26. Domba Yang Diadu

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Krek!

Pupil abu itu mengintip dari celah pintu yang dibukanya.

(Kau hanya perlu meletakkan tanganmu seperti cakra medis biasa dan merapalkannya didalam hati.)

(Jika yang keluar berwarna biru, maka itu sudah benar.)

Lama sekali. Mereka sedang apa sih? Gerutu Shon. Hingga waktunya mereka harus tidur, dia cari gadis itu kemanapun hingga akhirnya menemukannya diujung balkon bersama seorang nenek. Apa yang dilakukannya? Apa dia berhutang hidup pada nenek-nenek?

"Kau sedang apa?"

Tepukan di bahu itu mengejutkan Shon. Ia melirik kebelakang dimana seorang kakek dengan kain putih melilit dikepalanya.

"Sumimasen, Aku sedang menunggu temanku kembali ternyata dia masih berbicara." senyum Shon padanya.

Kreettt

"Shon? Kau mencariku?"

Pria Hyuga itu mengangguk. "Jika kau sudah selesai, kita bisa kembali besok pagi."

"Besok?" ulang Sakura.

Sakura curiga, dia berpikir untuk mencari alasan menetap sebentar lagi.

"Jadi kau besok akan kembali? Kau yakin jika itu akan berhasil meski kau belum mencoba?" tanya Chiyo, mereka sudah terdengar akrab sekarang.

"Kupikir aku harus secepatnya membantu temanku. Tentang jutsu tadi aku memang akan membutuhkannya untuk menemui kedua orangtuaku."

Chiyo membelalak. Dia genggam erat lengan gadis itu, "Kau tidak bisa memberikan itu kepada dua orang!"

Kedua lelaki itu semakin bingung dengan arah pembicaraan ini. Sakura melepaskan genggaman itu, "Tidak akan apa-apa. Terimakasih Chiyo Obasama. Jangan lupa soal penawar racun yang kuresepkan padamu itu."

"Kami pergi dulu. Besok kami akan pulang." pamit Sakura yang diikuti Shon. Mereka berdua membungkuk dan berjalan membelakangi kedua lansia itu.

Kakek itu bertanya, "Penawar racun untuk siapa?"

Chiyo yang tersadar dari lamunannya menjawab, "Dia dulu pernah bertarung dengan sekumpulan boneka yang memiliki racun dan dia berhasil mentralkan racun itu pada temannya. Gadis bernama Sakura tadi memberikan resep itu padaku katanya itu akan berguna."

Chiyo memandangi punggung gadis itu yang segera menghilang di ujung belokan lorong. Apa dia pernah bertemu dengan Sasori?

.

.

Dua hari kemudian.

Tuk!

Tas!

"Shon, bukankah seharusnya dua orang temanmu itu menyusul kita?"

Sakura melirik pemuda itu sedikit termenung, sorot pemuda itu tajam. "Mungkin aku belum memberitahumu, tapi beberapa orang ditemukan tewas dengan jumlah 100an saat kita berangkat kesini."

"Maksudmu kudeta?!"

Pria itu mengernyitkan dahinya, "Benar." namun dia tersenyum sekilas, "Ah maaf, sebenarnya saat aku menerima gulungan itu dari sandaime, dia berharap agar kita cepat kembali untuk pasokan bantuan. Kupikir jika sandaime sekarang mengesahkanmu, selamat ya."

Dia memutar bola matanya, selamat matamu!

Tuk!

Tas!

Sakura mempercepat larinya. Dia tinggalkan saja pria itu yang malah melambatkan langkahnya.

Sruk!

"Astaga!" Gadis itu berjengit waspada, dia berhenti dan membalikkan badannya.

"APA YANG KAU LAKUKAN?!"

Marah, bingung, dikhianati dengan cepat menjadi satu.

Untungnya kunai itu meleset dan tertancap di pohon. Shon menurunkan tangannya dan dia berkacak pinggang.

"Ngomong-ngomong, Sakura. Aku tidak berpihak padamu. Maaf telah berbohong."

Pria Hyuga itu memperlihatkan empat kunai di sela jarinya dan menembakkannya pada gadis itu.

Sruk! Sruk! Sruk! Sruk!

Gadis itu menghindar dan semakin cepat berlari menuju desa. Shon yang dibelakangnya melesat lebih cepat dan sudah berada disampingnya.

Sakura tersentak. Dia tahan tendangan menuju wajahnya namun Shon dengan kilat menitikkan jarinya di perut gadis itu dan memukul belakang leher untuk membuatnya pingsan sementara.

"Ugh—"

Tangannya terulur menahan tubuh gadis itu yang terhuyung kedepan.

"Namun untuk saudariku, aku tidak berbohong." pria itu mengangkat gadis pink itu seperti mengangkat beras.

Jalur pulang yang tinggal maju kedepan, Shon berbelok ke kiri. Baru beberapa langkah, Sakura hentakkan lututnya.

Duak!

"Keug—!"

Gadis itu salto setelah menendang ulu hati pria itu. Dia lalu menjaga jarak tiga pohon diantara mereka berdiri. Shon membungkuk dengan memegangi bawah dadanya. "Kau berpura-pura."

"Siapa tuanmu?"

"Astaga." Pria itu lalu berdiri dan tertawa kecil, "Aku salah prediksi. Rupanya ototmu bukan sekedar pajangan, dirimu seperti benteng."

Sakura menunjuk dengan kunai yang dililit bom kertasnya, "Hokage ketiga kah?"

Shon menggeleng, "Bukan, tapi dia akan menjadi hokage baru, segera."

"Danzo..?"

Wush!

SRING!

"Sakura, jangan sampai aku menekukmu dengan kekerasan." ancam Shon.

Mereka pun beradu kunai. Shon terkekeh melihat tangan gadis itu ternyata memegang kedua kunai.

"Menyebalkan."

Bugh!

Tak!

"Hakke hasangekki!"

Wush!

Dengan lihai gadis itu berpindah dan menempel dibatang pohon.

BRUAK!

Pohon-pohon itu pun tumbang, Hyuga itu mendelik. "Ck, Kini kau hebat ya? Yang bahkan lebih cepat dibanding orang Hyuga yang kutemui. Padahal saat kau bertemu pria itu(Guy),"

Wush!

Tak!

"—Kau.harusnya.menolak." geram Shon tidak ada serangan satupun yang mengenai tubuh lawannya sekarang.

Mimik gadis itu datar, ia buang semua emosinya saat ini. Sakura melesat dan mengarahkan kepalannya pada dagu Shon, begitu pergerakkannya terlihat. Sakura memutar tubuhnya kilat dan memberikan tendangan tumit di pelipis.

Duk!

Pria itu terhuyung kebelakang dan berdiri normal lagi. Dia memegangi pelipisnya, dilihatnya cairan merah itu menempel ditangannya. "Kau!"

Shon menyorot aneh melihat gadis itu memberinya tatapan.. gundah(?)

Hyuga itu merasa diremehkan. Urat kesalnya muncul dilehernya, "Bisa-bisanya gadis sepertimu bertarung dengan wajah menyedihkan."

"Buang perasaanmu. Hakke Kusho!"

Sakura membelalak, reflek dia angkat sebongkah tanah itu dan meninjunya.

Bugh!

Bruak!

Wush~

"Apa ini?"

Tertahan oleh bongkahan tanah gadis itu, yang menyebabkan polusi disekitar udara. Dalam byakugannya, cakra gadis itu seolah memenuhi penglihatannya.

Titik-titik biru saling menempel di antara partikel tanah. Dia membatin, badai cakra? Ah bukan. Dia bukan pengendali tanah murni tapi tidak kusangka cakranya sebanyak ini.

Sakura membuka tangannya keatas dan membalikkannya. Debu badai yang mengaburkan pandangan itu berjatuhan menuruti si pengendali, hingga pandangan mereka terlihat jelas.

"Shon, aku ini memercayaimu."

"Tapi kau malah memanfaatkanku." lanjutnya.

Pria itu mendelik, "Bukankah kau hanya serahkan dirimu saja tanpa perlawanan?"

"Kau benar." Gadis itu masih menatapnya datar. Dia tidak tau seberapa kecewa Sakura meski dalam hatinya kacau.

"Dan aku tidak ingin kedua kalinya.." menyukai orang salah. Lanjut gadis itu dalam hati.

®

®

®

"Kuharap kau menyelamatkan Kioru-ku yang terkena racun."

Wajah cantik itu beraut bingung menatap langit-langit kamar. "Kioru? Siapa?"

"Adikku." jawab Shon.

Time skip~

Jleb!

"A— Keugh! Uhuk!"

Pedang yang tengah ia genggam berbalik menghunus perutnya sendiri. Sakura tersadar dari kilasan memori itu dan melepaskan pegangannya diatas tangan Hyuga.

Sakura membalikkan tusukan pedang itu pada pemiliknya. Dia berjalan mundur. "Menyerahlah, Shon."

Napas gadis itu beritme cepat. Lelah, kurang tidur, belum lagi muncul emosi sialan dengan seorang bajingan, plus pertarungan bertahan hidup. Kupikir aku akan jatuh hati padamu setelah kita kembali. Gadis itu menertawai dirinya.

Pria itu sudah tidak mampu berdiri, "Sa..kura-chan."

Bruk!

Gadis itu mendekati dirinya, Shon menunjuk dengan tangannya yang gemetar, dia menyentuh wajah gadis itu. "Maaf, telah melukai matamu."

Benar. Kelopak mata gadis itu tergores oleh katana si Hyuga.

Wuung~

Cakra hijau itu keluar. Sakura terkejut dengan kemampuan pria ini. "Shon, Kau.."

"Aku tidak bohong menjadi ninja medis." Senyum tulus akhirnya keluar dari pemuda itu, dia perbesar cakra hijaunya untuk memulihkan luka gadis itu. "Jika ada kehidupan kedua, bersungguh-sungguhlah melawanku. Aku tidak puas dengan pertarunganmu."

Tuk!

Tangan pria itu jatuh. Tatapannya kini kosong dengan senyum tulus. Sakura yang ditengah pergulatan tidak bisa membuka satu matanya kini benar-benar sembuh.

Sakura's pov

Shon. Kau bunuh diri dengan sisa cakramu?

"Astaga. Kupikir aku baru saja menonton drama."

Suara itu.. Kubalikkan badanku.

"Ternyata memang dia bukan tandinganmu. Tapi dia berhasil untuk mengulur waktuku kesini. Hingga akhir dia ternyata mengkhianatimu." provokasi si Shimura itu. "lagipula aku membawakanmu hadiah."

Anbu disampingnya melangkah maju dan melemparkan sesuatu padaku, mataku membelalak mengenali itu.

Deg!

Dia.. Wanita uzumaki itu. "Kau.. membunuhnya? Untuk apa?" Bulir bening dari mataku turun tanpa disadari.

"Dia membantuku menangkap pembunuh yang berusaha kabur. Dengan kekuatannya mungkin aku bisa menghukummu telah membunuh anbu Konoha."

Gret!

Persetan dengan mulutmu!

"Sakura Haruno, meski kau bukanlah bagian dari klan tersohor, Kuharap kau memberikan aku kekuatanmu yang luar biasa."

"Kongo fusa(rantai cakra)!"

Sreeettt...

Rantai cakra itu pun keluar dari tubuh danzo. Kakiku melesat menjauh dari posisi. Tak kusangka rantai itu juga mengejarku yang lincah seperti cacing.

"Menyerahlah Sakura. Bukankah kau menyuruh Shon begitu?"

Kulemparkan kunai itu pada mereka namun rantai itu menghempas semuanya dan masih terus bergerak maju padaku.

Sring! Sring!

Tas!

Entah cara apa yang Danzo gunakan dengan memakai jutsu milik Uzumaki, setidaknya dia hanya mengeluarkan satu rantai. Meski memang itu cukup untuk menahan bijuu berekor.

