37. Unexpected

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Apa yang kau dapatkan?" Pertanyaan itu langsung menguar tepat ketika pintu ruangannya baru saja terbuka.

Sesosok pria berbadan tegap dengan setelan resmi, melangkah perlahan mendekatinya. Lalu duduk tenang pada kursi di seberang meja kebesarannya. Keningnya berkerut dalam tatkala pria suruhannya itu tidak segera membuka suara.

"Cepat katakan!" sergahnya tidak sabar.

"Mereka belum menemukannya." Embusan napas lega terdengar."Tuan muda berhasil menyembunyikannya lebih dulu, " tambahnya lagi.

"Bagus!"

"Apa kau sudah mengetahui rencana apalagi yang akan dilakukannya?"

"Saya rasa belum ada rencana terbaru dari tuan muda."

"Sialan! Anak itu lamban sekali, kita tidak memiliki banyak waktu." geramnya menahan amarah.

Pria yang merupakan asisten kepercayaannya itu tampak berpikir, seolah ingin mengatakan sesuatu. Antara iya dan tidak, dia takut tuan besarnya akan marah jika mendengar kabar yang akan ia katakan. "Tuan muda meminta waktu selama 3 tiga bulan." ujarnya kemudian.

"Apa kau bilang?"

"Ya! Sepertinya mereka memiliki perjanjian secara pribadi dalam konteks lainnya."

"Cari tahu apa yang sedang direncanakan anak itu. Dan bawa gadis itu padaku secepatnya!"

"Baik Sir."

***

Seumur hidupnya, Renesya tidak pernah menyangka ia akan mengalami kejadian, seperti adegan-adegan di sebuah film yang pernah ia tonton. Mata tertutup, tangan terikat dan lebih buruknya lagi mulutnya tersumpal. Tuhaan!! apakah dirinya akan mati dengan cara seperti ini? Diculik lalu terbunuh tanpa seorang pun yang mengetahui dimana keberadaannya. Lalu, eksistensinya di Negara orang ini akan dilupakan begitu saja. Renesya menggelengkan kepalanya kuat. Itu mengerikan, sungguh! Renesya masih ingin hidup lebih lama lagi, terkutuklah, dirinya yang belum pernah merasakan jatuh cinta. Renesya baru menyesali kehidupan monoton yang ia jalani selama ini, seharusnya ia mengencani banyak pria. Damn it!

Renesya berharap ini semua hanyalah mimpi buruk yang akan segera berlalu, ya! ini tidak nyata, dia hanya bermimpi bukan? sejak tadi ia hanya bisa menangis dalam diam.

"Kau sudah menyiapkan semuanya."

"Sudah Sir."

"Bagus, tuan kita akan segera menyusul."

Renesya dapat mendengar pembicaraan dua orang lelaki yang duduk di samping kanan dan kirinya. 'Tuan' . Tuan siapa yang mereka maksud? Renesya sangat yakin, selama sisa hidupnya ia tidak pernah memiliki musuh dengan siapapun. Lalu apa tujuan mereka melakukan ini padanya? Renesya berusaha meronta tapi gerakannya sia-sia, justru hal itu malah menyakiti dirinya sendiri. Baru kali ini ia benar-benar menyesal karena tidak mengikuti perkataan Marcus, andai dia tidak tidak nekat berangkat ke kantor mungkin nasibnya tidak akan menjadi seperti ini.

Beberapa saat kemudian, Renesya merasakan mobil yang ia tumpangi berhenti. Rasa takut semakin menggerogoti jiwanya. Ya Tuhan! Bagaimana nasibnya setelah ini.

Pintu mobil terbuka, lengannya ditarik paksa agar ia segera turun. Tidak ada yang bisa Renesya lakukan kecuali pasrah mengikuti langkah seseorang yang menariknya.

Renesya tau, saat ini mereka sedang berada di dalam lift, pergerakan kotak besi itu membawanya semakin ke atas. Segala pikiran buruk berkecamuk di otaknya. Apakah ia akan dibunuh dengan cara dijatuhkan dari atap gedung ini. Siapapun tolong aku!! jerit Renesya dalam hati. Demi Tuhan! dirinya sedang menjadi korban penculikan, kenapa tidak ada satupun orang yang curiga saat melihatnya? Ingin sekali Renesya berteriak, membuat kehebohan agar mengundang banyak perhatian, sayangnya keinginan tersebut hanya tertelan lagi di tenggorokan karena dirinya tidak akan bisa bersuara dengan mulut yang masih tersumpal, sialan!

Kain sialan yang menutup mulutnya kemudian dibuka, detik itu pula, Renesya langsung menyemburkan sumpah serapahnya, pada siapapun orang di samping kiri dan kanannya.

"SIALAAN, KEPARAT! LEPASKAN AKU SEKARANG JUGA, ATAU KALIAN AKAN MENYESAL." Renesya berusaha meronta lagi, kedua kakinya justru dipaksa melangkah keluar dari lift.

"BAJINGAN! SIAPA YANG MENYURUH KALIAN, HAH!"

"Maaf nona, sepertinya kami harus menenangkanmu."

Seseorang membekap Renesya dengan sapu tangan obat bius, dengan seketika, tubuh gadis itu sontak lemas, lalu kehilangan kesadarannya.

***

"Kau yang akan tidur di kamar ini, dan aku yang disana." Tunjuk Aiden pada sebuah pintu yang terletak di seberang mereka. Setelah beberapa jam lamanya, akhirnya mereka menemukan sebuah apartement yang cocok untuk ditinggali sementara waktu selama mereka berada di New York. Apartemen tersebut sangat sederhana namun terlihat nyaman selain itu harga sewanya juga cukup terjangkau. Dengan desain minimalis, terdapat ada dua kamar tidur, ruang tamu yang merangkap sebagai ruang tengah, sebuah dapur dan satu kamar mandi yang berseberangan dengan dapur. Sangat cukup jika ditempati mereka berdua.

"Bereskan barang-barangmu segera, setelah ini kita makan malam diluar saja." Aiden beranjak dari sofa yang berada di tengah ruangan. lalu berjalan menuju kamarnya. Pria itu kembali menoleh karena merasa tidak ada pergerakan apapun di belakangnya.

Aiden menggelengkan kepalanya gemas, pria itu berajalan cepat menghampiri Hanna kembali.

"Kau semakin aneh sejak kita pulang dari apartemen tadi." Hanna mengerjab saat menyadari Aiden berdiri tepat di depannya, dengan wajah menunduk menatapnya lekat.

"Ada yang kau sembunyikan, heeumm."

"Ti— tidak.! " Hanna tergagap menjawab pertannya Aiden.

Kata 'tidak' berarti memiliki arti sebaliknya, Aiden terlalu mengenal Hanna.

"Bereskan barang-barangmu dulu, kita akan membicarakannya saat makan malam nanti, kau harus mengatakan apapun yang kau ketahui."

***

"Renesya... Renesya...."

"Kau tidak apa-apa."

"Ayo bangunlah dear."

"Sialan!! Aku akan menuntut mereka semua yang membuatmu seperti."

Renesya merasakan seseorang menepuk-nepuk pipinya. Kedua matanya mengerjab perlahan, berusaha menyesuaikan diri dengan cahaya terang di sekitarnya.

"Oh my God! Kau sudah bangun darling!"seru sebuah suara yang terdengar lembut namun sangat antusias. Tepukan di kedua pipinya semakin terasa kencang, membuat Renesya meringis. Gadis itupun membuka kedua matanya semakin lebar, kesadaran mulai terkumpul penuh di otaknya. Kabur dari penthouse — menunggu taksi — seseorang menculiknya. Ia langsung terlonjak dari tempat tidur, membuat Grace yang membungkuk di hadapannya kaget dan mundur seketika.

"Calm down dear!" Grace mencoba menenangkan Renesya. Raut wajah gadis itu terlihat tidak baik-baik saja tentunya.

"Grace bagaimana kau bisa ada disini?" Raut wajah Renesya mengartikan sebuah kebingungan yang amat sangat. Pandangan matanya mengedar ke sekeliling, lalu mengamati tubuhnya sendiri. Tidak ada satupun yang terlihat salah. Tangannya sudah tidak terikat, matanya tidak lagi tertutup, membuatnya leluasa mengamati setiap detail ruangan yang lebih mirip seperti Suit Room mewah di sebuah hotel berbintang. Apa yang terjadi sebenarnya? mungkinkah ada seseorang yang menyelamatkannya? apakah itu Marcus? Segala pertanyaan berkelebat di benak Renesya.

Seolah mengerti dengan segala kemelut di otak Renesya."Simpan dulu segala rasa ingin tahumu dear, ada hal lebih penting yang harus kita lakukan." sergah Grrace tidak sabar. Tentu saja ia telah bersabar sejak tadi menunggu Renesya bangun dari ketidaksadarannya. Gadis itu menarik Renesya turun dari ranjang.

"Setidaknya kau harus memberitahuku kita sedang dimana, dan bagaimana kau bisa muncul disini."

"Kita berada di Atlanta Hotel , beberapa jam lagi pesta pernikahanmu dengan Marcus akan digelar di Ballroom Hotel ini."

"WHAAATT!" pekik Renesya dengan mata membulat sempurna.

"Oh! dear aku tidak tuli, bisa pelankan suaramu sedikit."

"Kau sedang bercanda Grace." kekeh Renesya tidak terima. Gadis itu menolak saat Grace memintanya duduk didepan meja rias.

"Keberadaanku disini sudah menjadi bukti bahwa aku tidak sedang bercanda!" seru Grace gemas seraya menyilangkan kedua tangannya didepan dada. "Jika kau ingin tau lebih jauh, tanyakan saja langsung pada suamimu." Renesya semakin tidak mengerti dengan maksud keinginan Marcus, pria itu selalu melakukan apapun tanpa repot-repot bertanya padanya.

"Sekarang yang lebih penting adalah mengubahmu menjadi ratu semalam."

Renesya tidak mampu lagi mengelak ketika beberapa orang masuk ke dalam kamar tersebut, membawa segala perlengkapan yang akan Renesya kenakan, seperti gaun, aksesoris dan hal-hal lainnya yang tidak ia mengerti, gadis itu hanya bisa memutar bola matanya malas melihat betapa antusiasnya Grace.

***

Chieva
29 November 2022

FYI!! Aku terharu bnget di part kmaren trnyta masih ada yg nungguin cerita ini, kukira krna saking lamanya udh pada males baca 😢😢

Maaf bnget ya krna lama updetnya.. aq usahakan cerita ini sampai tamat tapi dimohon sabar..🙏

Ditunggu vote dan comentarnya biar aku makin semangat nulis...😘😘

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro