15. False Freedom

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Atas dasar apa aku harus merubah statusku menjadi istrimu?" tanya Renesya sarkastis. Amarahnya nyaris memuncak, Renesya menarik napas susah payah untuk meredakan emosinya yang hampir mencapai ujung. Ia tidak habis pikir apa yang ada di dalam otak pria itu.

"Asal kau tau nona, tidak ada satupun orang yang bisa menjaminmu kecuali kau memiliki hubungan kerabat dengan mereka, apa kau memiliki saudara, paman? Atau siapapun yang bisa membantumu keluar dari sini?"

Pertanyaan tersebut sukses menohok hati Renesya, selama ini dia tinggal sendirian, tidak memiliki siapapun, dirinya berada di negara ini juga atas pencapaiannya sendiri, tidak dengan bantuan orang lain, kejeniusan otaknya membuat dia berhasil mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan hingga dia lulus dan berhasil memperoleh pekerjaan bagus sesuai passionnya, sudah lima tahun dia berada di negara ini dan kehidupannya selalu terencana dengan baik. Hingga dia bertemu pria mengerikan macam Marcus, yang membuat kehidupannya kacau.

Kebisuan Renesya membuat Marcus merasa menang, dia sangat yakin kediaman gadis itu merupakan tanda persetujuan. "Dan aku akan memberikan penawaran yang saling menguntungkan untuk kita." tambahnya lagi seraya menatap Renesya dengan pandangan angkuh, bibirnya menipis, dengan senyuman tertahan.

Menguntungkan katamu?" timpal Renesya tidak yakin, mengerutkan keningnya tidak mengerti, dari sisi mana mereka bisa saling menguntungkan? sudah sangat jelas disini hanyalah dirinya yang paling dirugikan. Okey! Renesya tidak melupakan fakta bahwa pria itu juga mengalami kerugian financial akibat insiden yang dia lakukan, tapi ia juga yakin seorang Marcus Jo tidak mungkin jatuh bangkrut hanya karena permasalahan sekecil itu.

Siapapun yang menilai, terlihat jelas dialah yang paling merugi, meskipun tidak ada pihak manapun yang dapat membenarkan perbuatannya, tapi Renesya juga manusia yang berhak membela diri, dia memiliki alasan untuk melakukan hal tersebut.

Tertangkapnya Renesya tentu saja menjadi sorotan publik, dan karena adanya beberapa fakta yang tertutupi tentu saja masyarakat hanya tahu cara menggunjingkannya, tidak memahami betul apa yang sebenarnya terjadi. Nama baiknya kini telah hancur, dan hidupnya tidak akan kembali seperti semula.

"Hanya seorang suami yang bisa menjamin istrinya agar terbebas dari jerat hukum, itulah mengapa kau harus sudi merubah statusmu menjadi istriku."

"Untuk apa kau repot-repot melakukan ini?" Renesya memicingkan matanya curiga dengan tindakan Marcus. Dia sungguh tidak mengerti.

"Kau tidak perlu mengerti apapun, aku memiliki alasan tersendiri kenapa melakukannya, dan aku tidak berniat menjelaskan secara rinci kepadamu, yang perlu kau ketahui hanyalah tugasmu untuk membayar ganti rugi seluruh kekacauan yang kau buat, dan yang terpenting kau bisa bebas dari sini."

"Aku pasti akan membayar semuanya!" tekannya kemudian. Renesya merasa harga dirinya direndahkan oleh pria di depannya ini.

"Anggap saja kita sedang melakukan perjanjian." senyuman samar tersirat di sudut bibir Marcus." Ini adalah salinan surat kontrak perjanjian, kau bisa mempelajari klausul-klausul yang telah kuajukan." Marcus mengulurkan map bersampul biru pada Renesya. Namun gadis itu nampak tidak tertarik. Ia hanya melihatnya sekilas lalu membuang muka.

"Kau bisa merevisi beberapa poin yang kau ingin jika terasa kurang sesuai."

"Apa kau berpikir aku akan menyetujui perjanjian konyol ini?" Renesya mengabaikan map yang tergeletak di atas meja tersebut. Tidak berniat membukanya sama sekali. Entah perjanjian apapun yang Marcus ajukan dia tidak peduli.

"Aku sudah mengupayakan jalan keluar terbaik untuk permasalahan kita nona, dan semua terserah padamu, kau bisa bebas dengan jaminan, segala yang kau miliki bisa kembali seperti semula, dengan catatan kau menyetujui segala klausul yang kuajukan. Atau kau bisa memilih kebebasan dengan caramu sendiri dan aku tidak bisa menjelaskan secara rinci resiko apa saja yang akan kau hadapi."

"Dan sudah pasti aku memiliki kebebasan dengan caraku sendiri, terimakasih atas kemurahan hatimu tuan."

Perdebatannya dengan Marcus beberapa waktu lalu terus berkelebat di otak Renesya, gadis itu tidak mengerti apa yang sebenarnya Marcus inginkan darinya? dan untuk apa pria itu repot-repot mengajukan sebuah perjanjian yang sudah pasti akan ditolak olehnya. Menjadi istri seorang 'Mucikari' Renesya bergidik memikirkan hal itu. Namun kenyataan pahit yang dia hadapai saat ini sungguh menamparnya telak. Renesya benci mengakui jika dia sudah kalah satu langkah.

Dalam kamus hidupnya Renesya hanya ingin menikah dengan sosok pria yang mencintainya- dan benar-benar dia cintai, sejauh ini Renesya belum pernah merasakan apa itu namanya mencintai dan dicintai. Namun dia sudah bertekad saat merasakan hal itu nanti- hanyalah kepada calon suaminya kelak. Bukan kepada sembarangan pria yang hanya tidak sengaja hadir dan mengobrak-abrik ketenangan hidupnya.

Tidak pernah terbersit sedetikpun dalam dirinya akan menghadapi permasalahan sepelik ini, hidupnya selalu teratur dan terurus, tidak pernah sekalipun Renesya melakukan kesalahan teramat fatal yang mengakibatkan masalah runyam pada dirinya. Pilihan yang Marcus ajukan sama saja dengan menjatuhkannya, tidak peduli memakai cara apapun Marcus menjaminnya, hidup Renesya tidak akan pernah sama lagi, masa depanya telah hancur.

Renesya menolak saat Marcus akan mengantarkannya pulang. Setelah segala urusan administrasi selesai Renesya telah resmi dinyatakan bebas bersyarat tapi dia masih harus wajib lapor setiap satu bulan sekali. Dan disinilah dia sekarang─ duduk seorang diri di bangku bus paling belakang sambil merenungi nasibnya. Renesya tahu kebebasannya ini hanyalah semu belaka, dia menolak perjanjian yang Marcus ajukan tentu saja dengan resiko yang harus siap dia hadapi. Marcus menghabiskan uang jutaan dollar untuk menjaminnya dan dia harus melunasi itu semua beserta kerugian yang telah dia sebabkan sebelumnya. Renesya mengingat ucapan Marcus bahwa statusnya saat ini adalah istri sahnya di mata negara.

Ya! Renesya memang telah menandatangani surat pernikahan sebagai bukti bahwa Marcus berhak menjamin kebebasannya dari penjara, dan secara hukum pria itu adalah suaminya. Renesya tidak pernah membayangkan dia akan menandatangani surat sepenting itu di dalam penjara. Renesya terpaksa melakukannya karena dia tidak ingin lebih lama lagi berada di tempat itu. Statusnya saat ini hanya Renesya gunakan untuk memudahknnya terbebas dari jerat hukum. Sedangkan dia tetap memilih kebebasaanya sendiri, tidak ingin terikat dengan Marcus. Ia menolak perjanjian yg Marcus ajukan, Renesya berjanji akan melakukn segala cara untuk melunasi hutangnya.

Mata coklat Renesya terfokus pada jendela kaca bus yang menampilkan pemandangan luar yang menampilkan gedung-gedung tinggi yang terbias cahaya jingga. Hari sudah mulai petang Renesya memang sengaja tidak naik taksi karena uang yang dibawanya tidak cukup, uang yang dipinjami Grace saat menjenguknya kemarin sudah dia habiskan untuk membeli keperluan lain saat di penjara, dan dia dengan percaya diri menolak kebaikan hati Marcus yang ingin mengantarnya.

Bus yang Renesya tumpangi berhenti pada salah satu halte di kawasan Fifth Avenue, halte tersebut tidak terlalu jauh dari apartemennya, Renesya hanya perlu berjalan kaki sekitar seratus meter. Renesya mengetatkan mantel coat bulunya setelah keluar dari bus dan berjalan melintasi trotoar di sepanjang Fifth Avenue, langkahnya mengalun perlahan seiring dengan embusan napasnya yang mengalun tenang. Renesya bahkan tidak menyadari jika sejak tadi ada sosok lain yang mengamatinya dari kejauhan.

Chieva
9 Juni 2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro