Prolog

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Clara menunggu Attar di kafe langganan mereka. Sudah lebih dari tiga jam ia menunggu di sana. Namun, orang yang dia tunggu tidak kunjung datang. Clara sudah mulai lelah dan hampir pulang. Saat akan beranjak, Attar sudah berada di depan kafe dengan wajah datar. Clara menarik napas lega karena penantiannya selama tiga jam tidak sia-sia.

"Kemana aja sih!" gerutu Clara dengan kesal saat Attar sudah berada dihadapannya. Namun, pria itu hanya menjawab singkat.

“Sibuk! kenapa minta bertemu di sini.”

“Kita makan dulu, aku sudah memesan makanan." ucap Clara tersenyum senang, mereka sudah tidak bertemu selama satu bulan. Setiap Clara meminta bertemu, Attar selalu menghindar dengan alasan sibuk. Makanya Clara sangat sennag karena akhirnya pria itu mau diajak bertemu di sini. 

"Aku sudah makan," ucap Attar datar. Ia bahkan tidak menanyakan apakah Clara sudah lama menunggu atau tidak.

"Umm baiklah," ujar Clara pasrah. Dia bisa menangkap ada hal aneh pada Attar, pria itu memang cuek kepadanya tapi tidak pernah bersikap dingin seperti sekarang.

"Ada yang ingin kuberitahu." Mereka berucap dengan serentak. Keduanya saling pandang, Clara tertawa sedangkan Attar hanya menatapnya tanpa ekspresi.

"Kamu aja dulu," ucap Clara sambil tersenyum, jantungnya sudah berdegup kencang menanti euforia apa yang akan dia terima sebentar lagi. Mungkin Attar akan melamarnya, itulah yang ada dalam pikiran Clara. 

"Mari kita putus."

Tiga kata yang mampu membuat saraf-sarafnya berhenti bekerja. Dia menatap Attar apakah ada unsur kebohongan atau mungkin kekasihnya sedang bercanda. Seingatnya mereka selama ini baik-baik saja, memang ada beberapa kali keduanya berselisih paham sampai bertengkar. Clara menatap Attar dalam dan meminta penyangkalan atas kalimatnya barusan. Berharap dia sedang di kerjain saja. Namun, mata Attar tidak menunjukkan hal itu sama sekali.

"A ... alasannya?" tanya Clara dengan suara terbata. Dia masih syok. Mereka menjalin hubungan bukan sebulan dua bulanan, tapi selama lima tahun.

“Aku hanya merasa kita sudah tidak cocok lagi.”

“Apa? Tidak cocok lagi? Kita sudah menjalin hubungan selama lima tahun. Kamu bilang masih tidak cocok?” Clara tidak habis pikir dengan Attar, bisa-bisanya dia mengucapkan kalimat itu saat ini setelah semua yang ia lakukan untuknya.

“Aku menjalin hubungan dengan wanita lain sejak satu bulan yang lalu.”

Clara tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Attar. Jadi sifatnya yang selama ini menjadi pemarah, dingin dan tidak ingin diajak bertemu, semua karena wanita itu. Clara menggeleng tidak percaya. "Lima tahun yang kita lalui bersama, selama itu apa ada artinya bagimu?"

“Cla, mengertilah. Orang tuaku tidak pernah merestui hubungan kita. Kamu tahu sendiri bagaimana kerasnya orang tuaku, aku tidak ingin jika harus didepak dari rumah. Kamu akan mengerti jika berada di posisiku.”

“Kamu yang tidak mengerti Attar! Kalau kamu pada akhirnya mencampakkan seharusnya jangan merusak kehormatanku!”

“Apa maksudmu, aku merusakmu? Dengar Clara kita melakukannya atas suka sama suka. Aku tidak pernah memaksamu melakukannya denganku.” Bantah Attar telak.

Kini Clara menyadari betapa bodoh nya dia karena diperbudak oleh cinta. Dia tidak pernah memikirkan hidupnya ke depan, melakukan apa yang dilakukan pasangan pada umumnya tanpa tahu akan konsekuensi yang dia terima kelak. Dia mengembuskan napas pelan, memang benar apa yang diucapkan oleh Attar, dia saja yang terlalu gampang dirayu dan di tiduri lalu ditinggal sesuka hati.

“Aku akan segera menikah.”

Clara tersenyum pahit. Ini mungkin bagian dari konsekuensi yang harus dia terima, bisa saja ini bentuk hukuman dari Tuhan untuknya karena sudah melenceng dari norma-norma kebajikan. “Selamat.”

“Terima kasih,” ucap Attar tersenyum tipis. Lalu dia teringat dengan apa yang ingin Clara katakan. “Apa yang ingin kamu katakan tadi.”

“Lupakan saja, tidak penting.” Dia mengulurkan tangan kepada Attar untuk memberinya salam perpisahan. “Semoga langgeng dengan calon istrimu.”

“Terima kasih.”

“Ah, satu lagi, jika kelak kita bertemu lagi, jangan pernah memanggilku atau menyapaku. Aku bukan membencimu, hanya saja tidak ingin kita saling menyapa atau saling kenal. Seperti katamu, hubungan kita cukup sampai di sini.” Terang Clara membuat Attar terdiam sejenak.

“Aku akan mengingatnya.”

Attar kemudian berlalu pergi dari sana. Clara menatap kepergian pria itu dengan tatapan sendu. Perlahan air mata lolos membasahi pipi tirusnya. Dia menatap benda mungil yang sejak tadi dia sembunyikan di dalam tas. Niat hati hendak memberi kejutan malah dirinya yang mendapat kejutan.

"Nak, bukan kita yang dia butuhkan, sudah saatnya kita pergi jauh dari hidup ayahmu," ucapnya parau.

Clara berjanji pada dirinya sendiri. Ia bersumpah tidak akan pernah membiarkan pria bernama Attar mendapatkan cinta dari bayi yang sedang ia kandung saat ini. Bahkan tidak akan dia biarkan panggilan ayah tersemat padanya. Clara akan mengingat sakitnya mulai hari ini hingga kelak ketika anaknya sudah lahir ke dunia. Sekali ia dibuang, maka selamanya akan terbuang. Orang yang sudah dibuang, tidak boleh dipungut kembali.

-----

Gais cerita ini tayang seminggu dua kali, ini cerita kurevisi ya. Kalau ada kritik dan saran dipersilakan yes hahaha. Aku suka kok asal jangan bilang karyaku sampah aja huahahahaha beneran jadi sampah nanti. Ngeri bestie, badan encok2 dikatain sampah rasanya kayak makan durian bulat2 terus nyangkut di tenggorokan itu rasanya iyuhhh jangan sampek. See you maafkan diriku yang labilnya mengalahkan anak paud.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro