Bab 23 { Enough, I Give Up }

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Sakura-chan," Panggilan yang begitu halus itu sontak membuat wanita yang sedang tertunduk, memeluk lututnya di pojok sel gelap itu mendongak.

Netra emerald itu seketika terbelalak lebar begitu melihat sosok seorang wanita bersurai coklat dengan kimono sebiru langit berdiri di depan selnya sembar bersedekap, "Izumi? Ba ... Bagaimana ... Kenapa kau bisa bicara shannaro?"

"Hmm aku tak menyangka walau kau sudah di tempatkan di sini, kau masih saja bisa bicara sarkas,"

"Kau tidak perlu mengkoreksi cara bicaraku atau sikapku karena kau bukan siapa-siapa bagiku,"

"Kalau begitu kau juga tidak perlu tahu kenapa aku bisa bicara karena kau juga bukan siapa-siapa bagiku," Balasnya dengan seringai senyum menyebalkan sembari memilin helaian rambutnya, "Oh ya, apa kau betah di sana?"

"Apa maksudmu shannaro? Apa kau yang menjebakku?"

"Ehmm bukan, aku kemari hanya untuk melihat keadaanmu," Ucapnya membuat wanita itu memalingkan wajahnya ke arah lain, "Sakura-chan, aku baru saja melihat berkas kejahatanmu. Aku tidak percaya gadis yang terlihat begitu lugu sepertimu bisa melakukan dan menyembunyikan berbagai macam tindak kejahatan selama bertahun-tahun dengan begitu rapih. Daimyo pasti akan menghukummu dengan berat,"

"Itachi tidak akan membiarkan itu terjadi,"

"Oh ya? Kalau memang begitu kenapa sekarang dia malah sibuk di ruang kerjanya bukan berbicara pada daimyo?"

"Izumi jika tidak ada sesuatu yang penting lagi, bisakah kau pergi? Aku ingin beristirahat sekarang," Ucapnya sembari perlahan bersandar di sudut itu sembari menyelimutkan kain yang di pegangnya sedari tadi.

"Hmm masih ada banyak yang ingin ku bicarakan denganmu, salah satunya tentang Itachi. Aku benar-benar penasaran, setelah kau bebas dari sini apa kau akan kembali padanya atau tidak?"

Sebuah decihan kekesalan seketika terdengar dari Sakura. Dengan begitu malas ia mendelikan manik emeraldnya ke arah lain, "Ya, memangnya kenapa? Dia suamiku jadi aku pasti kembali padanya,"

"Ckk ... Ckkk ... Kau benar-benar masih saja bodoh dan tidak tahu malu," Ledeknya membuat Sakura seketika menghela kasar, "Setelah membuat kekacauan kau masih ingin kembali padanya? Apa kau tidak memikirkan kehormatannya hmm? Seluruh desa sudah tahu kejahatanmu dan Itachi pasti akan di rendahkan dan di kucilkan oleh seluruh desa jika kau kembali padanya,"

Sakura seketika terdiam mendengar penjelasannya yang memang ada benarnya itu. Ia perlahan menundukan pandangannya, menatap cincin emas yang selalu melingkar di jari manisnya, "Aku tidak akan berubah fikiran, aku pasti akan kembali dan memperbaiki kesalahanku. Aku juga tidak akan membuat Itachi di rendahkan karena aku,"

"Bagaimana caranya? Semua orang kini takut juga tidak percaya padamu, kau bahkan tidak bisa memberikan keturunan untuknya. Jadi bagaimana kau akan membalikan keadaan? Yang ada kau hanya akan beban juga hambatan saja untuknya,"

"Kaasanku memiliki seorang kenalan yang bisa membantuku dan aku juga sudah memberikan keturunan untuknya jadi ..."

"Thoma bukan putra kandung kalian," Selanya membuat jantungnya seketika terhenti sepersekian detik.

Dengan begitu cepat manik emeraldnya menoleh pada Izumi, "Apa yang kau katakan shannaro! Thoma itu putraku dan Itachi,"

"Thoma adalah anak terlantar yang di temukan oleh Suigetsu-san dalam perjalanannya ke Konoha," Ucapnya sembari melemparkan beberapa dokumen padanya, "Pada awalnya Itachi tidak menginginkan anak itu tapi keadaanlah yang mendesaknya. Ia sudah berencana untuk memisahkannya darimu suatu saat nanti karena ia tidak menyukainya. Jika kau tidak percaya, tanyakan saja pada Shikamaru-san,"

"Tidak ... Ini tidak mungkin shannaro!" Teriaknya sembari membuka dan membaca isi dokumen itu dengan cepat.

"Semua dokumen itu aku ambil dari Shikamaru-san, ada tanda tangan Itachi dan orang-orang penting juga di sana jadi dokumen itu sudah pasti asli dan benar," Jelasnya membuat Sakura tak bisa membendung lagi air matanya dan langsung meleparkan dokumen itu.

Ia yang masih tidak percaya dengan kenyataan pahit itu pun segera bangkit lalu berjalan cepat menghampiri Izumi, "Aku ingin bertemu dengannya sebentar, apa kau bisa membantuku?

"Hmm ..."

"Ku mohon bantu aku Izumi, sekali ini saja agar semuanya jelas. Aku akan memberikan semua yang ku miliki dan melakukan apapun, tapi tolong bantu aku bertemu Itachi. Aku sangat ingin bicara dengannya," Isaknya sembari menundukan kepala hingga wanita bersurai kecoklatan itu tersenyum tipis.

"Baiklah, tunggu sebentar,"

Begitu Izumi pergi meninggalkannya, Sakura nampak segera membereskan dokumen yang ia lemparkan tadi, lalu memegangnya dengan begitu erat. Tak lama wanita bersurai kecoklatan itu kembali dengan membawa sebuah dokumen berwarna hijau bersama dengan seorang prajurit, "Aku telah menjaminkan namaku, sekarang kau bebas Sakura-chan. Cepat pakai ini, udara di luar cukup dingin," Ucapnya sembari menyodorkan map itu beserta sebuah jubah padanya.

"Arigatou-nee, tapi bagaimana aku bisa membalasmu?"

"Nanti saja, sekarang cepat pergilah,"

Tanpa berfikir panjang Sakura pun segera memakai jubah itu lalu pergi dari sana dengan cepat. Sementara itu Izumi yang tengah mengikutinya secara perlahan nampak semakin melebarkan senyumnya, "Kau tidak perlu membalas apapun Sakura-chan. Melihat kau bertengkar dengan Itachi-kun saja sudah cukup membuatku puas." Gumamnya.

Tak begitu lama akhirnya Sakura tiba di Konoha, ia yang tak ingin menjadi pusat perhatian masyarakatpun nampak segera melompat ke atap warga lalu berlari dengan begitu cepat ke kantor Hokage. Para pengawal yang tengah berjaga seketika di buat kaget saat ia melompat turun tepat di hadapan mereka.

Sakura yang melihat kedua penjaga itu akan menangkapnya pun segera menunjukan sebuah dokumen hijau berisi surat pembebasannya yang membuat mereka langsung menurunkan senjatanya dan kembali berdiri di posisinya.

"Dimana Itachi?"

"Rokudaime sedang ada di ruang kerjanya nyonya. Tapi sebaiknya anda menunggu sebentar karena sedang ada tamu penting," Ucapnya membuat Sakura seketika mengernyit bingung.

"Tamu penting? Siapa?"

Mendapat pertanyaan itu mereka nampak melempar tatapan bingung satu sama lain, seperti ada yang tengah di sembunyikan. Sakura yang mengerti dengan gelagat itu pun langsung berlari masuk hingga membuat prajurit itu terkejut dan langsung mengejarnya, "Nyonya tunggu anda ..."

"Tetap di tempat kalian atau ku pecat shannaro!" Teriaknya membuat mereka seketika terhenti.

Begitu ia akan membuka pintu ruang kerjanya, Sakura seketika mematung begitu mendengar suara Shikamaru yang terdengar begitu marah di dalam sana. Ia yang merasa tertarik dan begitu penasaran dengan obrolannya pun perlahan mendekat lalu menguping pembicaraan mereka.

"Apa kau sudah gila Itachi! Apa kau tidak berfikir bagaimana perasaan Sakura jika ia tahu semua ini?"

"Sakura akan mengerti jika aku menjelaskannya jadi kau tidak perlu khawatir,"

"Ckk mendokusainaaa! Sakura itu sangat rapuh, bagaimana jika dia berbuat yang tidak-tidak saat mengetahui kau akan menikah lagi!" Teriaknya membuat manik emerald itu seketika terbelalak lebar.

"Dia pasti mengerti karena ini demi desa, jadi ..."

Braaak!

"Demi desa bagaimana shannaro!"

Kedua pria itu seketika terlonjak kaget begitu Sakura membuka pintu itu dengan sangat keras. Dengan sorot penuh amarah ia mendekati Itachi lalu menggebrak mejanya hingga retak, "Kau benar-benar keterlaluan shannaro! Bukannya memikirkan bagaimana cara membebaskanku dari penjara itu, kau malah berencana untuk menikah lagi. Apa kau sudah kehilangan akal hah!"

"Sakura, tenang dulu. Bagaimana kau bisa keluar dari penjara?" Tanya pria Nara itu dengan begitu hati-hati.

"Kau tidak perlu tahu, bagaimana aku keluar dari penjara itu karena sekarang yang terpenting adalah percakapan kalian barusan. Cepat jelaskan apa yang terjadi!"

Saat Shikamaru akan menjelaskannya tiba-tiba sulung Uchiha itu berdiri lalu mengisyaratkannya agar keluar. Setelah pria Nara itu pergi, ia langsung memperlihatkan sebuah kertas kontrak pada Sakura, "Demi membebaskan juga membersihkan namamu daimyo memintaku untuk menikah lagi dengan wanita yang memiliki posisi setara denganku jadi aku tidak punya pilihan lain selain menurutinya. Ku mohon kau mengerti Sakura ini juga demi dirimu,"

Dengan sorot penuh amarah dan berkaca-kaca Sakura tiba-tiba menepis tangannya hingga kertas-kertas itu berterbangan diantara mereka, "Demi diriku? Bukankah kau menikah lagi demi menyelamatkan kehormatan dan posisimu?"

"Tidak Sakura, aku benar-benar melakukan ini demi menyelamatkanmu,"

"Menyelamatkanku? Jika kau ingin menyelamatkanku kau bisa memakai beberapa koper uang atau mendebat daimyo dan urusan membersihkan nama itu urusanku. Apa kau tidak berfikir ke sana atau kau memang sengaja ingin mencari penggantiku?"

"Sakura berhentilah memancing emosiku, demi kami-sama aku bersumpah aku melakukan ini hanya untuk dirimu, tidak ada niatan lain lagi selain itu. Aku mengambil cara ini karena mereka tidak bisa di sogok oleh uang, daimyo juga malah memberiku solusi ini," Ucapnya membuat wanita bersurai merah muda itu mendelik, menatap langit-langit sembari menyugar rambutnya lalu tersenyum getir.

"Tidak bisa di sogok oleh uang? Lalu kenapa Izumi yang tidak punya status atau jabatan tinggi bisa menyogok aparatur dan membebaskanku hmm? Alasanmu itu benar-benar tidak bisa mengelabuiku Itachi,"

"Izumi? Jadi Izumi yang membebaskanmu?" Tanyanya namun Sakura nampak tak menjawab sedikitpun dan malah mendelik ke arah lain, "Mattaku ... Aku benar-benar harus berterimakasih padanya. Berkat dia aku tidak harus menikah dengan wanita lain. Bagaimana dia bisa membebaskanmu dengan mudah hmm?"

"Kau tanya sendiri saja padanya," Ketusnya membuat senyuman Itachi kembali redup.

"Kau ini kenapa sih? Semua masalah kita sudah selesai sekarang, aku sudah pasti tidak akan menikah lagi jadi tolong berhentilah bersikap seperti ini Sakura,"

"Bagaimana aku bisa berhenti bersikap seperti ini saat fikiran dan hatiku kacau Itachi!" Teriaknya membuat pria itu terbelalak kaget, "Masalah ini memang sudah selesai, tapi bagaimana dengan masalah satunya lagi!"

"Apa maksudmu Sakura? Masalah apalagi yang ingin kau bahas?"

Sraaak!

"Masalah Thoma!" Teriaknya sembari melempar dokumen yang ia sembunyikan di balik jubahnya, hingga menampar wajah sang sulung Uchiha, "Sakura sopanlah sedikit!"

"Bagaimana aku bisa mengatur tingkah lakuku saat sesuatu yang begitu menyakitkan terus menghantamku tanpa henti, shannaro!" Teriak baliknya sembari menyugar rambutnya lalu menghela pelan, menahan kembali amarah yang terus membuncah di dalam hatinya. Sembari menyeka air mata yang terasa mengalir semakin deras, "Itachi, tolong jelaskan dengan sejujurnya siapa anak itu. Siapa orang tua kandungnya? Dan ... Haisshh tolong jelaskan segalanya sebelum kesabaranku benar-benar habis,"

Perlahan Itachi pun mengambil berkas-berkas yang sudah berserakan di lantai itu lalu membacanya secara singkat, "Sebelum aku menjawabnya, kai juga harus jelaskan darimana kau mendapatkan semua ini?"

"Jangan alihkan pembicaraan Itachi, tolong katakan dengan jujur apa semua pernyataan di dalam dokumen itu benar? Dan kenapa kau membohongiku seperti ini?" Tanyanya dengan nada yang mulai kembali gemetar.

"Sakura, aku ... Aku ... Ckk ... Aku melakukan ini agar kau kembali berada di sisiku sayang. Aku benar-benar buntu dan tidak bisa berfikir apa-apa lagi saat kau pergi meninggalkanku dan hanya ide ini yang terlintas. Tolong maafkan aku, aku tidak bermaksud membohongimu seperti ini Sakura," Jelasnya membuat wanita itu mengangguk-anggukan kepalanya sembari menyeka pipinya, "Aku juga sudah mempertimbangkan ini cukup lama dan setelah ku fikir-fikir tidak ada salahnya jika kita mengangkat Thoma sebagai putra kita karena kau tidak akan pernah bisa memiliki keturunan Sakura,"

Mendengar penjelasannya itu, lesatan rasa sakit semakin terasa menghujam ke dalam hatinya hingga ia mulai merasa sesak. Perlahan ia mulai kembali mengatur napasnya lalu menatap sang sulung Uchiha dengan sorot berkaca-kaca, "Kalau begitu kita akhiri saja segalanya sekarang," Ucapnya membuat sulung Uchiha itu terbelalak lebar.

"A ... Apa maksudmu Sakura? Tolong jangan bicara yang tidak-tidak. Aku tahu aku telah membuat kesalahan yang begitu besar dan aku pasti akan memperbaikinya. Jadi tolong jangan berkata seperti itu," Ucapnya sembari mengulurkan tangannya, mencoba menggenggam tangannya. Namun, Sakura nampak buru-buru mundur lalu menggelengkan kepalanya.

"Kau memang bisa dengan mudah memperbaiki kesalahan ini, tapi bagaimana dengan hati juga otakku, apa kau bisa memperbaikinya juga?" Tanyanya membuat sulung Uchiha itu terdiam sembari mengepalkan tangannya, "Aku akan berusa ..."

"Aku hanya butuh jawaban Ya atau Tidak, Itachi jadi jangan buat jawaban lain. Sekali lagi ku tanyakan, apa kau bisa menyembuhkan luka di hatiku? Apa kau bisa menyingkirkan rasa takut juga kecewa pada hatiku? Apa kau mampu menghilangkan ingatan buruk dan menyakitkan hari ini? Dan yang paling penting apa kau sanggup melawan daimyo demi aku?"

Mendengar pertanyaan itu Itachi sontak semakin mengeratkan kepalan tangannya sembari menundukan pandangannya, "Aku akan berusaha semaksimalku untuk memperbaiki hati, mental juga fikiranmu Sakura. Tapi untuk daimyo ... Aku berada di bawah perintah mereka jadi ..."

"Haa sudah ku duga ..." Helanya sembari memalingkan wajahnya ke arah lain, "Jika kau tidak mampu melawan daimyo bagaimana kau bisa mempertahankan atau melindungiku Itachi? Mereka begitu membenciku apalagi aku telah terbukti terlibat dalam kasus Junichi. Mereka juga sudah tahu siapa Thoma, jadi aku sudah tidak punya kekuatan atau alasan untuk tetap bertahan denganmu Itachi,"

"Tapi Sakura aku ..."

"Cintamu tidak akan pernah bisa membuatku bertahan Itachi ... Tidak akan pernah. Dalam dunia politik kehormatan dan keturunan adalah hal yang sangat penting hingga di utamakan dan aku tidak memiliki keduanya. Jadi ku mohon bebaskan aku ... Aku sudah sangat lelah sekarang," Isaknya membuat sulung Uchiha itu menghela pelan lalu kembali duduk di kursinya dan menuliskan sesuatu.

"Pergilah dan jangan pernah menunjukan wajahmu di hadapanku lagi," Ucapnya sembari menyodorkan secarik kertas yang berisi pernyataan kalau ia sudah menceraikan Sakura.

Dengan gemetar Sakura mengambil surat itu lalu tersenyum tipis, "Arigatou-nee, Rokudaime-Hokage. Aku berjanji tidak akan menunjukan wajahku di hadapanmu walau dalam keadaan terpaksa sekalipun. Semoga kau selalu mendapat kebahagiaan setelah kepergianku," Ucapnya sembari menundukan kepalanya lalu pergi dari sana secepat mungkin.

Praankk!

Suara pecahan yang begitu keras itu sontak membuat Shikamaru yang baru membuka pintu menjengit kaget. Perasaannya mulai terasa tidak enak saat ia melihat Itachi duduk bersandar di kursinya sembari memegangi kepalanya dengan sebelah tangan.

"Itachi ..." Panggilnya dengan begitu pelan, sembari berjalan melewati serpihan kaca dari gelas dan bingkai foto yang ia lempar.

"Shikamaru, segera suruh beberapa anbu untuk membereskan dan mengirim barang-barang Sakura ke rumahnya," Titahnya membuat pria Nara itu terbelalak kaget, "Membereskan dan memulangkan barang Sakura? Tapi ... Kenapa?"

Braakk!

"Jangan banyak bertanya, lakukan saja perintahku!" Teriaknya membuat Shikamaru langsung terbungkam dan hanya bisa mengangguk pasrah.

Saat ia akan pergi, sulung Uchiha itu tiba-tiba mengetuk-ngetuk mejanya. Memberi isyarat pada pria Nara untuk diam di tempat, "Shikamaru, aku lupa satu hal. Bereskan juga barang Thoma, jika Sakura tidak mau menerimanya maka kau serahkan dia ke panti asuhan atau kembali pada Orochimaru,"

"Apa! Bagaimana kau bisa setega itu Itachi! Bukankah ..."

"Aku mengambilnya hanya untuk Sakura, jika dia tidak mengambilnya maka aku juga tidak mau menampungnya," Jelasnya membuat perempatan kekesalan pria Nara itu terukir.

"Mendokusainaaaa ... Kau ini benar-benar tidak punya ..."

"Berhentilah mendebatku dan lakukan saja perintahku!" Selanya membuat Shikamaru mendecih kesal lalu pergi dari sana sembari menghentakan kakinya dengan keras.

*****

Sementara itu di sisi lain, markas para anbu Konoha.

Seorang pria bersurai hitam panjang nampak keluar dari markas bersama beberapa rekannya sembari saling melempar canda tawa satu sama lain. Pria yang merupakan sang Hyuga Neji itu tiba-tiba menghentikan langkahnya begitu matanya samar-samar melihat helaian rambut seseorang yang cukup langka di Konoha, berkibas lembut di sisi sebuah tembok tak jauh dari tempatnya berdiri.

"Hey! Kenapa kau mematung di sini hah? Teman-teman kita sudah menunggu di depan sana," Ucap seorang anbu yang tiba-tiba datang sembari menepuk bahunya hingga ia menjengit kaget.

"Uhmm kalian duluan saja, sepertinya aku ketinggalan sesuatu,"

"Haissh kau ini, ya sudah cepat menyusul nee. Kami akan memesankan ramen spesial untukmu,"

"Hmm,"

"Jangan lama-lama nee atau kami akan menghabiskan jatahmu!" Teriak anbu itu yang sudah terlihat semakin menjauh.

Setelah sosoknya sudah tidak ada di sana, pria Hyuga itu pun buru-buru berjalan ke arah bangunan itu dan begitu terkejut melihat sosok seseorang yang begitu ia sayangi tengah berjongkok sembari terisak di sana.

Perlahan ia mengulurkan tangannya hingga menyentuh pucuk kepala wanita itu yang langsung reflek mendongak dengan tatapan berkaca-kaca, "Neji?"

Pria Hyuga itu nampak mengangguk pelan saat Sakura memanggilnya lalu membantunya berdiri, "Kenapa kau menangis sendirian di sini Sakura? Dimana Itachi atau pengawalmu?" Tanyanya namun wanita itu malah menggeleng lalu kembali menangis.

Neji yang merasa ada yang tidak beres dengannya pun segera melepas rompi yang di kenakannya lalu menyampirkannya pada bahu Sakura karena udara cukup dingin malam itu, "Ayo, kita bicarakan ini di markas,"

Saat ia akan berjalan pergi Sakura tiba-tiba menahan tangannya hingga ia terhenti lalu menoleh dengan sorot penuh tanya, "Sakura ..."

"Neji apa kau masih mencintaiku?" Tanyanya membuat manik mutiara itu terbelalak lebar.

"Apa?"

"Aku bertanya apa kau masih mencintaiku?"

Neji yang tidak mengerti dengan apa yang di tanyakannya itu pun perlahan kembali mendekatkan dirinya pada wanita itu, "Apa Itachi melakukan sesuatu yang buruk padamu?" Tanya baliknya membuat Sakura seketika mendongak dengan tatapan yang begitu berkaca-kaca.

"Bagaimana kau tahu itu?"

"Setiap kali Itachi melakukan sesuatu yang buruk atau menyakiti hatimu, kau selalu bertanya atau mengatakan sesuatu yang aneh padaku. Kali ini apa yang dia lakukan padamu?"

Tangis Sakura kembali pecah mendengar pertanyaan pria itu, dengan ragu ia mengeluarkan secarik kertas cerai yang di berikan Itachi tadi lalu memberikannya pada pria Hyuga itu, "Aku ... Aku telah berpisah darinya. Hiks ..."

"Apa? Apa dia sudah kehilangan akal, bagaimana bisa ..."

"Aku yang meminta perpisahan ini," Selanya membuat Neji ternganga tak percaya, "Aku sudah tidak sanggup lagi hidup dengannya. Tadi dia berniat menikah lagi lalu ... Lalu Thoma ... Hiks ... Thoma ..."

Dengan lembut Neji mengusap kepalanya agar ia sedikit tenang lalu menyeka air matanya, "Kita bicarakan ini di baseku nee? Tidak baik jika ada masyarakat yang mendengar,"

Tanpa menjawab apapun Sakura pun mengikuti pria Hyuga itu ke markas tempatnya bekerja. Saat beberapa anbu melihatnya ia pun buru-buru bersembunyi di belakang punggungnya, membuat Neji tersenyum tipis melihat tingkahnya yang terasa lucu. Ia pun segera mengisyaratkan anak buahnya agar diam dan pura-pura tak melihatnya.

Begitu tiba di ruangannya pria Hyuga itu langsung menyuruhnya duduk di sebuah kursi sementara ia menyiapkan teh hangat untuknya, "Minumlah," Ucapnya membuat Sakura terkejut dari lamunannya.

"A ... Ariga ... Hiks ... Arigatou ..."

"Minum dulu agar kau sedikit tenang lalu ceritakan semua yang ingin kau ceritakan," Ucapnya membuat Sakura perlahan mengangguk.

Setelah cukup lama terdiam Sakura pun perlahan mulai menceritakan segalanya pada pria Hyuga itu yang terlihat begitu sabar mendengar juga menjawab setiap ucapannya. Saat ia melihat Sakura mulai menangis lagi ia pun segera menyodorkan sekotak tisu lagi ke hadapannya lalu bersedekap, "Jadi kau tidak ingin kembali pada Itachi hanya karena masalah itu?"

"Nee, aku benar-benar tidak ingin kembali pada pria seperti itu lagi Neji. Aku benar-benar membencinya,"

Neji pun kembali terdiam beberapa saat untuk memikirkan solusi dari masalah ini, perasaannya kini benar-benar tak karuan antara harus senang atau sedih karena sebagai sahabat dari Itachi ia merasa sangat tidak enak jika harus memanfaatkan atau mengambil kesempatan emas ini untuk mendekati Sakura lagi.

Saat ia tengah tenggelam dalam kemelut hatinya, Neji kembali di buat terkejut saat Sakura tiba-tiba menggenggam tangannya dengan begitu erat, "Neji hubungan kita pernah terhalang oleh Itachi. Apa kau tidak ingin merajutnya kembali sekarang?"

Mendapat pertanyaan itu, fikiran Neji semakin terasa kusut. Ia yang merasa sudah benar-benar buntu pun perlahan bangkit dari tempatnya, "Aku akan mencari udara segar sebentar. Apa kau ingin pulang dulu ke rumah orang tuamu?"

"Tidak, aku tidak ingin pulang,"

"Souka, kalau begitu istirahat saja dulu di sini. Aku tidak akan lama," Ucapnya membuat Sakura segera mengangguk.

Setelah melihat Sakura berbaring lalu terpejam di sofa itu, Neji pun segera berlari menuju ke kantor Hokage secepat mungkin. Begitu ia melihat Itachi sedang berdiri di sisi jendela, Neji pun segera melompat ke hadapannya dengan napas terengah-engah.

"Itachi, Saku ..."

"Ambil saja, dia bukan istriku lagi," Selanya membuat pria itu semakin terbelalak lebar.

"Apa? Bagaimana kau bisa menyerahkan Sakura seperti barang, sialan!" Teriaknya sembari meninju wajah sanh sulung Uchiha hingga jatuh terduduk. Dengan cepat Neji melompat masuk ke ruangannya lalu mencengkram kerah pakaiannya, "Kau telah berjanji akan menjaga Sakura sampai akhir, lalu kenapa kau tiba-tiba berubah fikiran seperti ini hah!"

"Dia sendiri yang meminta untuk berpisah!" Teriak baliknya sembari melepas tangan pria Hyuga itu, "Aku tidak bisa memaksanya untuk bertahan kalau ia memang tidak mau. Jadi tolong jangan berat sebelah seperti ini Neji karena aku juga merasa tersiksa,"

"Jadi kau benar-benar menyerah sekarang?"

"Nee, aku menyerah. Cinta yang ku miliki hanya akan menyakitinya saja jadi aku lebih memilih untuk melepaskan dan membiarkan Sakura hidup dengan semaunya," Ucapnya sembari perlahan berdiri lalu menepuk bahunya, "Sejak dahulu kau selalu mencintai Sakura dengan begitu tulus walau ia tak pernah membalasmu. Sekarang ia sudah memberikan kesempatan padamu jadi cepatlah ambil, ia bukanlah tipe wanita yang memberi kesempatan 2x,"

"Tapi bagaimana dengan dirimu?"

"Sudah ku katakan aku sudah melepaskannya. Tolong jaga dia Neji, aku percaya cinta yang kau miliki bisa membuatnya bahagia," Ucapnya membuat pria Hyuga itu terdiam di sana hingga ia teringat sesuatu, "Bagaimana dengan Thoma? Apa aku ..."

"Jika kau mau dia bisa menjadi anakmu," Selanya membuat Neji semakin terlihat bingung.

"Aku akan merundingkannya dengan Sakura,"

*****

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro

#sakura