Larangan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Author POV

Matahari sudah bersemayam di singgasananya. Tugas nya telah digantikan oleh bulan dan gemerlap bintang.

Disebuah kamar dengan lampu yang tak terlalu terang, Yesa sibuk mengetikkan huruf demi huruf, setelah memencet tombol "send". Dia terlihat menunggu balasan dengan wajah gusar dan tak sabar.

Ya, dia sedang berbalas pesan dengan sang kekasih, Adlan.

Saat sedang asik-asik nya berbalas pesan, Bunda Mera datang dan langsung duduk disamping anak gadisnya tanpa sepengetahuan anaknya.

Bunda Mera tampak heran dengan tingkah anaknya yang tak seperti biasanya. Karna jarang sekali Yesa bermain ponsel sambil tersenyum.

"kamu lebih cantik saat bersamaku". Kata Bunda Mera membaca pesan diponsel anaknya.

Yesa yang sebelumnya tidak menyadari adanya Bunda nya langsung kaget dan spontan menjatuhkan ponselnya.

"astaga Bunda ngagetin aja". Kata Yesa sedikit teriak.

"Bunda tuh udah dari tadi disini, kamunya aja yang keasikan pegang hp sampek nggak sadar ada Bunda". Jawab Mera kesal.

Yesa yang mendengar kata Bundanya hanya cengengesan dan mengambil ponselnya seraya menyembunyikan dibalik tubuhnya.

"coba liat kamu chat sama siapa, gombalannya kok basi gitu". Tanya Mera sambil.

"ih apaan sih Bunda kepo banget". Jawab Yesa sambil terus menyembunyikan hp nya.

Mera tak mau kalah dengan sang anak terus saja berusaha mengambil hp dibalik tubuh anaknya.

"nggak mau Bundaa". Rengek Yesa.

"liat bentar"

Sekitar 2 menit setelah kejadian tarik menarik ponsel, akhirnya Mera mendapatkan ponsel tersebut.

Mera mulai membuka chat pribadi anaknya dengan seorang cowok dengan nama Adlan luplup.

Mera yang membaca nama tersebut langsung memasang wajah ingin muntah.

"ih alay banget sih namanya". Kata Mera.

"udah sini balikin handphone aku". Jawab Yesa sambil merebut ponselnya.

"kamu pacaran sama siAlan ?". Tanya Mera menyelidik.

"hehehe iya Bun baru tadi siang". Jawab Yesa jujur sambil cengengesan.

Mera memasang wajah tidak sukanya. Dia berdiri dari duduknya dan berkacak pinggang.

"kamu itu masih kecil ngapain sih pakek acara pacaran segala". Omel Mera pada anaknya.

Yesa juga tak mau kalah dengan sang Bunda langsung berdiri didepan sang Bunda. "Yesa udah gede Bun udah 17 tahun udah punya KTP bukan anak kecil lagi".

"umur 17 tahun itu belum tahu tentang menyukai seseorang dengan sungguh-sungguh, Bunda yakin kalau siAlan itu juga nggak sungguh-sungguh menyukai kamu".

"Bunda sok tau deh, Adlan beneran kok suka sama Yesa. Buktinya tadi dia nemenin Yesa dihukum". Kata Yesa keceplosan.

"alah itu cuma tak tik dia aja buat dapetin hati kamu. Jangan terlalu percaya sama laki-laki"

"berarti Bunda juga nggak terlalu percaya dong sama Ayah ?". Tanya Yesa polos.

"itu beda ceritanya. Kalo Ayah sama Bunda kan udah nikah dan didasari dengan sama-sama mencintai jadi kami saling percaya satu sama lain". Jawab Mera panjang lebar.

"sama Bun, aku dan Adlan juga saling mencintai jadi kita sama-sama percaya satu sama lain". Kata Yesa tak mau kalah.

Mera menggelengkan kepalanya. "pokoknya kamu nggak boleh pacaran dulu." kata Mera penuh penekanan.

Yesa hanya memandang Mera dengan raut wajah kesal. Dia tak bisa lagi untuk membantah sang Bunda.

"eh tunggu tadi katanya kamu dihukum, kenapa?". Tanya Mera tiba-tiba.

"tidur dikelas". Jawab Yesa kesal sambil naik keatas kasur dan membaringkan badannya seraya menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.

Mera menggelengkan kepalanya melihat tingkah anaknya yang menurutnya sangat menggemaskan jika sedang ngambek begini.

Dia berjalan disisi ranjang sambil duduk dipinggir ranjang dan mengelus punggung anaknya dengan lembut.

"bukan maksud Bunda melarang mu untuk pacaran, hanya saja kamu masih kecil untuk mengenal apa itu pacaran". Kata Mera pelan.

"Bunda nggak mau kamu sakit hati karna pacaran nak". Lanjutnya.

"kamu permata bagi Ayah dan Bunda. Dan permata kami tak boleh sedikit pun terluka".

Yesa hanya diam mendengar kata-kata yang keluar dari mulut sang Bunda. Tak ada niatan untuk membalas kata-kata tersebut.

"sekarang kamu tidur sudah malam". Kata Mera sambil berdiri.

"selamat malam sayang mimpi indah ya permata nya Bunda". Ucap Mera sambil mengecup selimut yang menutup kepala anaknya.

Perlahan Mera memundurkan langkahnya keluar kamar. Saat belum benar-benar keluar, dia menyentuh saklar lampu mematikan lampu tersebut.

-------------------------------------------------------------

Jangan lupa tinggalkan vote dan komen ya😊😊


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro