Jaac 0.1

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Jaac menghabiskan malam di ruang kerjanya ditemani cahaya-cahaya dari android dan layar komputer miliknya. Di satu komputer, dia berusaha meretas CCTV gedung utama dalam jangka waktu tiga bulan terakhir. Di komputer selanjutnya, dia berusaha meretas CCTV di cabang lain yang memiliki tempat penelitian fisika yang cukup mumpuni untuk menyimpan dan mengembangkan Laplace's Demon. Jaac juga terus berusaha melacak Laplace's Demonnya dengan mengamati berbagai berita yang tampak berkaitan dengan benda itu, membuat malamnya berlangsung cukup panjang.

Bluebird adalah sistem kecerdasan buatan rancangan Jaac. Tidak ada yang mengetahui eksistensinya selain Jaac dan keponakan kesayangannya, Akra. Sejak awal, bluebird memang diciptakan bukan hanya untuk membantu kehidupan Jaac, tetapi juga membantu pekerjaannya, dan membantu menghilangkan kebosanannya. Entah bisa disebut suatu keberuntungan atau bukan, Jaac suka sekali melakukan pekerjaan jahat dengan meretas dan membobol berbagai sistem keamanan juga mengacaukannya. Itu sangat menyenangkan, tetapi percayalah, Jaac hanya meredakan bosan. Dia tidak membawa dampak buruk pada siapaupun. Setelah mengacaukan suatu sistem, Jaac akan memperbaikinya.

Sayangnya, karena keamanaan (dan perlindungan) untuk mencegah sistemnya diretas dan dicuri ketika Jaac tidak ada, sistem bluebird diatur agar mati jika tidak mendeteksi keberadaan Jaac lebih dari seminggu. Hal itulah yang membuat Jaac kesulitan mencari jejak Laplace's Demon buatannya. CCTV di luar ruang kerja memang menunjukkan beberapa profesor sempat keluar masuk ruang kerjanya di bulan kedua Jaac menghilang, dan berakhir dengan membawa pergi Laplace's Demon. Namun, kemudian, jejak benda itu tidak terlacak setelah masuk ke ruang penelitian di lantai terbawah, sementara beberapa dari profesor itu tampak baik-baik saja dan masih bereliaran dengan sehat di gedung utama ini.

Ada beberapa kemungkinan menurut Jaac. Satu, benda itu dihancurkan, karena seperti kata Bon, menyalahi keberadaan tuhan. Atau dua, benda itu akhirnya dikembangkan, karena menyalahi keberadaan tuhan. Ada banyak profesor yang masih percaya pada sang kuasa seperti Bon, tetapi banyak juga yang sudah sama gilanya seperti Jaac tiga bulan yang lalu, yang sudah tidak bisa lagi membedakan derajat dirinya sebagai manusia dan derajat yang lebih tinggi Yang Maha Pencipta.

Jaac meraih permen yang ada di dalam toples kaca tak jauh dari tempatnya berdiri. Isi toples itu hanya tinggal seperempat, mungkin dalam beberapa jam ke depan Jaac sudah harus keluar untuk mengisi ulang asupan. Tetapi, Jaac benar-benar belum bisa tenang sebelum benda berbahaya itu ditemukan.

Jaac menyadari benda itu mengilang ketika menghidupkan sistem bluebird. Ruang kerjanya terasa menjadi lebih lapang dari yang seharusnya. Dia mendapati kabel-kabel yang seharusnya tersambung pada badan Laplce's Demon, terlepas dan berserakan di lantai. Dia juga mendapati beberapa dokumen berserakan, dan ketika melihat Bon dan Areta datang, Jaac teringat pada benda yang membuat mereka berdua takut. Sang Laplace's Demon.

Pemuda itu terus berkutat dengan layar komputer di hadapannya, berusaha memindai dan memeriksa ulang proporsi tubuh Laplace's Demon yang kemudian digunakan untuk melacaknya. Beruntung semua hasil kinerja dan penelitian Jaac tentang Laplace's Demon disimpan secara digital oleh bluebird, jadi semuanya masih aman tanpa kurang suatu apapun.

Setidaknya, saat ini, Jaac terus membuat kemungkinan pengembangan Laplace's Demon dari berbagai bidang, membuat prediksi apa yang dibutuhkan selanjutnya dari versi terakhir Laplace's Demon buatan Jaac. Sejauh ini, Jaac menemukan pembelian beberapa bahan sesuai dengan daftar prediksinya dalam jumlah besar, tetapi dengan itu pun, penelusuran Jaac masih belum mengalami perkembangan.

Hanya satu yang berkembang, firasat Jaac bahwa Laplace's Demon terus diperbaiki dan diperbaiki. Intuisi Jaac seperti memberi tahu bahwa keberadaan Laplace's Demon saat ini menjadi salah satu benda penelitian penting dengan status rahasia, karena itulah Jaac benar-benar kesulitan mencari jejaknya.

Jaac pernah ikut dalam penelitian seperti itu sebelumnya, empat tahun lalu, ketika membuat penelitian tentang menghidupkan kemampuan alami manusia untuk melakukan Esp. Tetapi penelitian itu berbau biologi dan Jaac memutuskan untuk hengkang setahun setelahnya.

Dan dari pengalamannya itu, Jaac tahu benar bahwa penelitian berstatus rahasia benar-benar sangat rahasia dengan keamanan yang benar-benar ketat. Bahkan hingga saat ini, status Jaac masih di bawah pengawasan departemen pengawas yang bertanggung jawab atas penelitian esp itu.

"Hei, Jaac. Aku menemukan salah satu orang yang kamu cari."

Jaac terpaku mendengar interupsi Bluebird. Dia menoleh dengan kaku, menatap salah satu layar monitor yang menampilkan data pribadi seseorang.

Karena pekerjaan yang banyak, Jaac tidak sempat memikirkan tentang Acacio Academy. Dia tidak punya waktu untuk itu, dan dia bahkan belum sempat berganti baju. Karena itu, satu-satunya hal yang bisa dia lakukan adalah mencari identitas teman-temannya. Jika mereka ditemukan, maka Acacio Academy benar-benar ada, dan Jaac tidak akan pernah lagi meragukannya. Jaac tidak akan pernah lagi mempertanyakan keajaiban dan keberadaan Sang Pencipta.

"Nyonya Elsi Wirasana. Beliau meninggal dua puluh tahun yang lalu di umur 64 tahun, dimakamkan di salah satu pemakaman tradisional di daerah kepulauan Nusantara yang masih bertahan hingga saat ini."

Bluebird masih terus membacakan biografi singkat Elsi dan membacakan biodatanya secara lengkap ketika Jaac jatuh terduduk di kursi empuknya. Dia menelan ludah, menatap kosong ke layar monitor dengan pikiran hampa.

Jaac tidak tahu harus berpikir seperti apa. Dia memang sudah menduga kalau mereka sungguhan ada, sekaligus berharap, tetapi ketika semuanya terjadi secara nyata seperti ini, Jaac jadi tidak tahu harus berbuat apa.

Mengerjap dan berusaha mengendalikan fokus, Jaac menatap layar monitor lagi dan memotong ucapan Bluebird.

"Apakah ada fotonya?"

"Aku bisa menemukannya dengan mudah. Ini dia. Beliau sempat sakit selama beberapa minggu karena itu foto terakhirnya ada di rumah sakit, tetapi dia meninggal dengan tenang. Laki-laki yang terlihat berada di sampingnya adalah saudara kembarnya, Elga Wirasana."

Jaac tersenyum menatap sepasang orang tua itu. Elsi tampak keriput duduk di kursi roda. Rambutnya sudah berubah putih tetapi masih tersisir lurus hingga sebahu, tampak seperti potongan rambut yang terakhir kali Jaac lihat. Di belakangnya, seorang kakek yang tak kalah keriput berdiri, memegang bagian belakang kursi roda Elsi. Mereka tersenyum ke arah kamera, tampak bahagia dengan wajah tuanya.

Jaac terisak tanpa sadar. Elsi tampaknya hidup dengan bahagia. Wajah itu, meski sudah lanjut usia, masih tetap seorang Elsi. Matanya, meski tampak hangat, tetapi itu adalah tatapan mata Elsi. Jaac memang tidak pernah melihat Elsi tersenyum lebar seumur hidupnya, tetapi itu pastilah senyuman yang hanya Elsi yang punya. Dia terlihat sangat cantik bahkan meski hanya memakai pakaian rumah sakit.

"Jaac, kenapa menangis?"

"Aku ... tidak ... ukh."

Jaac tergugu. Dia benar-benar merindukan Elsi. Jaac merindukan omelannya, ucapan dan tatapan matanya yang tajam, semua tentang dia yang tampak mengerikan. Tetapi lihatlah, nenek tua itu, tampak begitu rapuh dan hangat di saat bersamaan. Image yang tidak pernah Elsi tunjukkan, tetapi jelas bahwa mereka adalah orang yang sama.

Syukurlah kalau Elsi pulang dengan selamat. Syukurlah Elsi hidup dengan bahagia. Syukurlah Elsi mempunyai saudara yang terus menemaninya hingga akhir hayatnya. Jaac sudah khawatir perempuan sadis itu akan mati sendiri dan kesepian.

Jaac mengelap ingus, berusaha menahan isakannya.

"Bisa tunjukkan foto yang lebih muda?" tanya Jaac, kemudian menyedot ingusnya.

"Tentu."

Foto-foto baru bermunculan di layar monitor, menunjukkan foto Elsi dengan toga. Tampaknya dia lulus kuliah. Lihatlah wajahnya itu, masih belum berubah banyak dari yang Jaac kenali. Rambut hitamnya terpotong lurus sebahu, tatapan matanya masih tajam, tetapi wajahnya tampak lebih dewasa dan matang.

Jadi, Elsi umur berapa yang Jaac temui?

Satu foto lagi muncul membuat Jaac menahan senyum. Sebuah pas foto dengan kemeja putih. Rambut Elsi masih panjang, tatapan matanya masih tajam, dan wajahnya masih keras. Itu adalah foto ijazah SMA.

Astaga, jadi saat itu Elsi jauh lebih muda daripada Jaac?

Jadi, bagaimana gadis muda itu bisa mengintimidasi Jaac?

Jaac tersenyum kecil. Dia kembali menyedot ingus, sebelum kemudian terjebak dalam sisa-sisa kehidupan salah satu teman baiknya yang kini sudah bersatu dengan penciptanya.

Dan begitulah Jaac menghabiskan hari untuk memuaskan diri mengenang memori dan kisah yang ditinggalkan Elsi.

°†°†°†°

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro