22. You Again

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Gadis itu berdiri kaku, terlihat ragu dengan langkahnya antara ingin terus berjalan atau berputar arah. Mata hitam pekat milik Marcus memicing, tidak sabar menanti. Seolah kesempatan di depannya saat ini hanya terjadi sekali di dalam hidupnya. Hingga pada akhirnya dia menyerah pada egonya yang memaksa tetap bertahan.

Marcus melangkahkan kakinya, meninggalkan wanita yang dia tahu bernama Sarah itu, dia tidak peduli meskipun Sarah nampak keberatan saat Marcus meninggalkannya.

Marcus memusatkan perhatiannya pada titik fokus yang diincarnya sejak tadi, langkah kakinya perlahan mendekat, semakin mendekat pada objek yang sejak tadi menjadi titik fokusnya, dan bergumam dalam hati sambil tertawa sinis.

Kali ini Marcus akan memastikan gadis itu benar-benar masuk ke dalam dekapannya. Meskipun memiliki hubungan terikat apalagi serius dengan seorang wanita tidak ada dalam kamus hidupnya, dia memang bukanlah tipe pria yang bisa memandang masa depan dengan cara semestinya, menikah ─ berumah tangga adalah pilihan terakhir dalam hidupnya jika memang sudah tidak ada lagi alasan yang membuatnya menolak gagasan tersebut.

Sedangkan apa yang dia pilih saat ini merupakan salah satu tahap yang harus dilakukannya untuk mencapai sebuah tujuan, dan itu berarti Marcus memang memiliki alasan mengapa dia mau melakukannya, meskipun hal itu sangat bertolak belakang dengan prinsip yang dia pegang selama ini.

Berkomitmen dengan seorang gadis adalah pilihan pertama dan terakhirnya. Kita lihat! apa seorang Marcus mampu bertahan dengan komitmen yang dipilihnya kali ini, atau membuang begitu saja setelah berhasil dengan tujuannya.

***

Renesya menghela napas dalam, berusaha menenangkan diri dan meyakinkan hatinya bahwa pilihannya kali ini benar, ya dia benar bukan? ini hanya sebuah party di cafe, petugas hotel sempat mengatakan jika party ini untuk merayakan anniversary hotel tersebut. Bayangan tentang klub yang sempat Renesya datangi waktu itu tentunya sangat jauh.

Renesya merasa tidak tega melihat Hanna yang murung seharian karena tidak ada yang menemaninya, gadis itu sangat ingin datang tapi tidak berani pergi sendiri, Renesya tidak sampai hati membiarkan Hanna pergi sendirian, apalagi gadis itu tidak mengenal siapapun di Negara ini, hanya dirinya yang bisa diandalkan, well! setidaknya begitulah posisi mereka saat ini meskipun Renesya tidak yakin apa dirinya memang bisa diandalkan. Setidaknya Renesya lebih lama tinggal di New York daripada Hanna yang bisa dikatakan hanya turis sementara.

Petugas hotel yang sempat mereka tanya mengatakan bahwa acara party tersebut diadakan di cafe yang terletak di lantai paling atas. Saat ini mereka berdua sudah berada di dalam lift, sejak tadi Hanna tidak berhenti tersenyum senang karena apa yang dia inginkan akhirnya terwujud. Tadinya gadis itu sempat putus asa karena tidak berhasil membujuk Renesya. Tapi diluar dugaan justru Renesya sendiri yang mau meluluhkan hatinya dan bersedia menemani Hanna datang ke pesta ini. Lagipula sayang bukan ada undangan gratis tapi tidak dimanfaatkan ─begitu kata Renesya tadi. Mangkanya dia memutuskan ikut menemani Hanna, dengan dalih sebagai perayaan perkenalan mereka sebagai partner berbagi kamar, terkesan aneh memang tapi itulah alasan Hanna mengapa dia bersikeras ingin datang ke pesta tersebut. Selain ingin melupakan masalahnya dengan pria bernama Aiden.

Renesya memakai gaun terusan selutut berwarna salem ber-Applique lace dibagian tengah, sedikit melebar di bagian pinggang hingga ke bawah, gaun itu lebih tertutup dan terlihat sopan, Renesya tidak tahu apakah gaun yang dia kenakan akan cocok dengan acara malam.ini, lagipula dia tidak berniat lama-lama berada ditempat itu, toh kalaupun salah memakai dresscode dia tidak perduli. Hanya gaun-gaun sederhana seperti inilah yang dia punya. Renesya kapok memakai gaun sedikit terbuka seperti waktu itu, dia juga sangat terpaksa memakainya karena bujuk rayuan Grace.

Sedangkan Hanna, gadis itu memakai gaun lebih berani, yang menampilkan keindahan pundaknya, panjang gaun tersebut hanya sebatas lututnya, berwarna hitam dengan aksen brukat dibagian punggung. Gaun itu merupakan hasil buruan kilatnya bersama Renesya sebelum mereka mempersiapkan diri datang ke pesta ini. Hanna bertekat malam.ini dia harus mendapatkan pria tampan New York agar bisa menemani waktu bersenang-senangnya di kota ini.

Mereka baru saja keluar dari lift, keduanya melihat diujung lorong terdapat pintu kaca besar yang mreka yakini tempat diadakannya pesta. Lorong ini terlihat cukup panjang, Renesya dan Hanna harus berjalan beberapa meter lagi untuk sampai di depan pintu tersebut.

Sambil melangkahkan kaki, dalam diamnya Renesya mengamati penampilan beberapa tamu lain yang jauh lebih elegan, tidak sebanding dengan gaun sederhana yang dipakainya. Renesya beranggapan, mungkin yang datang ke pesta ini merupakan kalangan-kalangan bangsawan kelas atas atau pemilik saham.yang bekerja sama dengan pengelola hotel.

Belum masuk ke dalam saja, Renesya sudah merasa salah tempat, saat ini yang dia inginkan adalah berbalik menuju kamarnya, menenggelamkan tubuhnya ke atas kasur. Renesya merasa enggan meneruskan langkahnya, tapi dia tidak tega melihat wajah antusias Hanna yang berjalan di sampingnya.

Dua orang penjaga menanyakan undangan saat mereka sudah sampai di depan pintu. Karena hanya yang memiliki undangan saja yang bisa masuk ke pesta tersebut. Kecuali bagi tamu-tamu khusus yang memang sudah mendapat rekomendasi.

Hanna menyerahkan kertas tipis bermotif emas itu kepada salah satu penjaga seraya menguarkan senyum manis. Setelah memeriksa undangannya, dua orang penjaga itu mempersilahkan mereka masuk.

Tiba-tiba saja Renesya menghentikan langkahnya saat mereka baru saja melewati pintu, membuat Hanna mengerutkan kening dan ikut berhenti.

"Ada apa?"

"Sepertinya aku tidak yakin, lebih baik kau saja yang masuk, aku akan menungumu di luar, hubungi aku jika terjadi sesuatu." Renesya sudah memutar kembali tubuhnya, mengurungkan niatnya untuk masuk. Hanna bahkan belum sempat membuka suara untuk menghentikan keinginan Renesya.

Renesya merasakan pergelangan tangannya ditarik, membuatnya menghentikan langkah dan kembali menolehkan kepalanya.

"KAU!!" Renesya membulatkan matanya, tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Gadis itu berusaha membebaskan tangannya, tapi cengkraman itu begitu kuat. Sedangkan Hanna yang tidak mengerti drama apa yang dilihatnya saat ini hanya bisa terdiam di tempat, gadis itu sedikit meminggirkan tubuhnya untuk memberi jalan pada tamu- tamu lain yang akan masuk, Sebenarnya tadi Hanna cukup syock ketika mata coklatnya menangkap sosok pria tampan dengan stelan Blacksuit Wings Collar datang menghampiri mereka. Dan yang lebih mengejutkan lagi sepertinya Renesya mengenal pria itu.

Marcus menguarkan senyum paling mematikan miliknya saat mendapati wajah syock Renesya. Detik itu juga dia menarik tangan Renesya agar lebih dekat dengannya, karena ada rombongan tamu lain yang akan lewat di dekat mereka.

"Kau menghalangi jalan mereka honey." Marcus berbisik di samping telinganya, Renesya menegang dengan kedekatan tubuh mereka yang dipaksakan. Lengan Marcus melingkari punggunya. "Kau juga sangat cantik malam ini" tambahnya lagi membuat pipi Renesya tiba-tiba memanas..

"Kalian saling mengenal." suara itu berasal dari Hanna yang sejak tadi menjadi penonton, dan sama sekali tidak mengerti skenario apa yang sedang mereka lakukan. Pertanyaan Hanna menyadarkan Renesya, sontak membuat gadis itu langsung medorong tubuh Marcus agar menjauh darinya.

Chieva
08 Juli 2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro