Chapter 9: Camkan dalam Benakmu

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Setelah hampir satu jam lamanya perjalanan, tim Troublemaker tiba di markas mereka yang diberikan oleh Mr. Y. Mereka turun dari mini bus, kemudian berdiri bersampingan tepat di depan tempat yang akan menjadi markas mereka itu.

“Mengenaskan.” Taka, Asuka, Yume, dan Kuro dengan serempak mengutarakan tempat itu dengan ekspresi datar mereka masing-masing.

“Heh … aku kira tempatnya akan terlihat eksklusif.” Kaguya langsung lesu begitu ekspetasinya terjun bebas.

“Menyeramkan sekali ….” Ame tak berani mengutarakan rasa takutnya karena tidak mau diremehkan yang lain.

“Aku sudah duga tempatnya pasti akan terlihat lusuh dari luar agar tidak dicurigai, tapi aku tidak menyangka kalau selusuh ini.” Ogura dengan penuh emosi langsung menendang pintu gerbang yang hanya dikunci dengan rantai yang sudah karatan. Sontak, pintu gerbang itu pun terbuka, yang langsung membuat Ame terkejut setengah mati.

Mereka bertujuh masuk satu-persatu ke dalam pekarangan markas mereka. Ame yang berjalan di paling belakang, melihat Taka yang berjalan di depannya mengeluarkan pistol dari balik jaketnya dan bersiaga dengan pistolnya itu.

“Ke—Ke—Kenapa kau bersiaga dengan pistolmu, Taka?” tanya Ame terus melihat ke arah pistol Taka tanpa berkedip sedikitpun.

Taka melirik sejenak ke arah Ame dengan tatapan datarnya. “Mencegah terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan.”

“Tapi, pistol tidak bisa menembus badan hantu.” Kuro yang berjalan di samping Taka, membicarakan sesuatu yang membuat Ame semakin takut saja. Namun, tak hanya Ame, Yume yang juga mendengar perkataan Kuro langsung menggandeng tangan Asuka.

Asuka agak terkejut begitu Yume menggandeng tangannya. “Kau kan balapan setiap malam, kenapa malah takut dengan hal-hal semacam itu?”

Yume menggandeng semakin erat tangan Asuka dan perlahan menatap ke arahnya dengan ekspresi takut. “Entah sudah berapa kali aku melihat hal-hal semacam itu setiap kali balapan. Itulah salah satu alasanku selalu menang. Aku pasti langsung tancap gas setiap kali melihat hal itu tanpa sengaja.”

Asuka, Kaguya, dan Ogura pun sedikit tertawa setelah mendengarkan perkataan Yume. Sementara Taka dan Kuro hanya diam saja. Kalau Ame … saat ini dia tengah disibukkan dengan rasa takutnya sendiri sehingga tidak memperhatikannya.

Setelah tiba di pintu masuk markas yang terlihat seperti gudang dari luar itu, Ogura mengambil kunci dari dalam kantong jaketnya. Begitu sudah tak terkunci, dengan perlahan Ogura mendorong kedua pintunya.

“Gelap ….” Yume langsung bersembunyi di belakang badan Asuka, begitu juga dengan Ame yang lagsung bersembunyi di belakang badan Taka.

Ogura menyalakan senter di ponselnya, kemudian masuk ke dalam untuk mencari di mana tombol lampunya berada. Namun, setelah menemukannya dan menekan tombolnya, lampu di tempat itu tak menyala. Ogura kembali menghampiri rekan-rekannya untuk memberitahukan hal itu.

“Lampunya tidak menyala setelah saklarnya kutekan. Aliran listriknya pasti dimatikan. Itu artinya, kita harus mencari pembangkit listrik tempat ini, kemudian menyalakannya.” Tatapan Ogura terlihat sangat jengkel saat mengatakan hal itu.

Taka mengambil teropong inframerah berukuran kecil dari dalam jaketnya, kemudian mulai mencari keberadaan pembangkit listrik berada. “Tempat ini bekas Game Center. Tak ada cahaya yang masuk karena jendela-jendelanya ditutupi kayu triplek.”

“Deskripsinya nanti saja setelah lampunya menyala. Sekarang carilah di mana pembangkit listriknya berada.” Ogura terlihat agak kesal melihat Taka membicarakan hal itu, bukan mencari pembangkit listrik seperti yang dimintanya.

“Ketemu. Di pojok kiri.” Taka memberikan teropongnya kepada Ogura, agar Ogura bisa melihatnya sendiri.

“Aku melihatnya. Kalau begitu, siapa yang akan menyalakannya?” Ogura pun menatap ke arah enam rekannya.

Asuka mengangkat tangannya, lalu menurunkannya setelah mereka semua menatap ke arahnya. “Tidak mungkin aku atau Yume, karena kita ini perempuan.”

Ogura menyilangkan kedua tangannya di dada dan geleng-geleng kepala. “Di saat seperti ini, baru kau mengaku dengan bangga kalau kau itu perempuan.”

Mendengar ucapan Ogura yang menyebalkan, Asuka sangat ingin melayangkan pukulannya untuk melampiaskan kekesalannya itu.

“Kalau begitu, salah satu dari kita berlima lah yang harus masuk ke dalam.” Ogura mengembalikan teropong milik Taka, kemudian berdiri menghadap ke arah anggota laki-laki tim Troublemaker. Kuro, Kaguya dan Taka terlihat tenang, sementara Ame semakin gemetaran karena takut kalau dirinya lah yang harus masuk ke dalam.

“Hanya ada satu cara untuk menentukan siapa yang harus masuk.” Ogura menjulurkan tangannya ke depan, diikuti juga dengan yang lain. Meski tangannya gemetar, Ame pun ikut menjulurkan tangannya ke depan.

“Batu, gunting, kertas!” teriak kelimanya dengan lantang.

Setelah lima putaran, akhirnya Taka lah yang terpilih untuk masuk ke dalam. Ame terlihat sangat lega karena sudah lolos dari maut. Begitu Taka sudah masuk, menyalakan pembangkit listriknya, dan memberi tanda pada Ogura. Ogura segera menyalakan lampunya.

Kini, mereka semua bisa melihat dengan jelas rupa markas mereka. Benar apa yang dikatakan oleh Taka sebelumnya, tempat ini memang merupakan sebuah Game Center yang sudah tidak terpakai lagi. Ada arena bermain bowling, billiard, dan beberapa mesin mainan.

Sementara yang lainnya menelusuri markas, Ogura tengah menelepon jasa pembersihan untuk datang membersihkan tempat yang keadaannya benar-benar sangat kotor ini. Bahkan, Ogura juga bersedia membayar ekstra agar markas ini cepat dibersihkan. Begitu petugas pembersihan datang dan mulai membersihkan markas, anggota Troublemaker pun berkumpul di depan markas.

“Untuk saat ini, tak ada lagi yang bisa kita kerjakan karena butuh waktu yang lama untuk membersihkan markas itu. Jadi, kalau kalian mau pulang, silahkan saja. Besok, kita akan berkumpul lagi di sini sekitar jam sepuluh pagi.” Setelah Ogura mengatakan hal itu, Ame terlihat sangat senang, sementara yang lainnya terlihat biasa saja.

Mereka saling bertukar nomor ponsel dan alamat e-mail, agar bisa berkomunikasi satu sama lain. Ame punya tiga buah nomor ponsel dan empat alamat e-mail, namun mereka berenam bisa memakluminya karena profesi Ame.

Setelah saling bertukar nomor ponsel dengan Ogura, Ame memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas dan menatap Ogura dengan serius. “Aku belum selesai mencari datang yang kau minta. Setelah sampai di apartemen, akan aku teruskan. Sebelum jam delapan malam, aku akan memberikan datanya padamu tentang siapa-siapa saja karyawan Kasino Kota H yang berhutang pada Yakuza atau lintah darat.”

Ogura tertawa kecil karena kagum mendengar Ame serius melakukan apa yang dimintanya. “Baiklah. Akan aku tunggu dengan senang hati. Tapi, boleh aku bertanya?”

“Apa?” Dalam hatinya, Ame merasa bingung dan takut di saat yang bersamaan.

“Kau begadang nanti malam, kan?” Pertanyaan Ogura langsung direspon Ame dengan anggukkan kepala. “Kalau begitu, aku butuh bantuanmu meretas sesuatu nanti malam.”

Ame bingung dengan perkataan Ogura, tapi dia takut bertanya. Jadi, dia hanya bisa mengira-ngira pertolongan apa yang dibutuhkan Ogura.

Mereka semua bubar setelah bertukar nomor ponsel dan alamat e-mail, terkecuali Taka dan Ogura. Ogura terlihat sibuk dengan ponselnya, sementara Taka terus menatap tajam ke arah Ogura.

Menyadari Taka sedang menatapnya, Ogura menoleh ke arah Taka dan menatapnya dengan tersenyum. “Wajahmu mengatakan, ada sesuatu yang ingin kau bicarakan denganku.”

“Buatku, Kuro, Kaguya, Asuka, dan Yume percaya denganmu adalah perkara yang mudah. Karena kami tahu seberapa pintarnya dirimu dalam membuat rencana dan tentang dirimu yang selalu bisa menyelesaikan tugas dengan risiko yang kecil. Tapi, lawanmu saat ini adalah ‘Black Mask’. Kalau kau salah mengambil langkah satu kali saja, kita semua akan terbunuh. Camkan lah perkataanku ini di dalam benakmu.” Taka langsung pergi meninggalkan Ogura sambil terus menatapnya dengan tajam beberapa saat.

Bukannya terbebani dengan perkataan Taka barusan, Ogura justru tertawa kecil dan menggeleng-gelengkan kepalanya. “Seram … seram … seram….”

***

Waktu sudah menunjukkan pukul dua malam. Kasino di Kota H baru saja tutup. Seorang pria yang bekerja sebagai bandar di sebuah meja judi, terlihat begitu lesu saat tengah menyebrangi jalan. Tatapannya terasa hampa setiap kali hembusan napasnya berhembus. Di saat pria itu sedang berjalan, tak jauh di depannya berdiri seseorang yang tengah menyandar di tiang lampu, menggunakan jaket hitam dan kepalanya tertutupi kupluk jaketnya. Karena merasa ada yang janggal, pria itu mempercepat langkahnya melewati orang itu.

“Osamu Youu, itu kan namamu?”

Sontak, pria itu menghentikan langkahnya begitu orang itu menegurnya. “Benar. Ada urusan apa denganku? Apa kau orang yang dikirim penagih hutang itu?”

Orang itu tertawa sambil membuka kupluk jaket yang menutupi wajahnya dan berdiri menghadap ke arah Youu. “Bukan. Aku adalah utusan Dewa yang datang ke sini untuk membantumu melunasi hutang-hutang itu.”

Adrenalin Youu tersentak. “Tidak mungkin. Kau pasti hanya ingin memanfaatkanku saja, kan? Setelah hutangku kau lunasi, aku akan berhutang padamu.”

Orang itu pun kembali bersandar pada tiang lampu dan menatap ke langit luas. “Kau berhutang karena judi, lalu kau melunasi hutangmu dengan cara bekerja sebagai bandar judi. Hal yang sangat lucu. Judi yang melukaimu, tapi judi juga yang mengobatinya. Menyedihkan.”

Youu merasa cukup kesal dengan perkataan orang itu. Dia pun berbalik badan bermaksud pergi meninggalkan orang itu.

“Aku menawarkanmu sebuah pekerjaan. Kalau berhasil, aku akan melunasi hutang-hutangmu beserta bunganya. Kalau kau tidak mau, aku akan mencari bandar lain yang mau.”

Mendengarkan hal itu, Youu langsung mengurungkan niatnya dan berbalik badan kembali menghadap ke arah orang itu yang sudah berjalan meninggalkannya. “Tunggu!” Teriakan Youu membuat Orang itu menghentikan langkahnya dan berbalik badan kembali. “Aku terima pekerjaan itu.”

Orang itu berjalan menghampiri Youu sambil mengambil sesuatu dari dalam dompetnya. Dia mengeluarkan secarik kertas, kemudian memberikannya kepada Youu. “Lusa datanglah ke alamat itu jam sepuluh pagi. Kalau ada seseorang yang bertanya siapa dirimu, jawablah kalau Ogura yang memintamu untuk datang. Mengerti?”

Youu menganggukkan kepalanya dan menerima kertas yang diberikan oleh orang itu. Setelah mengeluarkan senyumannya, orang itu pergi meninggalkan Youu bersama dengan tawa kecil yang dapat didengar jelas olehnya.

Bersambung.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro