Bagian 27《New Life》

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Katanya setia itu ada namun kenyataannya hanya sebatas kata-kata

-Aprillia Dhella Aurora

"Del, sarapan dulu sana sama nenek."

Malas. Terlalu malas jika ia terus di perintah-perintah olehnya. Namun apa dayalah ia yang hanya dititipkan oleh keluarganya. Perusahaan ayahnya bangkrut, terpaksa ayah beserta ibunya harus tinggal di Jerman untuk menggembalikan keadaan perusahan tersebut.

"Iya."

Di meja makan sudah terdapat banyak hidangan namun tetap saja Della tidak begitu minat. Sarah-nenek Gustian dan cowok itu memperhatikan gadis tersebut. "Del, makan!" bentaknya. Baru kali ini gadis itu di bentak oleh Gustian.

Tidak menyelesaikan makanannya. Dhella bergegas menenggak susu disampingnya hingga habis lalu berpamitan kepada Sarah. "Oma, Della pamit dulu ya."

Hening. Di meja makan sekarang tinggal Sarah dan Gustian. "Kamu seharusnya nggak ngebentak dia, Gusti!" katanya menggeram.

"Tapi Gusti nggak sengaja Oma." balasnya menatap neneknya.

Sarah menghela napasnya. "Kamu kejar dia sekarang. Kamu antar Della dulu ke sekolah barunya lalu kamu nanti pergi ke kampusmu."

"Baiklah Oma. Gusti berangkat dulu." Cowok itu menyalimi neneknya lalu melesat

"DEL, TUNGGU!!!"

Gustian berhasil mencekal tangan gadis berseragam putih abu-abu tersebut. "Apa?" tanyanya tanpa menatap cowok tersebut.

"Bareng aku aja ya,"

Hanya sebuah dehaman yang keluar dari mulut Della.

"Ya udah ayok,"

Sepasang kekasih itu menaiki mobil cowok tersebut. Sudah sekitar dua puluh menitan akhirnya mobil sedan berwarna putih pun berhenti di depan gerbang sekolah.

Di atas gerbang tersebut tertera nama sekolahannya yaitu SMA Starlight. Di depan gerbang sudah ada satpam. Della turun dari mobil tanpa mengucapkan sepatah kata.

"Pagi Neng. Murid baru ya?" sambut satpam dengan senyuman ramah.

Lalu di balas Della dengan senyum yang tak kalah ramah. "Pagi juga pak. Iya pak saya murid baru."

Banyak yang memperhatikan Della saat ini. Jujur, ia sangat tidak suka jadi bahan tontonan. Banyak tatapan memuji karena kecantikannya namun ia hanya tersenyum tipis.

Saat gadis dengan rambut terurai tersebut menunduk tatapannya jatuh pada tali sepatunya lepas. Ia jongkok namun belum sempat ia melakukannya tiba-tiba ia ditabrak oleh seseorang.

"Woi kalau jalan tuh jangan nunduk! Kena tabrak gue kan." Semprot cowok tersebut.

Kemudian cowok dengan baju dikeluarkan itu membantu Della untuk kembali berdiri. Namun segera gadis itu tepis. "Harusnya lo! Kalau jalan tuh pake mata jangan pake dengkul."

"Di bantuin malah ngomel. Dasar cewek," cibirnya.

"Lo!"

"Lah lo rupanya."

Mereka mengucapkannya secara bersamaan.

"Sorry gue beneran nggak tau. Tadi buru-buru banget soalnya." Cowok itu meminta maaf namun Della pergi begitu saja.

"Lah anjir. Kacang. Cantik-cantik tapi sombong." decaknya.

"HAHAHAHAHAHA. Gue ngakak astaga."

"Wheheheh mampusss."

Kedua temannya datang dari belakang langsung terbahak. "Wah mampuss ahahahah."

"Diem lo pada." Cowok itu sebal lalu pergi meninggalkan kedua temannya.

"Gue masih ngakak anjir."

"Sama gue juga."

"Yud, lah pea si Dewa maen pergi aja." ucap cowok berkulit putih dengan senyuman yang bisa mengikat gadis manapun.

"Bodo Yan," Pratama Yudha mengikuti kemana temannya tadi pergi.

Rian tak bergeming. Sekitar lima detik ia baru tersadar bahwa ia ditinggal pergi oleh temannya. "Woi tunggu gue." katanya lalu mengejar Yudha dan Dewa.

¤¤¤¤¤

"Assalamualaikum anak-anak."

Suara lantang tersebut dari wali kelas mereka. Dan sekarang mereka sudah kelas 12 IPA 1.

"Waalaikumsalam pak." balas mereka tak kalah lantang.

"Saya akan memperkenalkan kalian dengan murid baru di kelas ini."

"Cewek atau cowok pak? Kalau cowok lumayan lah buat jadi pacar saya."

"Siapa pak?"

"Cantik nggak pak?"

Banyak pertanyaan yang keluar dari mulut murid-murid di kelas ini. "Diam anak-anak." lerai Pak Andri selaku wali kelas mereka.

"Silahkan masuk," katanya.

Gadis dengan seragam khas SMA Starlight melangkahkan kaki memasuki kelasnya yang akan ditempati selama satu tahun terakhir ini. Tatapan murid kini jatuh pada dirinya.

"Perkenalkan nama saya Aprillia Della Aurora. Pindahan dari SMA Nusantara. Terima kasih."

Usai memperkenalkan dirinya, ia di suruh duduk di tempat kosong. Dan hanya ada satu, di ujung belakang namun ada seorang cewek yang duduk disana. Dengan langkah pelan, gadis itu meminta izin kepada gadis yang tengah terduduk tersebut.

"Gue boleh duduk?" tanya Della tersenyum.

"Bolehlah, emang ini tempat setan? Bukanlah? Duduk aja lah." balasnya lalu menggeser tas nya agar gadis tersebut bisa duduk.

"Kenalin nama gue Della." gadis itu mengulurkan tangannya.

Gadis yang tengah terduduk membalas uluran tangan Della. "Gue Chelsea." katanya tersenyum simpul.

"Anak bola ya lo?"

Chelsea Sabrina mengernyitkan keningnya lalu tertawa. "Lo orang ke seribu yang nanya kek gitu."

"Why? Gue salah ngomong ya?"

"Not. Semua orang pada nanya itu ke gue, bajibun dah astaga. Gue sih nggak terlalu suka bola tapi bokap gue yang suka yaa jadi gitulah." Balasnya terkekeh geli.

Pelajaran telah dimulai. Murid-murid tampak lesu karena sekarang pelajaran matematika. Oh kalian tau lah betapa kejamnya matematika bagi mereka. Mweheheheh.

"Del, lo ada pensil kagak?" tanya Chelsea mencari kotak pensilnya tetapi disana tidak ada pensil.

Della yang sedang menulis langsung menoleh ke arah Chelsea. "Gue ada. Mau pinjam?"

"Heh gue nanya ya berarti gue pinjem oneng." katanya akrab.

Mereka malah tertawa. "Otak lo gesrek juga ternyata." tambahnya.

"Alhamdulillah."

"Tuh kan pea astaga. Mau gue ceburin ke got tapi dia temen gue." gumam Chelsea namun masih terdengar jelas di telinga Della.

"Lo ngomong apa hm?" tanyanya.

Chelsea hanya nyengir sembari menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal. "Hmm nggak hehehe."

¤¤¤¤¤

"Bolos kuy,"

"Lah dasar dungong! Gue mampusin lo kalau ketahuan bokap lo. Hahahahah." cibir Davin Bintang Anandra. Cowok cassanova yang terkenal di SMA Starlight karena ketampanannya. Cowok ternakal namun juga cowok terpintar kedua setelah Pratama Yudha.

"Yehhh si anjir malah ngegas."

Yudha menanggapinya, "Kalem Yan kalem. Ehehehehe."

Rian Surya Permana. Cowok blasteran Bandung-Jogja yang otaknya rada gesrek tersebut ternyata anak dari ketua yayasan SMA Starlight. Ganteng sih ganteng tapi otaknya yang nggak beres.

Mereka sekarang sedang berada di kantin tepatnya di meja yang dari kelas 10 ditempati oleh mereka. Banyak adik kelasnya bahkan teman seangkatannya menatap memuja namun mereka sama sekali tidak menanggapinya.

"Ewh ada cecan tuh." tunjuk Rian pada seorang gadis yang membawa semangkok mie ayam bingung mencari tempat duduk.

"Kesempatan dalam kesempitan." decak Davin yang memakan batagornya dan Yudha hanya menggelengkan kepalanya pelan. Heran dengan tingkah laku Rian yang tidak berubah dari dulu.

Rian mendekati gadis yang diliriknya tadi. "Eh Neng cari tempat duduk ya?" tanyanya.

"Neng Neng Neng gue bukan Neneng." ketusnya lalu meninggalkan Rian yang masih terbengong. Sedangkan kedua temannya yang tengah melihatnya tertawa terbahak.

"Belum apa-apa aja udah di tolak. Mampus." tutur Davin lalu ia membisikkan sesuatu pada Yudha.

Kedua cowok itu beranjak dari kursinya lalu mengatakan, "Bu Sum, makanannya dibayar sama Rian ya."

"Yehh tolol kalian anjir." decak Rian mendengus kesal.

Davin dan Yudha kemudian lari untuk menghindari amukan dari temannya sambil sesekali tertawa. "Ngakak gue lihat ekspresi Rian tadi." Davin berkata.

"Sama. Gue juga." Yudha menanggapi dengan tenang.

Dan Rian masih dikantin dengan muka tololnya, kedua temannya tadi hilang entah kemana. Dia merogoh saku seragamnya namun tidak ia temukan uangnya. "Mampus. Uang gue ketinggalan di kelas."

"Bu Sum," panggil Rian pada penjual batagor tadi.

"Apa Den?" tanya Bu Sum ramah.

"Rian ngutang dulu ya." Rian nyengir sembari mengaruk tenguknya.

Bu Sum berkacak pingang menatap Rian. "Heh! Kamu ya, ngutang mulu hobinya. Uang kemarin aja belum kamu lunasi dan sekarang mau ngutang lagi?"

Sekarang ia menjadi bahan tontonan gratis. "Yaellah Bu, nanti saya bayar deh. Ini mau ngambil uang dulu di kelas." belum sempat meninggalkan area tersebut Bu Sum sudah menjewer telinga Rian.

"Astaga Bu, tega amat deh sama saya. Nanti saya lap---"

"Laporkan kemana Rian? Yang ada saya laporkan kamu ke ayahmu karena sering ngutang."

Skakmat.

"Mampus."

-COMPLICATED LOVE-

◾◾◾◾◾◾◾◾◾◾◾◾

Wehhh Rian tolol_-
W

kwkwk yang mau jadi pacarnya Rian boleh kok, ngantri sana ngantri nanti Della daptarin tapi kalau Rian mauuu yaaa hehehehe
Mwahhhh see you next time alll

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro