27.Kesepakatan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Manda dan Niko semakin dekat, mereka bisa membahas pelajaran di waktu istirahat dan lanjut membahas ketika pulang. Pola pikir Manda tentang belajar itu membosankan perlahan-lahan berubah begitu dia menghabiskan waktu dengan Niko.

Niko tidak hanya membantu Manda untuk rajin belajar, dia juga menjadi support system Manda untuk menurunkan berat badannya. Cowok itu masih seperti sedia kala, tampilannya begitu memukau, rambutnya begitu menggodanya untuk mengelusnya, seperti saat ini gadis itu terus memperhatikan rambut Niko yang terlihat halus dan menggemaskan.

"Woi, Man. Denger nggak, sih?" Niko baru saja datang dan menghampiri Manda yang asik menikmati makan siangnya di kantin. Seperti biasa kantin selalu ramai di jam istirahat, tempat ini selalu menjadi tempat yang wajib disinggahi begitu jam istirahat tiba, sembari merelakskan badan dan mengisi perut yang kelaparan. Kalau Manda dia punya lebih dari sekedar mengenyangkan diri, kantin dekat dengan lapangan basket dan dia bisa memandang Niko yang gemar bermain basket. 

Manda sering duduk di kantin dan mengamatinya dari jauh, cowok itu seperti punya daya tarik tersendiri. Semakin lama diperhatikan, cowok itu malah menjadi candu baginya. Padahal dia yakin kalau dia menyukai gurunya yang tampan itu, tetapi perasaan yang menggebu-gebu itu perlahan berkurang, entah kenapa.

Manda baru saja dikagetkan dengan kedatangan Niko, sedaritadi dia terlihat lesu karena tidak melihat Niko. Terakhir kali dia melihat Niko tengah bersama Claudia, mereka terlihat cocok bersanding bersama. Setiap kali memikirkan hal itu, mampu membuatnya rendah diri. Dibandingkan Claudia, dia sama sekali tidak ada keunggulannya. Badannya belum kurus, pipinya masih chubby dan soal kepintaran, dia tidak mungkin menjadi pintar dalam waktu instan. Mengingat itu membuat Manda menjauh dan menyendiri, dia selalu berpikir mungkin Niko menderita mengajarnya selama ini. Dia berencana memastikan apakah Niko menyukai Claudia, jika memang demikian maka dia akan berhenti menemui cowok itu. Mungkin.

"Heh, Manda? Mikir apaan, sih? Jangan bengong, dong, cantik," ujar Niko pelan.

Manda langsung tersadar begitu mendengar kata terakhir yang diucapkan cowok itu. Manik matanya memandang lekat ke arah Niko, bibirnya terbuka sedikit, dia tidak percaya dengan apa yang didengarnya barusan.

"Hah? Apa Nik? Kamu bilang apa barusan? Cantik?" 

Wajah Niko langsung memerah, padahal dia mengucapkan kata itu dengan pelan. Tidak mengira Manda jauh lebih cepat menangkap bila mendengar hal seperti itu.

"Nggak ada siaran ulang."

"Eh? Jangan kabur gitu, dong!" seru Manda mengejar Niko yang menjauhinya.

Manda terus berlari hingga dia berhasil mengejar cowok itu. Niko tidak memandangnya, wajahnya pun masih memerah walaupun tidak semerah tadi.

"Nik? Kok kabur, sih?" tanya Manda heran, dia masih mengatur napasnya yang belum beraturan.

Niko langsung berhenti melangkah hingga Manda hampir saja menabrak punggung cowok itu. Sekarang gantian Manda yang wajahnya memerah, pikirannya langusng melayang dan membayangkan bila tadi dia menabrak punggung cowok itu, hal itu seperti di drama-drama kesukaannya. Manda tersenyum, dia selalu suka dengan hal yang berbau romantis.

"Kan, melamun lagi."

"E-eh? Hah? Apa?"

Niko memutar bola matanya malas, lalu menunjuk ke arah papan pengumuman yang terletak di depan ruang OSIS. Manda langusng mendekat dan mengamati apa yang ditunjuk Niko barusan.

"Hasil try out." ujar Manda pelan. Gadis itu masih heran dengan apa yang dilihatnya, dia tidak ingat kalau dia juga menjadi pesert try out itu. Kebiasaan gadis itu cepat melupakan apa yang dilakukannya, entah kenapa semua begitu cepat terlupakan bahkan hal yang baru dilakukannya lima menit yang lalu pun dia sudah lupa.

"Terus kenapa?" tanya Manda heran.

"Kenapa katamu? Kamu nggak mau lihat nilaimu?" 

"Nilaiku?" gumam Manda pelan, keningnya berkerut hingga dia menyadari kalau dia tengah berusaha membuktikan kalau nilainya bisa naik dan dia tidak merugikan waktu yang Niko berukan.

Manda langsung mendekat dan mencari namanya. Semakin lama dia tidak menemukan namanya, kepalanya malah semakin pusing dan dia merasa mual. Tangannya mulai menututp mulutnya, dia tidak mau muntah di tempat ini, apalagi di hadapan Niko. 

"Nggak nemu namamu?" tanya Niko lagi. Cowok itu terus mengamati Manda dan heran melihat badan Manda sedikit gemetar dan wajahnya terlihat sedikit pucat. 

"Iya nih," jawabnya pelan.

"Man? Kamu nggak apa-apa?" Akhirnya Niko memberanikan diri bertanya mengenai kondisi Manda, sedaritadi dia berperang dengan egonya. Cowok itu egonya begitu tinggi, dia tidak mau terlihat perhatian dengan Manda, apalagi dia tahu hatinya bukan untuknya. Namun, melihat Manda menutup mulutnya seakan-akan dia mau muntah.

Manda menggeleng pelan, dia cukup lama terdiam lalu menatapnya dengan senyuman khasnya. Senyuman yang bisa membuat Niko menjadi lebih tenang, senyuman yang tanpa sadar sudah menjadi candu bagi cowok itu. Setiap hari menjadi lebih berwarna dengan hadirnya Manda, sayangnya Niko tidak menyadari hal itu. Dia sudah terbiasa dengan hadirnya Manda, hingga tidak sadar jika ada yang berubah darinya, dia menjadi lebih terbuka pada gadis itu.

"Oh!" Manda menunjuk ke satu kolom, matanya berbinar-binar. Gadis itu menatap ke arah Niko lekat-lekat.

"Nilaiku satu poin diatas nilai batas lulus, Nik!" pekiknya keras. Gadis itu meraih jemari Niko dan menautkan jemari mereka. Niko tersenyum menatap gadis itu, bahagianya seakan menular padanya, memberikan energi positif baginya.

Butuh beberapa saat hingga Manda sadar dia sudah memegang Niko, wajahnya langsung memerah. Dia jarang memegang cowok, meskipun hanya sekedar menautkan jemari. Tipikal gadis rumahan yang takut bertemu banyak cowok, anehnya dia malah senang sering bertemu dengan Niko yang notabene juga cowok.

"Selamat, deh ya. Jadi, nggak sia-sia kamu belajar."

"Terima kasih Niko, kalau bukan karena kamu, aku nggak mungkin bisa dapat nilai diatas nilai batas lulus."

"Jangan senang dulu, masih ada ujian lainnya. Terus belajar, nanti aku kasih hadiah deh kalau kamu berhasil mendapatkan nilai diatas batas lulus gitu."

Manda tercengang untuk beberapa saat lalu dia tersenyum lebar, matanya berkaca-kaca. Dia masih tidak habis pikir, apa yang sudah diperbuatnya hingga Tuhan begitu baik padanya, semua berkat yang diberikan begitu melimpah meskipun dia hanya bisa melukakan hati-Nya. DIa begitu baik dan masih menyayanginya, membantunya menjadi lebih baik dengan memberikan penolong baginya. Semua berkat ini membuatnya ingin memangis bersukacita, Tuhan sungguh baik.

"Oke! Deal," ujarnya lalu bersalaman tangan sebagai tanda perjanjian telah disepakati.

"Oke, deh. Aku pergi dulu ya, ada urusan," ujarnya setelah membaca pesan di layar ponselnya. Manda tidak mau ikut campur, dia menghargai privasi Niko. Semua orang punya sesuatu yang tidak dibagikan dengan orang lain, dan itu wajar. 

"Iya, bye." Manda berbalik arah begitu Niko sudah tidak lagi terlihat, dia selalu suka memandang punggung cowok itu, seperti ada perasaan aneh yang muncul setiap kali berdekatan dengan Niko. Perasaan yang mungkin bisa disebut sebagai cinta.

-Bersambung-




Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro