22.Tulus

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Aku tidak sepintar orang lain. Kakak pasti akan frustasi karena aku lama ngertinya. Beban kakak juga jadi nambah. Jadi guru udah jadi beban pasti, terus kakak harus ngajarin aku secara privat. Apa tidak apa-apa?"

"Manda, kamu itu harta berharga yang kakak punya. Mungkin kamu nggak tahu, tapi Papa pernah cerita waktu kamu lahir kamu kekurangan oksigen. Kamu tidak nangis waktu lahir. Papa yang ada di ruang operasi panik. Biasanya bayi yang baru lahir pasti menangis kencang, kamu tidak."

Gabriel menatap Manda dengan mata berkaca-kaca. 

"Saat berada di dalam kandungan, bayi bernapas melalui yang terhubung langsung dengan tubuh ibu. Dan setelah lahir, bayi akan menggunakan paru-paru untuk bernapas. Paru-paru bayi akan mulai mengembang untuk bernapas saat ia menangis ketika dilahirkan," lanjut Gabriel.

"Memangnya kenapa kalau nggak nangis, Kak?"

"Normalnya, bayi mulai bernapas dengan paru-paru pada sepuluh detik pertama setelah dilahirkan. Saat ini, bayi tengah beradaptasi dengan lingkungan luar rahim yang merupakan hal baru baginya. Untuk membantu pengembangan paru-parunya, bayi akan menangis segera setelah dilahirkan. Sudah lewat beberapa saat, tapi kamu tidak kunjung menangis. Tentu saja papa panik."

"Terus, apa yang terjadi?"

"Dokter, perawat dan tenaga medis yang bertugas saat itu berusaha untuk membuatmu menangis dan kamu menangis, Manda."

Gabriel tidak dapat menahan tangisnya. Saat dia mendengar hal itu dari Papanya, dia juga menangis. Setiap kali mengingat hal itu, dia langsung merasakan perasaan takut. Pria itu takut kehilangan adiknya.

"Kak? Memangnya penyebab bayi tidak menangis itu apa?"

"Penyebabnya bisa karena bayi kekurangan oksigen selama proses kelahiran atau disebut juga dengan asfiksia. Bisa karena lahir prematur, bayi prematur itu bayi yang lahir sebelum minggu 37 usia kehamilan. Normalnya itu perkembangan paru-paru janin baru sempurna pada usia kandungan di atas 36 minggu. Bayi yang dilahirkan prematur sebelum paru-parunya terbentuk sempurna bisa terlambat menangis atau tidak menangis saat dilahirkan, karena paru-parunya tidak bisa mengembang dengan baik," lanjut Gabriel.

"Terus, ada lagi penyebabnya nggak, Kak?"

"Ada, bisa karena keracunan air ketuban. Kamu ingat apa fungsi air ketuban?" tanya Gabriel mendadak.

"Eh, air ketuban untuk membantu pergerakan janin, menjaga suhu di sekitar janin, serta melindungi janin dari benturan atau cedera."

"Nah, bener.  Air ketuban  normal berwarna bening atau agak kekuningan. Namun, cairan ini bisa berubah warna menjadi hijau jika tercampur dengan (tinja atau kotoran pertama bayi) yang berwarna hijau tua.ika air ketuban terkontaminasi oleh mekonium dan tertelan atau terhirup oleh janin, dapat terjadi infeksi pada saluran napas dan paru-paru janin. Kondisi ini bisa menyebabkan bayi tidak menangis saat dilahirkan."

"Wah, gitu ya, Kak? Serem juga," tukas Manda.

"Kalau kamu diduga karena kekurangan oksigen jadi telat nangisnya. Daya tahan tubuhmu tidak begitu bagus. Kamu sering sakit, demam berdarah, malaria, cacar air, lalu kamu sempat kejang," lanjut Gabriel.

"Hah? Kejang?"

"Iya. Kejang pada anak ada banyak jenisnya. Ada yang menyebabkan tubuh anak bergetar tak terkendali, namun ada juga yang menyebabkannya seperti melamun dan menatap kosong. Pada kondisi yang serius, kejang bisa menyebabkan hilangnya kesadaran. Kamu itu kejang seperti melamun dan menatap kosong. Dulu Mama sering mengingatkamu supaya jangan melamun. Mungkin Mama masih teringat waktu dulu."

"Ah iya, sampai sekarang Mama masih ngingetin gitu."

"Papa berjuang untuk menyembuhkanmu. Papa selalu gendong kamu dan ngawasin kamu, Manda. Waktu itu kita lagi ibadah di gereja. Papa lihat kamu melamun, tatapanmu kosong. Begitu sadar kamu melamun, Papa langsung gendong kamu dan keluar dari gedung gereja. Namun, di tengah jalan kamu langsung muntah dan kondisimu  kurang baik. Tentu saja kakak dan Mama nggak melanjutkan ibadah di gereja dan pergi untuk ke rumah sakit. Papa dan Mama panik. Kamu selalu membuat kami panik dan khawatir. Namun, mereka tidak lelah untuk berjuang demi kesembuhanmu."

"Kamu berhasil sembuh, mungkin di umur 6 atau 7 tahun. Perlahan-lahan sudah tidak mengonsumsi obat anti kejang. Namun, Mama masih terus mengingatkanmu untuk tidak melamun. Papa sama Mama tidak menyangka kamu bisa mendapatkan nilai yang baik. Bagi mereka, apapun nilaimu maka tidak masalah. Kamu juga tahu hal itu, kan?"

"I-iya, Kak. Mereka tidak pernah marah karena nilaiku jelek. Padahal banyak teman-teman lain yang dimarahin karena nilai mereka jelek."

Gabriel tersenyum bangga. "Itulah hebatnya orang tua kita. Mereka tidak menuntut, asalkan kita sudah berusaha sebaik dan sebisa mungkin maka apapun hasilnya tidak masalah. Tapi, kamu yang bermasalah."

"Maksudnya, Kak?"

"Kamu akan kecewa sama dirimu sendiri. Kamu itu diam-diam ambisius. Kamu kurang bisa mengendalikan emosimu sendiri. Kamu harus belajar itu perlahan-lahan, jangan sampai lepas kendali. Paham?"

Manda menangangguk paham.

"Nah, kamu harus ingat perjuangan Papa dan Mama demi kesembuhanmu. Jadi, jangan pernah menganggap rendah dirimu sendiri. Kamu itu hal yang berharga bagi kami. Kamu berharga, Manda. Kami sangat menyayangimu setulus hati kami. Kamu pasti akan mengalami masa sulit kedepannya. Kami tidak selamanya bisa ada disisimu. Jadi, jangan sering mengurung diri di kamar. Temani dan ajak bicara orang tuamu, mereka kangen bisa menghabiskan waktu bersama. Nanti kakak usulin deh biar akhir pekan kita jalan bareng sekeluarga. Kamu suka jalan-jalan, kan?" Gabriel mengusap kepala Manda dengan lembut.

"Iya, Kak. Aku suka jalan-jalan!" seru Manda girang.

"Oke, cukup bicaranya. Sekarang kita makan malam dulu. Mama udah teriak, tuh," ucap Gabriel sambil tertawa.

Mereka tertawa bersama, teriakan Mama memang sudah menjadi candu bagi mereka. Kakak beradik itu langsung keluar kamar dan pergi ke meja makan, menyapa dua orang paruh baya yang sangat berjasa dalam hidup mereka. Entah bagaimana kedepannya, tetapi Manda akan menikmati setiap detik dalam hidupnya. Hidup yang penuh berkat dan dia bersyukur sudah dilahirkan di keluarga ini. Tuhan baik.

***

Keesokan harinya, Niko sudah siap dengan seragamnya. Niko melihat ke rumah di sebelahnya dan mendengkus pelan. 

"Kenapa aku baru tahu kalau aku dan Manda tetanggaan? Astaga," gumamnya pelan.

Kemarin saat dia tengah membuang sampah ke tempat sampah di depan rumah, pandangannya teralihkan ke mobil sedan berwarna hitam yang berhenti di rumah sebelah. Biasanya Niko tidak terlalu ambil pusing dan segera pergi dari sana. Namun, saat itu dia tidak sengaja melihat gurunya turun dari mobil dan membukakakn pintu untuk Manda.

Perasaannya agak kacau saat itu, dia memang sempat melihat Manda diantar pulang oleh gurunya itu. Dia sudah menunggu di teras rumah hingga bolak -balik masuk dan keluar rumah. Namun, dia tidak melihat Manda sampai di rumah.

Dia semakin penasaran kemana mereka pergi setelah dari lampu merah itu. Sampai sekarang dia masih memikirkan hal itu saat dia tidak ada kerjaan.

"Sudahlah, bodo amat mau jalan sama siapa kek. Bukan urusanku."

Perasaannya masih tidak baik, seakan-akan dia tidak suka melihat Manda dekat dengan gurunya. Entah kenapa.

-Bersambung-




Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro