Bab 21 { A New Day }

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Shikamaru, tolong sembunyikan dokumen ini,"

Pria Nara itu seketika mengernyit bingung saat menerima beberapa kertas berisi segala hal tentang sang bayi yang kini tengah duduk bersandar pada tumpukan buku di meja kerjanya.

"I ... Itachi apa lagi ini? Setelah kau menarik keputusanmu untuk mundur dari kursi hokage. Kini kau ingin menutupi identitas aslinya? Bagaimana dengan perjanjianmu dengan Orochimaru-sama, mendokusaina?"

Perlahan Itachi bangkit dari tempatnya lalu menggendong Aito dengan begitu hati-hati, "Sakura sangat menyukai anak ini, aku tidak bisa memisahkannya. Hatinya akan begitu hancur jika ia tahu identitas sebenarnya anak ini jadi ku mohon sembunyikan atau bakar saja dokumen itu,"

"Kau akan mengadopsinya? Apa kau sanggup mengurusnya?"

"Hmm, selama bertahun-tahun aku telah mengurus Sasuke dan kini aku yakin masih ingat bagaimana mengurusnya saat itu," Ucapnya membuat raut wajah Shikamaru seketika menjadi suram.

"Jangan bilang kau akan mengabaikannya hingga ia menjadi teroris seperti Sasuke, mendokusaina,"

"Ckk ... Mana ada! Aku pasti akan mengurusnya lebih baik sekarang," Ucapnya dengan penuh keyakinan, namun Shikamaru malah melayangkan tatapan curiga dan ketidakpercayaannya hingga sulung Uchiha itu merasa sebal.

"Thoma sepertinya ibumu sudah selesai bekerja. Ayo kita kunjungi dia," Alihnya sembari melengang pergi dari sana.

"Waa ... " Jawab anak itu dengan senyum cerianya.

"Hoy mau kemana kau! Pembicaraan kita belum selesai mendokusaina! Kapan juga kau merubah namanya? Sakura pasti akan mengamuk saat tahu,"

"Thoma, ada toko senjata yang baru buka apa kau mau membeli satu?" Alihnya dengan ekspresi yang begitu acuh hingga membuat Shikamaru seketika naik darah.

"Waa?" Tanya anak itu dengan sorot penuh tanya sembari mengisap jempolnya, seperti penasaran apa yang di maksud oleh sang ayah.

"Itachii! Aku bersumpah akan memelintir kepalamu kalau mengajarkan sesuatu yang aneh-aneh pada anak itu, mendokusaina!" Teriaknya namun sulung Uchiha itu malah langsung menghilang dari sana.

Sembari menghela kesal Shikamaru pun memeriksa kembali semua dokumen itu agar tak ada yang tertinggal, sembari berjalan keluar. Saat ia akan menuruni tangga pria Nara itu tak melihat ada Neji yang akan berbelok hingga mereka bertabrakan dan membuat semua dokumen itu hingga mereka jatuh terjerembab berlainan arah, "Itte!" Teriak keduanya berbarengan.

"Shikamaru kau ini bagaimana kalau berjalan hah!"

"Aku orang penting, kepalaku sangat sibuk walau tengah tertidur atau berjalan jadi wajar aku tak melihat. Apalagi atasanku modelan algojo, mendokusaina," Omel baliknya sembari membereskan dokumen itu dengan cepat sebelum Neji melihatnya.

Akan tetapi usahanya itu sedikit sia-sia karena Neji melihat salah satu kertas bertuliskan surat perjanjian adopsi dengan huruf yang begitu besar di sisinya, "Shikamaru ini?"

"Jangan ikut campur dan diamlah," Ucapnya sembari mengambil kertas itu dengan secepat kilat lalu berjalan pergi dari sana.

Neji yang merasa ada yang aneh dengan sikapnya pun diam-diam mengikutinya dan mencoba mengintip isi sura itu dengan byakugannya. Namun, itu tidak berhasil karena seluruh dokumen itu sudah di segel dengan teknik khusus.

Sementara itu di sisi lain, para perawat nampak begitu riuh saat melihat Itachi datang ke rumah sakit sembari membawa Aito. Mereka nampak begitu gemas melihat bayi itu hingga berebut ingin menggendongnya namun Itachi tak membiarkannya karena Aito terus memegangi pakaiannya dengan kencang.

"Anata!" Teriak sang gadis musim semi yang terlihat berlari sembari melambaikan tangannya.

"Bhu ... Bhu ...!" Teriak bayi itu yang juga terlihat begitu senang saat melihat Sakura.

Semua yang ada di sana seketika merasa begitu gemas mendengar cekikikan tawanya yang sangat manis. Begitu Sakura tiba di hadapan mereka Aito buru-buru mengangkat kedua tangannya seperti meminta di gendong.

"Uhmm kau benar-benar anak yang manis, kaasan kira kau tidak akan menjemput," Celotehhya sembari mencium pipi gembul bayi itu hingga kembali tertawa.

Manik emeraldnya yang berbinar kini menatap sang sulung Uchiha yang nampak bersemu merah, "Tumben kau membawa Aito datang kemari,"

"Aku bosan mendengar ceramah Shikamaru,"

"Pfft pasti dia begitu terkejut hingga tak berhenti mengoceh saat tahu kalau kau akan kembali menduduki posisi Hokage," Ucapnya membuat Itachi hanya bisa tersenyum tipis sembari mengusap pucuk kepalanya.

"Sakura, tetua kuil tadi mengirim surat. Katanya beliau sudah mendapat nama yang cocok,'

Sang gadis musim semi seketika mendongak dengan tatapan seidikit bengong, "Bukankah kita sudah sepakat memberinya nama Aito dan tidak akan melibatkan tetua kuil?"

"Ya, aku juga inginnya seperti itu tapi aku sudah terlanjur mengirim surat pada kuil bulan lalu dan tak bisa menariknya lagi,"

"Ku harap mereka tidak memberi nama yang kuno atau nama yang rumit padanya," Ucapnya dengan nada yang terdengar khawatir sembari menatap anak itu.

Dengan lembut sulung Uchiha itu menyentuh pundaknya lalu mengelus kepala anak itu, "Tidak, nama itu sangat modern dan mudah di ingat,"

"Benarkah? Nama apa yang mereka sarankan?"

"Thoma," Ucapnya membuat manik emerald itu terbelalak, "Thoma Ai Uchiha," Sambungnya membuat Sakua seketika berbinar.

"Thoma Ai Uchiha? Kau tetap memakai nama awalnya dan sedikit mengkombinasikan juga mengganti letak posisinya, shannaro?"

"Hmm, apa kau suka?"

"Tentu saja aku suka, itu nama yang sangat indah shannaro!" Pekiknya sembari dengan cepat memeluknya, membuat sang anak yang telah berganti nama menjadi Thoma itu kembali tertawa diantara pelukan mereka.

"Oh ya, karena dia memiliki nama yang modern maka dia juga harus memanggil kita dengan panggilan modern. Bagaimana kalau mama?"

"Whaa!"

"Aku tidak ingin merubah tradisi, jadi panggil aku Otou-sama saja," Ucapnya membuat Sakura mendelik kesal dan langsung menyikutnya, "Itu benar-benar kolot, Thoma jangan dengarkan dia. Kau panggil dia Chichi nee?"

"Tapi ..."

"Uhmm ia aku baru ingat, Itachi-kun katanya ada restoran seafood yang baru buka di dekat Ichiraku. Apa kita bisa kesana sekarang Chichi?" Selanya membuat Itachi menghela.

"Mattaku, baiklah terserah kau saja. Selama tidak ada Shikamaru atau Sai, itu tidak masalah," Ucapnya sembari melepaskan pelukan wanita itu.

"Yeay ayo kita pergi, aku sudah sangat lapar. Shannaro," Celotehnya sembari menarik pergi tangan pria itu dengan begitu bahagia.

Sepanjang jalan Sakura nampak terus berceloteh banyak hal sembari beberapakali bertanya pada Thoma yang masih tak mengerti apapun dan malah berteriak tak jelas saat menjawabnya. Begitu tiba di restoran itu Sakura seketika di buat ternganga begitu melihat dekorasi kapal laut yang begitu besar di atapnya.

Tak hanya itu, ia juga terkejut saat melihat sosok Guy dan Iruka yang tengah seperti menyambut para tamu di pintu masuk dengan kostum lobster yang begitu lucu. Mereka pun segera menghampiri kedua pria itu yang langsung berbinar saat melihat Thoma, "Itachi, akhirnya kau datang juga," Teriak Guy yang langsung memeluknya dengan begitu erat.

"Iya, tolong lepaskan aku merasa sesak," Ucapnya membuat Guy langsung melepasnya.

Sakura pun semakin mendekat pada mereka karena Thoma terlihat begitu sangat ingin menyentuh kostum mereka, "Kenapa kalian di sini? Dan apa yang kalian lakukan?"

"Tentu saja kami sedang menarik pengunjung," Jawab Guy dengan begitu gembira saat melihat anak itu terus tertawa saat melihat tingkahnya.

"Restoran ini milik kami bertiga," Ucap Iruka membuat mereka mengernyit.

"Bertiga?" Ulang sang sulung Uchiha.

"Nee, aku, Guy dan Kakashi,"

Itachi dan Sakura kini saling melempar tatapan terkejutnya saat mendengar nama pria perak itu di sebut, "Sensei?"

"Hmm setelah dia tidak jadi menduduki posisimu, Kakashi memiliki ide untuk membangun usahanya sendiri mengingat usianya tidak muda lagi. Hahaha!"

"Kalau begitu aku tidak perlu khawatir sakit perut atau keracunan jika Kakashi yang memasaknya," Ucap sang sulung Uchiha sembari mengambil alih Thoma karena wanita itu mulai terlihat pegal.

"Pfft kau ada-ada saja. Ayo kita masuk,"

"Ehh Sakura tunggu," Tahan Iruka yang langsung menghalangi jalannya.

"Nee?"

Pria itu nampak mengeluarkan sebuah kado berukuran sedang dari saku kostumnya dengan susah payah, "Maaf aku hanya bisa memberi hadiah kecil ini untuk putra kalian. Ku harap kalian tetap selalu berbahagia,"

"Arigatou-nee Iruka-san. Thoma ayo ucapkan terimakasih pada paman Iruka," Ucapnya namun  bayi itu malah sibuk memainkan rambut sang sulung Uchiha yang membuat mereka tertawa melihat tingkah gemasnya.

"Jadi Uchiha junior ini namanya Thoma?" Tanya Guy yang masih memegangi tangannya, seolah tak ingin melepasnya, "Nee namanya Thoma Ai Uchiha,"

"Uwaah dia pasti akan menjadi anak yang super sibuk seperti ayahnya dan di cintai banyak orang nanti seperti ibunya, nee?"

"Hmm, sudah biarkan mereka masuk kalau tidak kita tidak akan mendapat gaji," Ucap Iruka yang langsung menariknya mundur.

"Sering-sering berkunjung kemari nee?"

"Whaa?" Gumam bayi itu membuat mereka kembali terkekeh.

"Jika kita sering kemari, dompetku pasti akan langsung gosong," Celetuk Itachi sembari berjalan masuk, membuat mereka semakin tertawa keras.

Begitu mereka masuk Kakashi yang ada di balik meja resepsionis seketika melambaikan tangannya, membuat mereka langsung menghampiri pria perak itu dan duduk di hadapannya.

"Yare-yare aku tidak menyangka di hari pembukaan ini Uchiha junior akan datang," Ucapnya sembari mengambil Thoma dengan cepat hingga sang sulung Uchiha terkejut.

"Sensei, kau benar-benar jahat. Kenapa kau tidak bilang kalau akan membuka restoran ini shannaro?"

"Hmm aku ingin membuat kejutan untuk kalian. Oh ya, junior apa kau ingin bermain dengan kakak tampan ini?"

Buar!

Sakura seketika menyemburkan teh yang baru di minumnya saat sang pria perak menyebut dirinya sendiri kakak tampan, "Pfft hahaha, yang ada kau itu kakek tua sensei,"

"Yare-yare, aku masih muda tahu. Umurku hampir sama dengan Itachi,"

"Kalau sama denganku kenapa kau sudah berniat akan pensiun dini? Apa kau sudah sadar umur?" Ledek sang sulung Uchiha membuatnya seketika menghela pelan.

"Mattaku, kata siapa aku akan pensiun dini? Aku akan tetap menjadi shinobi sampat mati," Ucapnya dengan begitu congkak.

Saat ia tengah berbincang Thoma tiba-tiba memegang maskernya dan saat ia akan menariknya Kakashi buru-buru memberikannya lagi pada Itachi, "Aku akan membuat menu spesial untuk kalian," Alasannya yang seketika menghilang dari sana.

"Hmm dia tidak pernah ..."

"Rokudaime-Hokage, maaf ada beberapa dokumen yang harus anda kerjakan," Sela seorang anbu yang tiba-tiba muncul di sisi sang sulung Uchiha.

"Letakan saja di ruang kerjaku,"

"Ini sangat penting dan harus di kirim sesegera mungkin," Ucapnya membuat Itachi menghela pelan lalu mengambil tumpukan dokumen itu.

"Sakura, tidak apa kan kalau aku makan sembari bekerja?" Tanyanya membuat wanita itu segera mengangguk.

Hatinya benar-benar sangat ingin melempar semua dokumen yang merusak suasana kebersamaan mereka itu. Namun jika di fikir-fikir lagi, itu pasti akan menimbulkan masalah besar yang akan merugikannya. Jadi ia tak punya pilihan lain selain membiarkannya.

Begitu makanan tiba, Itachi nampak tak menyadarinya karena sangat sibuk menyalin dokumen itu. Hingga Sakura harus menyodorkan makanan yang sudah ia sendok untuk menyadarkannya, "Itachi?"

Sulung Uchiha itu pun segera menoleh mendengar panggilannya sembari tersenyum dan memakannya. Sakura seketika menghela pelan melihat ketidakpekaannya, ia yang bermaksud menyadarkannya malah berakhir menyuapinya hingga harus menahan rasa laparnya sendiri karena harus memberi makan anak dan suaminya.

"Sakura?" Panggil sang pria Hyuga yang tiba-tiba ada di sana, membuat pasutri itu menoleh.

"Sedang apa kau di sini?" Ketus sang sulung Uchiha.

"Aku hanya ingin menyampaikan pesan kalau Junichi sudah di temukan. Dimana kami harus menempatkannya sekarang? Sel penjara atau rumah sakit jiwa?" Tanyanya membuat Sakura terbelalak dan langsung memucat.

"Tahan dia di rumah sakit jiwa,"

"Anata dia sangat berbahaya, bagaimana ..."

"Aku sudah mengacak-acak isi kepalanya. Jangan khawatir ia bahkan tidak akan mengenalimu,"

Pria Hyuga itu pun segera mengangguk lalu menuliskan sesuatu di secarik kertas dan memberikannya pada seorang anbu, "Tugasku sudah selesai. Itachi tolong maafkan aku jika pernah berbuat salah padamu,"

"Kata siapa? Besok kau ada misi mengantar Tsunade-sama besok,"

"Aku tidak akan menjadi shinobi lagi, aku hanya akan mengabdi pada klanku saja," Ucapnya sembari menyodorkan sebuah amplop putih.

"Apa alasanmu mengundurkan diri? Apa karena ucapanku hari itu?"

Neji nampak menatapnya dengan datar lalu menggeleng pelan, "Saya hanya ingin mengabdi pada klan Hyuga. Itu saja,"

Helaan napas kasar seketika di hembuskan sulung Uchiha itu sembari bangkit berdiri dan langsung menepuk-nepuk bahunya, "Jika itu keinginanmu maka aku akan mengizinkannya jika kau memenuhi satu syarat dariku,"

"Apa?"

Itachi nampak menyunggingkan senyum tipisnya sembari mengelus punggung Thoma yang tengah ia gendong, "Setiap kau memiliki waktu senggang, kunjungilah Thoma. Dia sepertinya sangat menyukaimu,"

"Thoma?" Ulang pria Hyuga itu dengan raut terkejutnya, "Apa kau yang memberinya nama sebagus itu?"

"Nee, Itachi-kun yang memberinya nama itu," Jawab Sakura membut pria Hyuga itu tiba-tiba tersenyum.

"Itu berarti kau sudah menerimanya dengan sepenuh hati?"

"Ya,"

"Syukurlah, hatimu ternyata masih hidup. Ku kira  kau adalah orang lain yang tak punya hati saat menolak kehadiran Thoma," Ucapnya membuat Sakura terbeliak kaget.

"Itachi tidak menerima kehadiran Thoma? Bagaimana bisa itu terjadi Neji?"

Pria Hyuga itu semakin mengembangkan senyumnya lalu menatap bahagia pada Itachi, "Kehadiran Thoma itu seperti petir yang menggelegar di siang bolong. Itachi masih ragu saat itu karena tes DNA belum keluar apalagi kau sedang bersama Junichi. Kami sempat bertengkar besar hari itu karena aku fikir hatinya sudah mengeras seperti batu tapi kini aku sadar mungkin dia masih menyesuaikan diri. Tolong maafkan kekurangajaranku Itachi,"

"Aku yang seharusnya minta maaf karena telah berkata juga bertindak kasar padamu,"

"Kalau begitu apa kita bersahabat kembali?" Tanya pria Hyuga itu sembari mengulurkan tangannya yang langsung di sambut oleh Itachi, "Tentu saja,"

"Ahh manisnya bagaimana kalau kalian merayakan kebahagiaan ini dengan makan besar di restoran baruku?" Celetuk Kakashi yang tiba-tiba sudah ada diantara mereka dengan aura berbunga-bunga.

"Boleh saja, Itachi jika kau mentraktirku maka aku tidak akan mengundurkan diri,"

"Mattaku, bisa-bisanya kau memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan,"

"Anggap saja ini penebusan kesalahanmu saat membentakku hari itu," Ucapnya sembari bersedekap dengan raut mengesalkan.

"Kau juga harus menebus kesalahan karena telah membuat kerah pakaianku lecek," Balasnya membuat Sakura dan Kakashi melempar tatap jenuh satu sama lain.

"Mulai lagi," Ucap murid dan guru itu bersamaan sembari makan dan bertopang dagu pada meja.

"Sakura sepertinya pertengkaran mereka akan sangat alot, aku punya dessert ice cream yang begitu manis. Kau mau mencobanya sembari menonton drama gratis itu?" Saran Kakashi membuatnya tersenyum.

"Hmm, boleh sensei,"

****

Kemilau tirai kristal yang begitu indah di toko itu membuat manik emerald Thoma berbinar, beberapakali ia tersenyum dan mencoba menggapainya namun Neji yang tidak peka malah berjalan menjauh dari sana, menghampiri Itachi dan Sakura yang masih memilih beberapa barang yang di butuhkan.

"Kalian sudah selesai?" Tanyanya sembaro memberikan bayi itu pada Itachi.

"Aku masih bingung warna yang cocok dengannya,"

"Sudah ku bilang kita padukab warna hijau dan kuning atau hijau merah untuk cat kamarnya shannaro,"

"Itu terlalu mencolok, bagaimana kalau biru?" Usul Neji membuat keduanya menoleh.

"Tuh kan dia juga berfikiran yang sama denganku, Sakura,"

Wanita merah muda itu seketika terdiam beberapa saat hingga Thoma tiba-tiba merontak tak mau diam sembari mencoba menggapai tirao kristal tadi yang kini cukup jauh dari mereka, "Ghiii ..." Teriaknya membuat mereka terkejut dan melihat ke arah tangannya.

Itachi pun perlahan berjalan kembali ke sana dan seketika terkejut saat Thoma memainkan tirai krital itu dengan tawa manisnya hingga membuat sulung Uchiha itu tersenyum simpul, "Seleramu benar-benar mirip dengan Sakura. Apa aku juga harus membangunkan istana kristal sekarang?"

"Cha ..." Teriaknya lagi yang tiba-tiba menunjuk keluar jendela besar toko itu.

Manik onyxnya kini melihat pada sosok Sasuke yang tengah membeli makanan ringan bersama Tenten di sebrang jalan itu, "Kau mau menemui pamanmu hmm? Ayo kita bilang dulu pada mama mu,"

"Kalian pergilah, aku akan menangani dekorasi kamar Thoma," Ucap Neji yang tiba-tiba sudah ada di belakangnya.

Sakura pun segera menggendong Thoma kembali sembari memberinya botol susu karena bayi itu terus mencoba meraih tasnya, "Kalau begitu tolong kau urus nee? Thoma juga sepertinya sudah mulai bosan, shannaro,"  Ucapnya sembari berjalan keluar terlebih dahulu.

"Lebih baik kau yang temani Sakura. Aku harus membeli beberapa kebutuhan lain,"

"Kebutuhan apa Itachi? Sini sekalian aku pilih juga pesankan,"

"Tidak, ini kebutuhan pribadiku," Ucapnya dengan nada yang sediki di tekankan, membuat Neji kini mengerti kalau Itachi harus pergi ke suatu tempat karena ada urusan penting.

"Baiklah, kalau begitu sekalian kau tangani ini nee?"

Itachi pun segera mengangguk sembari mengambil catatannya lalu pergi dari sana. Begitu ia keluar Sakura nampak sedikit terkejut karena bukan suaminya yang datang, "Neji? Katanya kau akan menangani itu, lalu kenapa kau kemari?"

"Itachi bilang dia ingin membuat kejutan untukmu jadi dia menyuruhku menemanimu,"

"Dia tidak pernah berubah," Ucapnya sembari tersenyum simpul, "Kalau begitu ayo, Sasuke sepertinya belum jauh,"

Neji pun segera mengikutinya tanpa mengucapkan sepatah kata apapun. Manik mutiaranya nampak beberapakali melirik pada Thoma yang masih menyusu sembari memainkan kalung Sakura. Entah kenapa walau sudah beberapakali ia melihat Itachi atau Sakura menggendongnya, ia merasa kalau ada sedikit jarak diantara mereka juga bayi itu.

Rasa penasarannya semakin mencuat saat ia mengingat kejadian tadi sore. Ia benar-benar tidak mengerti kenapa Shikamaru membawa surat adopsi yang di segel dengan segel tingkat tinggi dan untuk apa? Ia kini jadi berfikir bahwa Shikadai bukanlah putra dari Temari atau Shikamaru dan mungkin saja Shikamaru tengah menyembunyikan masalah ini.

Sementara itu di sisi lain, penjara rumah sakit jiwa Konoha yang berada di sudut terpencil kini di buat bising oleh ulah Junichi yang terus berteriak tanpa henti. Sumpah serapah terus terdengar hingga membuat para penjaga di sana muak dan harus memanggil Itachi untuk membungkamnya.

Brak! Brak!

"Sakura, tolong percayalah Uchiha itu telah membohongimu. Aku bersumpah telah menghabisi anakmu hingga tak tersisa sedikitpun tulang atau dagingnya!" Teriakan itu terus terdengar di ruangan sel rumah sakit jiwa paling dasar juga gelap, di kelilingi jurang tak berakhir di sekitarnya hingga satu-satunya jalan agar ia bisa keluar hanya ada di atasnya.

Para penjaga di sana nampak hanya bisa menghela karena kupingnya mulai terasa sakit. Beberapakali mereka melemparinya agar diam namun Junichi tidak menggubrisnya. Hingga tiba-tiba terasa hembusan angin yang begitu dingin nan lembut di sana, membuat para penjaga itu keheranan karena mereka ada di bawah tanah.

Junichi yang merasakannya juga seketika menyunggingkan senyumnya. Ia pun segera bangkit berdiri lalu mendongak, menatap pada satu-satunya pintu di ruangan itu, "Bereskan mereka," Gumamnya.

Dalam beberapa detik terdengar suara seseorang yang seperti tengah di cekik di atasnya. Tetes-tetes darah juga kini mulai menetes pada kakinya hingga membuat Junichi terkekeh saat menyentuhnya. Tak lama seseorang berjubah serba hitam turun tepat di hadapannya dan langaung menyodorkan secarik kertas.

Semua sudah di habisi, Itachi juga sedang dalam perjalanan kemari. Apa saya harus menghabisinya juga?

"Tidak, dia harus merasakan neraka yang ku rasakan juga sekarang. Semua ini sudah cukup membuatnya was-was kita sekarang hanya perlu membuat keyakina Sakura goyah,"

Bagaimana caranya tuanku?

"Korek identitas anak itu, saat ini hatinya berada padanya. Jika ia tahu siapa dia dari orang lain maka ia pasti akan sangat membenci Itachi," Jelasnya membuat sosok itu mengangguk.

"Uhmm sepertinya kita juga harus memantik beberapa api agar semakin seru. Aku sangat ingin melihat kembali perseteruan sekaligus perkelahian Haruno dan Uchiha seperti saat itu," Sambungnya membuat sosok itu tersenyum di balik tudungnya.

Wakatta.

Setelah sosok itu pergi Junichi pun berjalan ke sudut sel lalu terkekeh, "Berbahagialah sekarang karena ini saat-saat terakhirmu untuk tertawa. Setelah semuanya terbongkar ... Kraakk! Hatimu akan hancur sama seperti hatiku Sakura bahkan hatimu akan langsung mati rasa,"

******

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro

#sakura