Val - Confess

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

𖥨¡!🌻 𝐉𝐞𝐚𝐥𝐨𝐮𝐬! 𝐕𝐚𝐥 𝐱 𝐑𝐞𝐚𝐝𝐞𝐫𝐬 𖦹´
〃@lunaria_co [Aegis Orta] ╱̷
‣ Story : Nathalie 〃
[1566 Words].
Warn : OOC, Cringe, Gaje.
▭▬▭▬▭▬▭▬

✎  ... ❛❛Confess.❜❜
» Request : creatory_venus , dan user lainnya yg minta Val x Reader :). «

Semilir angin sore berhembus cukup kencang, menerbangkan beberapa anak surai pirangnya.

Tubuhnya yang masih kecil, senyuman hangatnya, benar-benar memikat siapapun yang akan melihat sosoknya kini.

"Namaku Val Gregory!" Ujarnya, memperkenalkan diri seraya tersenyum manis.

"Namaku. . . [Name], [Full Name]."

✃ —————— ✃

Mentari pagi telah memancarkan sinarnya sedari tadi.

[Name], gadis itu memasuki pekarangan sekolahnya dengan semangat, memasuki kelas, dan menyapa beberapa temannya yang ia kenal.

"Selamat pagi Jay, Jin! Kalian pagi sekali datang ke sekolah ya, sangat bersemangat." Sapa [Name], menyapa kedua temannya yang sedang mengobrol di depan kelas.

"Eh iya 'kah? tentu saja bersemangat! Bersemangat untuk cepat-cepat mendapatkan uang jajan, HAHAHAHHA!" Ujar Jay dengan gelak tawanya yang tak karuan, sedang Jin dan dirimu hanya menggelengkan kepala melihat tingkah lakunya.

Namun, Atensi [Name] tiba-tiba jatuh pada Val yang tengah duduk seorang diri di dalam kelas, memandang ke arah luar jendela, seolah tengah memikirkan sesuatu dengan serius.

"Hai Val, selamat pagi! Kamu melamun ya? sedang memikirkan apa?" [Name] melambaikan tangan mungilnya di depan wajah teman masa kecilnya, Val Gregory.

Val seketika tersentak, "E-eh?! i-iya selamat pagi juga untukmu [Name]! A-ah apa? aku tengah memikirkanmu, EH BUKAN-BUKAN!" Val berujar dengan kelabakan, lantas mulai berdiri dan langsung saja pergi; berlari dengan cepat, meninggalkan [Name] yang tengah di landa kebingungan atas sikap Val baru saja.

"MAAFKAN AKU [NAME]!" teriaknya keras sebelum ia pergi keluar dari ruangan kelas.

"Ah. . . Val kenapa, sih?" [Name] bergumam pelan.

✃ —————— ✃

[Val Gregory POV.]

"Silahkan di buka buku paket matematika halaman 69."

Jam pelajaran pertama sudah di mulai sejak 5 menit yang lalu, aku membuka buku paket besar matematika, mencari halaman 69 yang telah di maksudkan guru sedari tadi.

Guru mulai menjelaskan tentang rumus-rumus matematika yang membuatku jenuh, menguap pelan sebab merasa bosan.

Kalau boleh jujurpun, mapel ini yang paling ingin aku hindari, materi dengan rumus-rumus menyebalkannya yang tak pernahku pahami.

Lebih baik memahami cintaku pada [Name], eaaa.

Aku jadi cengengesan sendiri, untung tidak ada yang melihatnya, bisa-bisa aku di sangka gila.

Aku menguap pelan sekali lagi, lantas aku mulai melirik sedikit [Name] yang duduk di bangku sebelahku.

Ia tampak serius mendengarkan dan mencatat materi-materi dan rumus rumit yang di lontarkan oleh guru di depan kelas.

Yah, [Name] memang anak baik, cantik, rajin dan pintar, berbeda jauh denganku.

Bagaimana bisa aku mungkin menyukainya yang sempurna bak malaikat itu? rasanya mustahil jika di bayangkan.

Lagipula, untuk apa aku membayangkannya? sudah jelas aku tak pantas untuk bersanding dengan [Name].

Kalau di lihat dari segi manapun, [Name] yang sempurna itu lebih cocok bersanding dengan Jin, anak orang kaya terlampau sempurna dariku ini.

Aku jelas hanya anak biasa bermata merah menyala yang aneh, dengan nilai pengetahuan dan wajah yang pas-pasan.

Ah, mengingat netraku yang berbeda ini, aku jadi mengingat masa kecilku dengan [Name] yang dulu masih anak perempuan yang pemalu, tapi sungguh, ia cukup berani kala itu.

Flashback.

Seperti biasa, anak-anak nakal itu mengataiku dengan buruk soal netraku yang bak iblis jahat ini.

Aku masih kecil, sekitar umur 8 tahun.

Tentu saja aku menangis, di hadapan [Name] pula, itu sungguh memalukan.

[Name] mengelus puncuk surai pirangku dengan lembut, lantas mulai berkacak pinggang di hadapan anak-anak nakal yang mengataiku tadi.

"K-kalian, kalian bisa tidak jangan menganggu Val sehari saja! Tidak tau malu, mengatai anak orang seenaknya, pulang dan mandi sana dulu! baru mengatai anak orang, dasar anak nakal, bau belum mandi!" [Name] mulai berceloteh dengan ganas.

Namun, tiap baris kalimat yang ia lontarkan malah membuatku mengeluarkan gelak tawaku, namun tentu saja aku tahan.

"A-apa?! dasar anak perempuan aneh! Akan aku laporkan kamu ke keluargamu!" ujar salah satu dari mereka, ikut berkacak pinggang.

[Name] yang masih kecil tersentak, ia tak suka jika seseorang membahas tentang keluarganya yang sekarang sudah tak harmonis itu lagi, "Anak jelek, jangan membawa bawa keluargaku! pergi dan pulang sana, hush! Mandi sana, dasar bau!"

Anak-anak nakal itu berdecih kasar dan akhirnya bubar setelah di ceramahi oleh [Name] tentang bau badan mereka.

"Fyuhh~ mereka sudah pergi, Val! Aduh. . . Aku malu sekali berkata seperti itu!" [Name] menutup wajahnya dengan kedua tangan mungilnya.

"Hahahaha! [Name] lucu sekali! Tapi kamu sangat berani, [Name]! Kapan aku bisa seberani [Name] ya. . .?" kini aku yang mulai berceloteh tidak jelas.

"Saat Val sudah dewasa?"

"Ah, [Name] benar! Saat dewasa nanti, aku akan menjadi berani, berganti melindungi [Name] seperti [Name] hari ini!" Aku mengepalkan tangan kananku, mengangkatnya tinggi-tinggi ke udara.

"Iya, hehe." [Name] terkekeh kecil, melihat tawa kecilnya membuat perutku seperti di terbangi oleh ribuan kupu-kupu yang indah.

Aku kembali tersenyum-senyum tidak jelas, kesemsem sendiri.

"—Al!"
"VAL!"

Aku tersentak terkejut kala mendengar guru di depan meneriaki namaku dengan keras, "I-iya bu?!"

"Kamu nyengir-nyengir sendiri, dengar tidak apa yang ibu guru jelaskan tadi?"

"A-anu. . . itu— dengar kok bu," kataku, tersenyum masam.

Nyatanya, sedari tadi aku tidak memperhatikan guru menjelaskan materi, kepalaku sedari tadi berputar-putar mengenai kenangan lamaku dengan [Name], semoga saja guru tidak menyuruhku untuk mengerjakan salah satu soal karna kepergok senyum senyum tidak jelas.

"Baik, dengarkan dengan baik agar kamu mengerti, jangan menyengir tidak jelas begitu." ujar sang guru, aku hanya terkekeh pelan.

Ini begitu memalukan.

[Val Gregory POV end].

[Name] mengulas senyum manis di kala netra [E.C]nya bersirobok dengan netra merah menyala milik Val, "Kau tidak apa-apa 'kan, Val?"

"A-ah iya, aku tidak apa-apa, terima kasih telah mengkhawatirkanku." Val berujar seraya menggaruk pipinya yang tak gatal.

✃ —————— ✃

Sekolah telah usai sejak beberapa menit yang lalu, kelaspun kini hanya tersisa [Name], beberapa murid dan seorang guru yang masih mencatat sesuatu di bukunya.

[Name] membereskan beberapa bukunya, memasukkannya ke dalam tas ransel [Fav Colour] miliknya.

"Eh, [Name]. Bisa tolong bantu ibu sebentar?" celetuk sang guru tiba-tiba.

"Ah, tentu saja bu." ujarmu, mengulas senyum.

"Tolong bawa beberapa buku ini ke ruang guru ya, tolong banget ya [Name]." tutur sang guru, menunjuk beberapa tumpukan buku yang sedikit menjulang tinggi itu.

"Baik!"

✃ —————— ✃

[Name] melangkahkan kaki mungilnya perlahan-lahan di koridor kelas dengan setumpuk buku yang hampir menjulang tinggi melebihi batas tinggi badan di kedua tangannya.

[Name] bergumam pelan, "Bukunya berat juga ya ampun."

Srett!

"Mari aku bantu!" ujar Jay, menyengir seraya merebut beberapa tumpuk buku dari [Name].

"Aku juga, berikan padaku [Name]." celetuk Val yang berada dibelakang tubuh Jay.

"Eh, tidak-tidak. Aku tidak ingin merepotkan kalian!" [Name] merengek, merasa sangat merepotkan teman-temannya.

"Tidak apa-apa, disini yang terlihat repot itu justru kau, [Name]." ujar Val, sama halnya dengan Jay, ia merebut langsung sisa tumpuk buku yang berada di tangan [Name].

[Name] mengusap wajahnya gusar, "Aduh, maaf merepotkan kalian ya. Demi tuhan aku pasti sangat merepotkan kalian!"

"Tidak kok! Sudah tugas pria untuk membantu para kaum wanita, apalagi kalau perempuannya cantik seperti yang disebelahku, haha!" cengir Jay seraya terkekeh, menyenggol pelan lengan [Name].

"Dasar gombalan buaya, haha!" disusul dengan tawa ceria oleh [Name].

Mengundang rasa gejolak tak mengenakan dari dalam perasaan Val yang sedari tadi menyimak.

"Aku tidak suka, walau aku tau Jay hanya bercanda." gumam Val, yang cukup terdengar samar hingga ke indera pendengaran milik [Name].

"Val, kamu mengatakan sesuatu?"

Suasana kembali menjadi hening, canggung.

"T-tidak, hanya saja. . . aku merasa sedikit. . . cemburu?" ujar Val terang-terangan.

"APA? JANGAN-JANGAN KAU MENARUH PERASAAN PADA [NAME]?!" teriak Jay penuh semangat.

"A-APA? TIDAK, TIDAK KOK!" elak Val kelabakan, rona merah mulai menjalar disekitar kedua pipi Val.

Jay mengulas semirik penuh arti, "Ah masa sih? tapi rona wajahmu mengatakan hal yang lain lho~"

"Eh, eh? iya lho, memerah. Kamu lucu sekali Val!" goda [Name], menyikut lengan Val.

"Kiww Val, ngaku aja~"

"BAIK, BAIKLAH. AKU, AKU SUKA PADAMU, [NAME]. AKU MEMANG MENARUH PERASAANN!" Teriak Val, hingga bergema diseluruh penjuru koridor, terdengar begitu jelas diindera penderangan ketiganya.

Suasana kembali menjadi hening, bunyi jangkrik menghiasi atmosfer sekitar.

Membelalakkan mata, Val mengatur napasnya yang tersengal-sengal akibat berteriak. Seperti biasa, mulutnya sama sekali tak bisa diajak berkompromi.

"J-JADI— JADI KAU—" Jay terbata-bata, "Tak apa Val, aku mendukungmu!" dukung Jay tiba-tiba.

"DASAR, KAU MEMBUATKU TERKEJUT!" - Val.

"Tapi. . . itu kau serius, Val? kukira bercanda, sial." ujar [Name] seraya memalingkan wajah.

"Iya, a-aku, aku serius. Ah, aku merasa malu sekali!!"

"Ekhem— aku mau ke ruang guru lebih dulu!" sergah Jay, langsung melesat cepat meninggalkan keduanya.

"O-oi Jayy! Aduh, anak kurang ajar." umpat [Name].

"..."

"..."

"[Name]? jadi. . . bagaimana?" menunduk, Val merasa tak siap walau ia begitu penasaran dengan jawaban yang akan dilontarkan oleh teman masa kecilnya, [Name].

"M-maaf Val," memalingkan wajah, "Aku. . . tidak bisa—"

"AHHH SUDAH AKU DUGAA!" Val berteriak frustasi, "Kalau begitu, tolong lupakan ucapanku baru saja! tolong lupakan, anggap saja aku tadi berbohong!!"

"Val, kamu tidak ingin mendengar semuanya lebih dulu?"

"APA? MAU MENDENGAR KAU MENOLAKKU? AHH AKU TIDAK BISA—"

"MAKSUDKU, AKU TIDAK BISA MENOLAKMU, ANAK BODOH! MAKANYA DENGARKAN AKU DULU SAMPAI SELESAI!"

Dengan kesal, [Name] memukul kepala Val dengan cukup keras, hingga Val meringis kesakitan.

"MAAF— TAPI, TAPI AKU— Apa? apa kau bilang tadi?"

"Aku tak bisa menolakmu."

BRAKKK!

Val membelalakan mata, menjatuhkan semua buku yang berada di tangannya, sehingga menghasilkan bunyi yang cukup keras di koridor kelas.

"Sepertinya aku sedang bermimpi." - Val.

[Val Gregory].

VAL - CONFESS
[END].
▭▬▭▬▭▬▭▬

hallo! Y AK TAU INI CRINGE YA, MAAP AJA NIH.

AKU, AKU BINGUNG— BGT.

DAN— MAAF GA UP LAMA BGT:(

Anw di webtoon, Aegis Orta udh back lagi ya, udh ga hiatus. Seneng deh. APALAGI— BISA LIAT MAMMON PAS KECIL. EHMM GEMES 😭✨.

Okeh, udh gtu aja. Oh iya, maaf kalau tidak sesuai dgn request-an, aku, aku sdh berusaha dgn keras.

Jadi, maap aja kalau ga sesuai ekspetasi (╥﹏╥).

[28 Agustus 2021].

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro