hanya ingin memberi surat undangan pesta kelahiran putra dari Hinata-sama. Jadi sekarang aku harus segera pergi," Selanya sembari mengulurkan sebuah gulungan surat.

Itachi mulai menatapnya dengan kesal, lalu merangkul bahunya dan menarik pria Hyuga itu ke ruang tengah lalu mendudukannya di sofa, "Duduk di sini aku akan mengambil pakaianku dahulu. Jangan kemana-mana atau aku akan bilang pada Hiyashi-sama kau tidak memberikan undangan dengan benar,"

"Tapi ..."

"Shh ... Kau sudah lama tidak menemuiku dan langsung kabur, benar-benar tidak sopan. Sakura, tolong buatkan teh hijau juga camilan untuknya, aku akan mengambil pakaianku," Titahnya sembari melengos pergi begitu saja.

Kecanggungan seketika terasa di ruangan itu saat Sakura selesai menyajikan apa yang di titahkan oleh Itachi. Ia pun perlahan terduduk pada sebuah kursi di dekat pria Hyuga itu lalu menatap ke arah lain sembari menunggu Itachi turun.

Deheman dari yang cukup keras dari Neji seketika mengagetkan lamunannya, saat ia melirik padanya. Pria malah menatapnya dengan penuh misteri.

"Aku sudah mendengar kabar tentang penculikanmu dan .... Aku turut berduka untuk putra dari Itachi," ucapnya membuat Sakura mengernyit bingung dengan kalimat terakhirnya.

Putra dari Itachi katanya? Ya, anak itu memang anak Itachi tapi kenapa nada bicara Neji malah menggiring opini jika pria Hyuga ini meragukannya.

"Nee, lalu kemana saja kau selama ini?" Tanyanya membuat Neji tiba-tiba terlihat begitu terkejut, "Ah maksudku aku tidak pernah melihatmu ada di desa. Apalagi saat Hinata melahirkan," sambungnya agar pria itu yakin jika dirinya tidak mengingat apapun tentangnya.

"Aku memiliki misi mencari seorang pengkhianat desa bernama Junichi-Isamu. Karena itulah aku tidak pernah pulang ke desa,"

"Junichi-Isamu? Siapa dia?"

"Mantan hokage bayangan di era Tsunade-sama,"

"Lalu kenapa kau mencarinya?"

"Ia telah banyak melakukan kejahatan termasuk pada Itachi. Beberapa kali ia mencoba membunuh Itachi tapi berhasil di gagalkan olehku juga Kakashi-sensei,"

"Kejahatan? Kejahatan apa?"

"Membocorkan rahasia desa, membunuh keluarganya sendiri, menculik para gadis, mendirikan organisasi terlarang, memanipulasi fikiran orang dan mengadu domba para kage,"

Sakura seketika terbelalak kaget mendengar penjelasannya itu. Entah kenapa pria itu bisa berbicara dengan sangat gamblang, tentang sesuatu yang begitu terlarang untuk di katakan seorang anbu yang tengah menjalankan misi.

"Sakura, jika kau menemukan pria ini tutup matamu jangan sampai kau melihat matanya atau dia akan masuk dalam fikiranmu lalu mengacak-acaknya," Ucap Neji sembari menyodorkan sebuah foto yang kembali membuatnya kembali terkejut.

"Nee, aku akan mengingat saranmu,"

Neji perlahan bangkit mendekat padanya dan menyodorkan sebuah kotak kecil berwarna keemasan, "Aku melihat anting-anting yang cantik saat akan berangkat kemari dan tiba-tiba aku teringat dirimu. Jadi aku membelinya, Semoga kau suka,"

Sakura perlahan mengambil kotak itu lalu membukanya, sepasang anting dengan ukiran bunga putih yang berkilauan membuatnya terpana. Ia segera melepas anting yang di kenakannya, lalu menggantinya dengan anting pemberian pria Hyuga itu.

Saat ia baru mengangkat anting itu, Neji tiba-tiba menahan tangannya, "Biar ku pasangkan,"

Manik emeraldnya kini menatap lekat pada wajah sang pria Hyuga yang hanya berjarak beberapa cm dari sisinya. Tak di sangka saat ia tengah fokus memperhatikannya, Neji tiba-tiba meliriknya dan membuat jantungnya seketika kembali berdegup kencang.

Saat pandangan mereka telah terkunci satu sama lain, Sakura bisa melihat pancaran kesedihan pada manik mata pria Hyuga itu. Pesona wajahnya yang begitu tampan saat di lihat dari dekat, membuatnya sulit mengalihkan pandangan.

Bruak!

Suara jatuhan yang begitu ribut di tangga membuat keduanya seketika terlonjak mundur. Neji pun segera kembali ke tempat duduknya dengan raut yang begitu gugup, sama dengan sang gadis musim semi yang langsung memalingkan wajahnya.

Tak butuh waktu lama Sasuke tiba-tiba muncul, menuruni tangga dengan menenteng beberapa barang yang membuatnya kerepotan dan hampir saja jatuh. Bungsu Uchiha itu sepertinya belum selesai makan, hingga dalam keadaan repot begini ia masih mempertahankan roti yang tengah ia gigit kuat-kuat agar tidak lepas dari bibirnya.

Neji pun segera berjalan ke arahnya lalu membantunya membawakan barang-barang itu ke ambang pintu.

"Kau mau kemana?" Tanya Sakura saat pria itu mengambil kunai yang ada di meja.

"Pergi misi ke Suna. Kazekage membutuhkanku," Jelasnya sembari tiba-tiba meminum teh yang di sajikan untuk Neji.

"Chotto itu ..."

"Katakan pada Itachi-nii aku berangkat, jaa," Ucapnya yang seketika kabur dari sana tanpa rasa bersalah karena telah meminum teh untuk Neji.

Sakura kini melirik pada sang pria Hyuga sembari menyunggingkan senyuman malunya akan sikap Sasuke yang masih saja seenaknya, "Gomen-nee," ucapnya yang hanya di jawab sebuah senyuman simpul.

"Dia masih sama seperti dulu,"

"Aku akan mengambil yang baru,"

Saat ia akan bangkit berdiri, tiba-tiba ia mendengar langkah Itachi yang sama rusuhnya dengan Sasuke tadi saat menuruni tangga.

Neji juga kini melayangkan tatapan bingung saat melihat sulung Uchiha itu memakai rompi hijau juga hitae-ate nya, "Kau mau kemana?" Tanya Neji dan Sakura bersamaan, membuat mereka kembali menatap satu sama lain dengan singkat.

"Ada situasi genting di perbatasan Konoha," Jelasnya sembari mengambil katananya yang tergantung di tembok.

"Biar aku ikut," Tawar Neji sembari menahan bahunya yang akan mengambil senjata lain di raknya.

"Ini tugasku sebagai Rokudaime. Kau jagalah Sakura dan Konoha. Juga dampingi Kakashi, ia akan menggantikanku di kantor," Titahnya membuat pria Hyuga itu tak bisa menjawab apapun selain mengangguk.

Sakura pun segera mendekat lalu memeluknya dari belakang, "Segeralah kembali," Bisiknya.

Itachi perlahan berbalik lalu menghapus air matanya, sebuah kanzashi kebanggaan keluarganya kembali ia sematkan dengan hati-hati pada rambut gadis itu.

"Ya, aku akan segera kembali. Kau tidak perlu khawatir," Ucapnya sembari mengecup singkat bibir gadis musim semi itu.

Neji yang melihatnya pun seketika memalingkan wajahnya lalu pamit pergi dari sana.

*******

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro

#sakura