Kukepal erat tanganku dan mengeluarkan okasho seperti biasa, "CHA!!"

"Menghindar!"

BRUAAAK!

Para anbu dan tuannya itu mundur dari posisi, sementara aku masih dikejar oleh rantai yang menggangguku ini.

"Aku tak punya banyak waktu. Kalian berdua, habisi dia." titah pria itu.

Author's pov

Anbu wanita maju dan melemparkan berbagai kunai kemacam arah. Dengan lihainya benang-benang besi itu saling mengait satu sama lain.

Sakura yang mendengar suara senjata yang bergesekan lantas menoleh keseluruh arah. Apa ini? Benang besi?

Kunai itu menyentuh benang yang sudah dekat darinya, Sakura melirik anbu itu yang ada di atasnya sekarang. "Kalau kau melawan, seluruh tubuhmu akan diamputasi."

Gadis itu mendecih, "Begitukah?" tangannya melempar kunai itu kebawah. "Kalau begitu, lakukanlah."

Anbu wanita itu mengernyit melihat wajah cantik itu menatapnya dengan menantang. Sakura tersenyum smirk, "Barukali ini kau lihat orang yang tidak takut mati, bukan?"

"Cih, Aku benar-benar akan membunuhmu."

Srek!

Benang itu diputus, satu persatu benang yang terkait itu membentuk jebakan dan mulai mendekat pada tubuh gadis itu. Rantai Danzo pun melesat menujunya.

Danzo itu merapalkan keinginannya, "Kekuatanku.."

Wush!

"Katon ryuuka no jutsu!"

Ombak api itu membakar besar tanah itu. Bersamaan Danzo juga anbu membuat handsign.

"Suiton Suryuu Dan no jutsu!"

Hingga kobaran itu tersiram, gadis itu menghilang bersama tebaran api yang mulai melenyap. Seluruh mata langsung mencari keberadaannya. Kepala ditangan pria itu memutih, Shisui. Danzo menggeram marah.

"Segera temukan dia."

.

.

Tuk!

Tas!

Disamping itu Sakura menyipitkan matanya, bagaimana bisa orang ini ada disini? Dia kini dalam gendongan pria yang sudah bosan dilihat.

"Kenapa kau ikut campur?"

Matanya yang berwarna merah itu menatap gadis ini khawatir. Suaranya merendah, "Kau memiliki hutang padaku."

Wush!

Wajah gadis itu terangkat, mendengar suara yang menuju arahnya.

Shisui yang menyadari gadis itu yang mengambil kunai di pouch menjadi waspada, "Apa yang—"

Kupingnya yang baru mendengar itu segera ditarik lehernya oleh Sakura hingga membuat keduanya sedikit oleng.

Tring!

"Astaga."

Shisui terkejut Sakura menghadap kebelakang dirinya dan menangkis kunai cakra dengan tatapan tajam.

Dia kesal pada pria yang menggendongnya, "Singkirkan emosimu dulu, kunai itu hampir menghunus punggungmu."

Tuk!

Shisui turunkan Sakura karena gadis itu memintanya dan melanjutkan perjalanannya menuju desa.

"Kenapa kau bisa ada disini?" tanya Sakura.

"Danzo menginginkan cakramu bukan kekuatanmu saja. Saat dipertemuan, ada setitik cakra milikmu yang terserap ditangannya darisana aku tau jika dia mengincarmu saat itu juga."

Gadis itu tidak habis pikir, "Apa kau tau dia juga mengincar matamu?! Dibanding diriku, jika dia mengincar kekuatanmu itu fatal untuk desa!"

Shisui terdiam sementara. "Aku tidak mengerti. Dia menginginkan sharinganku?"

Sakura mendengkus, "Jangan pura-pura, Kita butuh bantuan sekarang—"

"Tapi aku tidak bisa membiarkanmu." sela Uchiha. Sakura merasa aneh dengan raut wajah itu. Raut khawatir.

Dia memalingkan wajahnya, "Kau tidak perlu kesal padaku, Uchiha."

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Januari 2023

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro