24. Dugaan Musuh Shisui

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Rasa gejolak muncul didalam dirinya. Sakura mengetuk-ketukkan sepatu ketanah. "Apa aku.. boleh ikut? Aku punya hutang kepada seseorang disana."

"Hutang?" beo Shon.

"Ini urusanku saja. Aku tidak bisa memberitahumu."

Pria itu merajuk, "Aku memberitahumu alasanku pergi tapi kau tidak(?)"

Matanya menyipit, kenapa dia? Sakura merasa Shon tidak dalam mood bagus. "Jika kita berangkat bersama aku akan memberitahumu disana."

Kepalanya mengangguk setuju, "Baiklah."

"Padahal kau selesaikan dulu saja enam bulanmu disini, jika kau tidak melakukan hal mencurigakan diluar pengetahuannya, hokage bisa mengesahkan dirimu menjadi shinobi." jelasnya.

Melihat sosok Neji yang selalu menampakkan wibawa, jarang-jarang mengungkap wajah bingungnya ini. Yah memang, Shon ini persis dengan Neji soal wajah. Rambut spike dan kepribadiannya lah yang dapat dibedakan. Sakura tersenyum tidak yakin. Tapi baginya, lebih cepat akan lebih baik.

Keduanya berpisah setelah bercanda. Sakura masuk kedalam apartemennya dan menghamburkan diri keatas ranjang.

Sakura's pov

Fyuh. Besok ya?

Percakapanku yang belum selesai tadi, kukira sudah mendapatkan jawabannya langsung.

Shisui menggeleng sebagai jawaban. Dia memasang wajah curiga. "Ada hal apa?"

"Sudah dua bulan aku mengalami mimpi buruk. Dan itu selalu tentangmu."

Aku memalingkan wajahku saat itu, "Tentang kau menusuk jantungku."

Dia terdiam tadi dan tidak menjawab apa-apa.

"Aku mencarimu karena kupikir kau memberikan genjutsu padaku lagi dan lagi hingga saat sebelum aku menemuimu sekarang."

Kusandarkan lenganku diatas dahiku, jika bukan dia, lalu siapa? Padahal aku tidak melakukan hal salah selama ini. Siapa lagi musuhku? Apakah penggemar Shisui?

Ah bukan, tidak ada aura shinobi dalam diri mereka.

Kalau pun para jounin, aku masih bisa mendeteksi mereka.

Petinggi desa?

Orang luar?

Orochimaru?

Aku merasa parno untuk tinggal sendiri karena mimpi yang benar-benar beruntut alurnya setiap kali aku tertidur. Dengan tema yang sadis dan pembunuh yang sama.

"Genjutsu itu hanya kulakukan saat di hari interogasi dan saat kau mencoba melarikan diri."

Genjutsu..?

Kotoamatsukami.

Genjutsu berbahaya. Yang hanya dimiliki orang berbakat. Jika kuingatkan kembali, saat diruang interogasi matanya memiliki tiga tomoe seperti biasa.

Lalu terakhir, dia bilang padaku bahwa siasat dan memoriku tidak terbukti ada.

Coba kupikir lagi. Dengan Danzo memprovokasi, sudah tentu itu musuh kita bersama, bukan? Soal Karin yang bercerita tentang Danzo yang mengambil mata sharingan saat klan Uchiha dibantai, kupikir niatnya sama hingga ia berakhir. Dia selalu butuh kekuatan.

Deg!

Mungkinkah?

"...."

Gret! Aku ingat sekarang. Percakapan yang bertaut dengannya, "... Yang menghentikan edo tensei di perang dunia adalah Itachi."

Saat itu aku telah mendengarnya dari Naruto. Tapi Naruto tidak ingat karena rumit, "Bagaimana bisa dia berpihak pada kita?"

Sasuke menatapku datar, "... Itu karena mata Shisui yang diberikan padanya sebelum orang itu bunuh diri. Gagak yang kau lihat itu tertanam pada tubuh Naruto dan genjutsu mata itu aktif melawan jutsu edo tensei pada Itachi."

Ternyata Sasuke pernah bercerita tentangnya sebelum kami putus. Hah, salahku juga yang mengutamakan patah hati dibanding informasi yang penting untuk saat ini. Pantas saja ketika Ino bercerita soal Shisui aku merasa dejavu akan nama yang telah diceritakan padaku.

Jadi, itu kau, Shisui?

Dirimu yang ada di sungai Naka itu, mungkinkah juga genjutsu yang kau percikan masih tertinggal? Kupikir arwah penasaran ternyata Genjutsumu yang menakutiku. Aku tersenyum tipis mengulang kilasan itu dikepala. Sekuat itu hingga permanen.

Tidak enakan dan bodoh, tidak memiliki perbedaan jika dari sudut pandang ketiga. Ketidakmampuanmu membunuh orang memungkinkan matamu ikut terambil oleh berandal tua itu.

Aku belum memikirkan soal orochimaru, anggota akatsuki ataupun madara. Baru satu orang dengan hipotesis yang menurutku mungkin.

Kuharap kau menurutiku untuk tidak melapor, Shisui.

.

.

.

Pagi harinya..

Tarik napas~ hup!

lalu buang.. "Fuh~"

"Buang semua emosi, tajamkan indra pendengar juga perasa."

Persis seperti yang sensei katakan. Aku telah membuat inovasi dari jutsu okasho. Memang aku tidak memiliki jutsu doton karena tanah bukan elemen dasar, tapi kerja kerasku akan dibuktikan hari ini.

Dua bulan berlalu dari saat aku memulai latihan. Tentang teknik okasho, Guy sensei menyuruhku memperbaharui serangan baru.

"Bagaimana jika kau membuat tanah itu menjadi serangan?"

"Dengan kemampuanmu saat ini itu pasti bisa dilakukan meski hanya sekali percobaan."

Aku tidak bisa mengangkat tanah keatas dari handsign tanganku.

Kupikir jika elemen tanah adalah elemen ternetral yang tidak efektif menyerang. Terlalu menggambarkan alam, jutsu itu hanya bisa bertahan dan melindungi.

Sejenak pikiranku berhenti. Aku telah mencoba melakukan sesuai imajinasi hingga yang kulakukan lebih memuaskan hasilnya.

Kubuka sarung tanganku dan menempelkan telapak tangan ditanah seperti saat aku menjadi kuli bangunan.

Kurasakan cakra itu mengalir setitik demi setitik turun dan berhenti ditanah yang kuraba. Kerikil disekitar tanganku bergetar.

Ini~ Aku memasang kuda-kuda dan memakai kembali sarung tangan itu. Feeling-ku mengatakan tanah setelah hujan cukup ampuh untuk memberikan momentum. Tadi pagi memang hujan dan tumben sekali hari ini aku tidak memimpikan apa-apa. Aku berhutang padamu, Shisui.

BRUUUK.

Tangan kananku meninju tanah, lalu aliran cakra yang intens dan cepat menyerap kesekitar tanah dibawahnya.

Kuncinya tidak perlu menjotos terlalu kuat. Itu akan retak. Bongkahan tanah setinggi lima meter itu mencuat keatas. Kini giliran kakiku yang melayang menuju tanah berdiri itu.

Bugh!

"??!" kenapa?

Aku melangkah mundur. Tendangan itu masih gagal, tanah itu tidak terdorong. Bagian tulang keringku malah menempel lengket di tanah yang lembab. Inilah kelemahan tanah bekas hujan, terlalu berat!

Inilah alasan sensei sering melatihku dengan kaki. Terkadang perpaduan okasho dan taijutsuku tidak bisa bersamaan saat melawan Guy sensei.

Baiklah, akan kugunakan tangan untuk pemanasan, Ganbatte!

Badanku berdiri tepat disamping bongkahan itu. Tarik napas~ Kukumpulkan cakra lagi dan kuputar tubuh bagian atasku dan langsung menyikutnya.

*ilustrasi

Bugh!

Sreeeeeeeeett-

Bruak!

Tanah yang tertembak berkisar 50 meter dari tempatnya. Masih belum. Bongkahan tanah tadi masih bergesekan dengan permukaan dibawahnya hingga tanah itu menjadi hancur sebelum mengenai target.

Mari kita coba dengan yang kecil dan cepat. Akan kutembakkan secara melayang.

Bayangkan. Ini seperti melempar peluru dengan tanah.

Bugh!

Tanpa menunggu tanah itu jatuh, langsung kujotos sekeras pukulan pertama.

*ilustrasi

BUGH!

Wush..

BRUAAAK!

Bruaaaak

Bruk!

Kuusap keringat didahiku. Ini teringat lebih mirip latihan taijutsu dengan pohon. Realisasi dari jika tidak dicoba tidak akan tau.

"Itu sudah bagus!"

Terbukti, efek serangan kedua memiliki dampak berat. Jarak yang lebih jauh dan belasan pohon dibelakang bidikannya ikut tumbang. Seperti efek domino.

Bugh!

BRAK!

BUGH!

BUGH!

BRUAAAK!

TAS-!

Untuk berikutnya, kulakukan dengan berbagai gaya. Mulai dari berlari, salto, membalikkan badan tak lupa dengan cakra yang mulai kupusatkan seperti di siku, lutut, maupun tulang kering.

Tantangan, lima detik lima gaya!

Bugh!

BRAAAK!

Lima bongkah tanah itu hadir mengelilingiku. Kulakukan dengan cepat dengan niat menyamai sensei. Menendang semauku, menyikut tanpa harus menghadap depan, dan meninju dengan lutut menggunakan tanah.

Bahkan saat terpeleset, ketika badanku akan menghantam tanah kugunakan sikut untuk memunculkan tanah itu keatas lalu menendangnya dengan kaki.

*ilustrasi

BRUAKK!

Lentur, cepat, dan tepat. Benar-benar khas Guy juga Rock lee. Latihanku yang terlihat umum sekarang, benar-benar mengacu pada kecepatan dan kelentukan.

Memang, aku tidak belajar jutsu tetapi ntah mengapa aku lebih menyukai cara bertarung seperti ini.

Author's pov

Bugh!

Inget gerakan meroda kedepan/front roll waktu materi senam? Nah Sakura berdiri terbalik sambil jotos pake kaki.

Tanah yang seukuran bantal tidur miliknya pun ia hajar dengan kaki kiri dimana kain yang dililit di daerah tulang kering terpasang. Sakura menurunkan kedua kakinya dan berpijak kembali diatas tanah. Dua jam sudah terlewati.

Ia menyudahi latihan itu dan berjalan mendekati pohon terdekat darinya.

"Kau seperti kerasukan banteng."

Wajah peluh keringat itu menoleh. Gadis itu mengangkat alisnya. Tangannya menyeka keringat dirahang.

"Latihan?" suara jantannya keluar. Shisui tersedak mendengar nada gadis itu tiba-tiba berubah menjadi bass.

Dia tunjukkan telapak tangannya. "Hm, Haruskah aku melawan banteng betina?" kenapa suaramu begitu, nona? Shisui meringis dalam hati.

Sunggingan kecil muncul. Gadis itu terkekeh, "Ada apa?"

"Itachi mengajakku untuk makan bersama dirumahnya. Adiknya berulang tahun hari ini." dia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "Kau mau ikut?"

"Kau saja."

"Tidak...? Hm, Baiklah kalau begitu." canggungnya.

Bugh!

Gadis itu mulai menjotos ketanah lagi namun aksinya berhenti dan menoleh kebelakang, "Kau tidak pergi?"

"Kurasa aku bisa bersantai setelah menyelesaikan misiku. Kau tau? dalam semalam aku menemukan 20 shinobi dan hampir seminggu shinobi itu tidak ada tanda-tanda. Lalu tiba-tiba misi itu dinyatakan selesai."

Dia lalu berdiri dan memerhatikan Shisui yang masih ingin disana. Aku tau kau melakukan itu untukku, baka, "Selamat. Tapi malam ini, aku akan berangkat ke desa pasir. Aku tidak bisa menemanimu datang."

"Kau akan kesana hari ini?!"

"Kenapa kau tidak memberitauku sebelumnya?" tanyanya beruntun.

Sakura bingung menjelaskannya secara detail. Jujur lelaki ini cerewet dan suka menempel. "Kemarin Shon bertemu denganku. Dia memiliki misi untuk menemui kazekage jadi ya aku ikut. Jadi, untuk apa juga menahan orang sepertiku lebih lama? Seperti bukan tuan Hiruzen saja."

®

®

®

Sakura's pov

Tuk!

"Adakalanya orang yang dipercaya sesekali mengecewakan."

Tas!

Aku masih memikirkan kata-kata yang Guy sensei lontarkan padaku. Dia datang mengantarku dan bersandar di pintu gerbang.

Tangannya terlipat didada, "Orang yang dapat dipercaya, tidak selamanya dalam suasana hati atau pikiran yang mendukung. Dia datang padamu dengan perasaan digantung, apa kau tidak merasa egois pergi tanpa kata?"

Sakura balik badan, "aku tau siapa yang kau maksud. Tapi aku tidak memiliki alasan mengkhianati desa. Oh, bukankah sejak dulu aku tidak diinginkan disini?"

Guy menatap datar, "Kurasa kau menggali kuburanmu sendiri."

"Selesaikan hutangmu dan kembali dengan selamat."

Aku masih tidak mengerti.

"Sakura."

Tuk!

Tas!

"Sakura!!" gadis itu tersentak, pupilnya melirik kesamping dimana Shon menghela napasnya.

"Kurasa kau belum memercayaiku sepenuhnya." tanya Shon.

Gadis pink itu bingung, "Hm? Dalam hal apa?"

Tuk!

"Ntahlah, kau tidak mendengarku. Kurasa kau masih waspada padaku."

Sakura menggeleng, "Aku memikirkan bocah kuning itu. Mungkin dia ingin bertemu denganku sebelum aku menjalani misi. Aku tak smepat berpamitan padanya."

Tas!

Pria anbu itu menatap kedepan lagi. "Berhati-hatilah. Kurasa kau tau jika pacarmu itu menangkal segala penyusup yang mencoba memasuki desa."

"Aku tau." tegas Sakura. "Dan dia bukan pacarku." Shon mengendikkan bahunya.

Mereka pun berlalu dari gerbang desa dan melompat terbang dari dahan ke dahan menuju desa Suna.

.

.

.

.

.

.

.

Have a nice day

26 Januari 2023

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro