Chapter 49: Rampung

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Jam 10.00 pagi di pusat Kota W.

Karena adanya kunjungan Perdana Menteri, jalan raya yang ada di sekitar gedung balai kota ditutup untuk umum. Namun, setiap masyarakat masih diizinkan untuk berada di jalan khusus pejalan kaki, agar tetap bisa melihat dari dekat.

Jarak antara layar LCD besar dengan balai kota, persis berhadapan. Hanya saja jaraknya cukup jauh, yakni sekitar 500 meter. Sepanjang 500 meter itu, membentang taman yang sangat luas.

Letak layar LCD besar tepat berada di seberang jalan. Jalan setapak yang berada di sekitarnya, sudah dipenuhi dengan banyak orang. Tepat di tiang penyangga layar LCD besar itu, Kazuya sedang bersandar dengan mengenakan jaket kulit hitam yang panjangnya sampai betis. Semua kancing jaketnya pun ditambatkan, sehingga badannya benar-benar tertutup.

"Kau yakin aku tidak akan dicurigai berpakaian seperti ini?" tanya Kazuya agak cemas.

"Tenang saja. Selama kau tidak menutupi wajahmu atau mengenakan kacamata hitam, kau hanyalah orang yang punya selera fashion berkelas, tidak lebih." jawab Ogura lewat alat komunikasi yang terpasang di telinga Kazuya.

"Kau sendiri ada di mana?" tanya Kazuya sambil melihat ke sekelilingnya, mencari keberadaan Ogura.

"Arah jam duamu. Di seberang jalan," jawab Ogura.

Kazuya pun melihat ke arah yang dimaksudkan oleh Ogura. Dia langsung merasa heran ketika melihat Ogura lebih tinggi dari sebelumnya. "Perasaanku saja, atau kau memang lebih tinggi?" tanyanya.

"Cih … kau mengejekku? Aku berdiri di pinggiran pekarangan bunga yang terbuat dari bata yang disusun," jawab Ogura dengan kesalnya.

"Pantas saja," ucap Kazuya dengan sedikit tertawa.

Di alat komunikasinya, Kazuya juga bisa mendengar suara Murasaki yang sedang tertawa kecil. "Murasaki, bagaimana situasinya?" tanyanya datar.

"Sejauh yang aku lihat, tidak ada penjagaan ketat ataupun berlebihan di sekitar sini." jawab Murasaki.

"Kau ada di mana?" tanya Ogura.

"Di dalam taman, arah jam empat. Aku bisa melihatmu dari sini," jawab Murasaki.

Kazuya pun mencari di mana Murasaki berada sesuai petunjuk yang diberikannya. Dia dapat melihat keberadaan Murasaki, namun samar-samar karena banyaknya orang yang berlalu-lalang.

"Baiklah, akan aku mulai." ucap Kazuya dengan serius.

"Osh," jawab Ogura dan Murasaki bersamaan.

Kazuya menepuk-nepuk bagian belakang paha kaki kirinya. Tak lama, Kiiro keluar dari balik jaket Kazuya membawa sebuah laptop kecil di tangannya. Dia terlihat kekurangan udara, hingga membuat napasnya terengah-engah.

"Kau baik-baik saja?" tanya Kazuya yang khawatir setelah melihat kondisi Kiiro.

"Aku baik-baik saja, tapi aku butuh udara terlebih dahulu." jawab Kiiro sambil mengatur napasnya perlahan.

"Mau bagaimana lagi, dari kita bertiga, badanmu lah yang paling kecil." ucap Ogura dengan sedikit tertawa.

"Jangan meledeknya, beri dia motivasi." ucap Kazuya agak kesal.

"Iya, iya aku tahu. Tapi, aku rasa dia tidak butuh. Bisa memelukmu selama itu, dia juga pasti sudah sangat senang. Ups … seharusnya aku tidak mengatakan hal itu," ucap Ogura dengan sedikit tertawa lagi.

Setelah mendengarkan perkataan Ogura, Kazuya mencari-cari keberadaan Murasaki. Benar saja, Murasaki sedang memandangnya dari kejauhan dengan tatapan penuh amarah. Dia bahkan langsung memalingkan wajahnya dari Kazuya, dan pergi dari tatapannya.

"Kau ini. Yang butuh motivasi itu Kiiro, bukan Murasaki." ucap Kazuya dengan kesalnya.

Ogura terlihat puas sekali setelah membuat Murasaki dan Kazuya sedikit berseteru. Di saat itu, tanpa mereka sadari, Kiiro sudah mulai melakukan peretasan.

"Sudah dimulai," ucap Kazuya setelah menyadari kalau Kiiro sudah memulai tugasnya.

Kazuya, Ogura, dan Murasaki sama-sama memasang pandangan mata mereka dengan saksama. Memastikan tidak adanya pihak yang bisa menggagalkan aksi mereka.

"Alasan kenapa Kiiro terjun langsung dalam misi ini adalah, dalam radius tiga kilometer dari balai kota, jalan sudah ditutup. Sehingga, kami tidak bisa membawa mobil van. Ditambah lagi dengan Kiiro yang menderita phobia keramaian, jadi dia tidak bisa ditinggalkan sendirian di jarak satu kilometer, jarak maksimal untuk mengendalikan 'Bad Boys' dari jarak jauh.

"Kalau aku berada di jarak satu kilometer bersama dengan Kiiro, kemudian Ogura yang memasangkan 'Bad Boys' dan hanya dijaga oleh Murasaki, risikonya terlalu besar. Tapi, dengan formasi seperti ini, selain sebagai penjaga Kiiro, aku juga bisa menjadi orang yang memasangkan 'Bad Boys' sekaligus mengawasi keadaan di sekitar. Jujur saja, aku penasaran apa yang ada di dalam isi kepalanya." gumam Kazuya dengan sedikit tersenyum sambil menatap ke arah Ogura.

Kazuya kembali melihat ke sekelilingnya untuk mengawasi. Pandangannya tiba-tiba tertuju pada sosok gadis kecil yang berdiri tidak jauh darinya, sedang melihat ke arahnya dan juga Kiiro. Gadis itu terlihat menarik-narik baju ibunya dan menunjuk-nunjuk ke arah Kazuya, seperti ingin memberitahukan apa yang dia lihat.

"Gawat, seorang gadis kecil menyadari keberadaan Kiiro dan ingin memberitahu ibunya." ucap Kazuya agak cemas.

"Hmm … biarpun sepele, itu bisa jadi malapetaka. Apalagi kalau ibunya ikut melihat kalian berdua. Kau punya cemilan atau sesuatu yang menggemaskan?" tanya Ogura.

Kazuya merogoh beberapa kantong yang ada pada jaket dan juga celananya. Dia berhasil menemukan sebuah permen yang masih terbungkus rapi di kantong celananya. "Aku ada sebuah permen," ucapnya.

"Tatap mata gadis itu, tunjukkan permen milikmu dengan tersenyum, beri isyarat agar dia diam dan tidak perlu memberitahukan kepada ibunya, berikan permennya. Misi selesai," ucap Ogura dengan santainya.

Kazuya melakukan persis seperti apa yang Ogura katakan. Gadis kecil itu menganggukkan kepalanya dengan tersenyum, setuju untuk bekerja sama dengan Kazuya.

Kazuya pun melemparkan permennya ke pada gadis kecil itu, yang kemudian berhasil ditangkapnya. Karena harus segera pergi, gadis kecil itu melambaikan tangannya kepada Kazuya dan Kazuya juga ikut melambaikan tangannya.

"Bisa melunakkan hati seorang gadis kecil. Kau akan menjadi ayah yang baik, Kazuya. Iya, kan, Murasaki?" tanya Ogura dengan serius.

"Hmm," ucap Murasaki pelan. Namun dengan cepat, dia tersadar karena telah tidak sengaja keceplosan menjawab pertanyaan Ogura. "Tidak, maksudku, maksudku, maksudku …" ucapnya yang terdengar sangat malu.

Ogura terlihat puas, sementara Kazuya hanya bisa diam saja tidak bisa berkomentar apapun.

Kazuya kembali bersandar pada tiang penyangga dan mengawasi kembali keadaan sekitar.

"Kazuya," ucap Ogura.

Kazuya pun menoleh ke arah Ogura berdiri. Dia melihat isyarat yang diberikan olehnya, yang menginginkan dirinya untuk melepaskan alat komunikasi yang terpasang pada telinga Kiiro.

Tanpa banyak bertanya, Kazuya pun melepaskan alat komunikasi yang ada pada telinga Kiiro. Tentu saja Kiiro tidak menyadarinya karena dia terlalu fokus dengan apa yang sedang dia kerjakan.

"Polisi di arah jam tiga," ucap Ogura dan langsung pergi dari tempatnya berdiri.

Kazuya pun menoleh ke kanan. Dia bisa melihat dua polisi yang sedang berjalan menuju ke arahnya. Kemudian, dia melihat ke layar laptop milik Kiiro. Di layarnya terlihat proses peretasan yang sudah mencapai 97%, hanya tinggal sedikit lagi.

"Berimprovisasi lah, Kazuya. Buat mereka berdua sibuk," ucap Ogura.

Kazuya pun menghampiri telinga Kiiro, karena ingin membisikkannya sesuatu. "Kalau sudah selesai, cabut alatnya dan berdiri layaknya tidak terjadi sesuatu. Mengerti?" bisiknya.

Kiiro menganggukkan kepalanya tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi karena alat komunikasinya yang sudah dilepas oleh Kazuya.

Kazuya pun menghampiri kedua polisi itu sebelum mereka terlalu dekat dengan lokasi di mana Kiiro berada.

"Selamat pagi," ucap Kazuya dengan tersenyum.

Kedua polisi itu pun berhenti tepat di hadapan Kazuya. "Selamat pagi," ucap keduanya bersamaan.

"Ada yang bisa kami bantu?" tanya salah satu polisi.

"Beberapa temanku belum sampai di sini, mereka terjebak di jalan menuju ke tempat ini. Kalau boleh aku tahu, di mana saja titik-titik yang masih bisa dilewati oleh mobil?" tanya Kazuya.

Dengan senang hati, polisi itu pun menjawab pertanyaan Kazuya. Ketika pertanyaannya sudah dijawab, Kazuya terus bertanya kembali mengenai hal yang saling berhubungan agar tidak dicurigai.

Setelah sekitar tiga menit berlalu, Kazuya melirik sejenak ke belakang, memastikan apakah Kiiro sudah selesai. Di satu sisi dia merasa lega, di sisi lain dia khawatir setelah melihat Kiiro. Kiiro memang sudah berdiri, namun dia terlihat ketakutan karena tidak ada Kazuya di sampingnya.

"Kalau begitu, terima kasih atas informasinya. Selamat bertugas kembali," ucap Kazuya dengan tersenyum.

"Sama-sama," ucap kedua polisi itu dengan tersenyum juga.

***

Taka dan Tomoya tiba di lantai lima Kantor Menteri Informasi dan Telekomunikasi Arufabetto dengan menggunakan lift. Mereka berdua langsung pergi menuju ke kamar mandi yang ada di bagian pojok. Sebelum menutup pintunya, Tomoya melihat keadaan sekitar, memastikan tidak ada siapapun di sana. Sementara itu, Taka mengecek apa kamar mandinya benar-benar kosong tidak ada orang.

Setelah dirasa aman, keduanya sama-sama mengeluarkan satu-persatu rakitan 'Bad Boys' yang mereka sembunyikan di bagian bawah sepatu yang mereka gunakan.

"Kau yakin, bisa merakitnya hanya dalam lima menit?" tanya Taka agak ragu.

"Tenang saja," ucap Tomoya dengan yakinnya.

"Basa-basi, Tomoya. Aku sudah tahu kau bisa melakukannya setelah melihat kantong matamu," gumam Taka dengan sedikit tersenyum.

Tomoya merakit satu-persatu 'Bad Boys' dengan cepat, namun teliti. Belum sampai lima menit, dia sudah selesai merakitnya.

"Menurut informasi yang diberikan oleh Akira, hanya ada tiga penjaga keamanan yang biasanya berpatroli mengelilingi bagian dalam gedung ini. Karena rute dan pola mereka berkeliling, acak. Aku tidak bisa memprediksi di mana mereka berada saat ini," ucap Taka sambil memegangi dagunya.

"Kalau begitu, kita hanya bisa menunggu sampai Reaper selesai dan ikut membantu kita menyusup dari pantauan CCTV." ucap Tomoya yang juga tidak punya cara lain.

"Masih berapa lama?" tanya Taka sambil memegang alat komunikasi di telinganya.

"Sebentar, aku masih menyalin rekaman videonya. Mataku bukan mata bunglon yang bisa melihat ke kedua arah yang berbeda di saat bersamaan," jawab Reaper dengan nada bercanda.

Setelah selesai menyalin rekaman video CCTV, Reaper pun mengubah tampilan CCTV yang berada di ruang pengawas dengan rekaman video yang sudah dimanipulasinya. Dengan begitu, keberadaan Taka dan Tomoya tidak akan disadari oleh penjaga di ruang pengawas.

"Seorang penjaga keamanan yang berpatroli, baru saja turun dari lantai enam. Kalian keluarlah dari sana," ucap Reaper.

Taka mengantongi 'Bad Boys' di balik jasnya, sementara Tomoya mengambil jarum beracun yang disembunyikan di jam tangannya, lalu mengepitnya di ibu jari tangan kanannya.

Keduanya pun keluar dari kamar mandi. Taka tetap diam berdiri di depan kamar mandi, sementara Tomoya menghampiri penjaga keamanan itu.

"Permisi, aku agak tersesat. Aku ingin melamar pekerjaan," ucap Tomoya sambil menunjukkan map yang dibawanya.

"Naiklah satu lantai, keluar dari lift, belok kanan, terus berjalan sampai ujung, belok kiri, ruangannya ada di sebelah kanan dengan pintu yang ditempelkan pengumuman." jawab penjaga keamanan itu.

"Entah mengapa aku seperti mengalami dejavu setelah mendengar jawabannya ini," gumam Tomoya dengan herannya.

Melihat Tomoya sudah berhasil mengalihkan sejenak penjaga keamanan, Taka langsung menuju ke ruangan pusat sistem berada. Reaper langsung membukakan pintu ruangan pusat sistem itu agar Taka bisa masuk, lalu menguncinya kembali begitu Taka sudah berada di dalam.

"Apa yang harus aku lakukan selanjutnya?" tanya Taka.

"Berjalanlah terus ke depan. Nanti, kau bisa melihat sebuah layar komputer berukuran sedang yang tertanam dalam mesin. Tarik bagian bawahnya di mana keyboard berada, masukkan kode sesuai dengan catatan yang sudah aku berikan padamu sebelumnya. Kalau sudah selesai, baru kau sambungkan 'Bad Boys' pada lubang USB yang berada di antara keyboard dan layar komputer."

Taka pun melakukan persis seperti apa yang Reaper katakan dengan teliti sampai selesai. Kini, dia hanya tinggal menunggu proses peretasan selesai.

"Bagaimana kondisimu, Tomoya?" tanya Taka datar.

Pertanyaan Taka tak juga direspon oleh Tomoya, membuatnya bingung dan heran.

"Tidak perlu bingung, Taka. Saat ini dia sedang tidak bisa diganggu karena sedang berperang melawan wawancara kerja," ucap Reaper dengan sedikit tertawa.

"Kalau begitu, semoga berhasil, Tomoya." ucap Taka datar, ikut meledek Tomoya.

Setelah Tomoya berhasil lolos dari terjangan panah pertanyaan-pertanyaan, Reaper berhasil menembus sistematika rumit pemrograman dan Taka selesai melamun karena tidak ada yang bisa dikerjakan, 'Bad Boys' berhasil meretas dengan sukses sistem pusat Kantor Menteri Informasi dan Telekomunikasi Arufabetto.

Taka keluar dari ruangan itu setelah Reaper memberitahukannya tidak ada siapapun di sana. Dia langsung menuju ke lift, berniat untuk menghampiri Tomoya.

Ketika lift sudah terbuka, Taka bisa melihat dengan jelas Tomoya yang sedang tertunduk lesu.

"Bagaimana, yakin bisa diterima?" ledek Taka dan langsung berdiri di sebelah Tomoya.

Tomoya menegakkan kepalanya kembali dan menoleh sejenak ke arah Taka. "Aku menjawabnya dengan asal-asalan, karena aku memang tidak serius untuk mengikuti wawancara itu. Tapi, aku malah diceramahi habis-habisan." ucapnya lesu.

Mereka berdua pun kembali ke mobil dan pergi menuju ke markas.

***

Jam 12.00 malam di markas Black Mask versi Fugusa.

Tim Ogura baru saja turun dari mesin hidrolik. Mereka berempat terlihat sangat kelelahan saat berjalan menuju ke ruangan rapat.

Sesampainya di sana, semua tim sudah berkumpul termasuk Ame, Karasu, dan juga Shingo. Mereka sudah menunggu kedatangan Tim Ogura sejak tadi.

Ame pun bangkit dan berdiri di hadapan mereka semua. "Semuanya sudah berkumpul di sini, artinya persiapan penting sudah rampung. Sekarang hanya perlu menyiapkan beberapa hal lagi, lalu setelah itu kita bisa merealisasikan rencana kita. Rencana untuk mengguncang Arufabetto," ucapnya dengan serius.

Bersambung.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro