39. Gift For Us

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Mereka berdua berjalan beriringan memasuki aula pesta, semua mata memandang ke arah mereka dengan berbagai macam ekspresi. Grace dan Matthew juga berdiri diantara tamu lainnya. Sahabatnya itu melemparkan kedipan genit padanya, lalu Renesya melihat Grace tertawa menghadap Matt, seolah apa yang dilihatnya saat ini adalah lelucon konyol. Mananya yang lucu, huh!

Tangan Renesya melingkar semakin erat di lengan Marcus. Diam-diam keringat dingin meluncur disela pori-porinya. Ini kali pertama ia menjadi pemeran utama dalam sebuah pesta. Sejauh ini pesta yang pernah ia datangi hanyalah anniversary perusahaan, dan terakhir, saat ia datang ke pesta atas bujukan Hanna.

Renesya gugup tentu saja. Demi Tuhan! Ia tidak pernah dan tidak suka menjadi pusat perhatian. Meskipun dirinya seorang penulis terkenal, namun tidak banyak orang yang mengetahui siapa dia sebenarnya, kecuali orang-orang dibalik meja redaksi yang selama ini menjadi kawan dan rekan timnya. Renesya bersembunyi dibalik kepopuleran nama penanya-Ren, tidak boleh ada satupun orang yang tau jika penulis terkenal Ren adalah Renesya Clark. Dia tidak dapat membayangkan jika pembacanya sampai tau, mereka pasti akan kecewa saat mengetahui fakta bahwa dirinya sempat mendapatkan sebuah masalah, hingga melibatkan jalur hukum. Biarlah seorang 'Ren' menjadi rahasia tersendiri. Renesya hanya ingin mereka menilai karyanya saja, Renesya tidak menyukai urusan pribadi dan pekerjaanya di sangkut pautkan.

"Kau hanya perlu melemparkan senyum terbaikmu pada mereka semua." bisik Marcus di samping telinganya.

Fucking smile, right! Dengus Renesya dalam hati.

Renesya mengedarkan pandangan matanya ke sekeliling, enggan menanggapi langsung ucapan Marcus. Pesta ini sangat mewah, keindahan Ballroom Atlanta Hotel yang di dominasi warna Rose Gold membuat kesan glamour, lampu lampion berbentuk bunga tergantung indah di atas. Tepat dibagian tengahnya adalah lantai khusus untuk dansa, terdapat monogram berinisial 'M' - Marcus? huh! Renesya menaikkan sebelah alisnya tidak yakin.

Berbagai macam hidangan lezat mulai dari Appetizer, Main Course hingga Dessert tersaji dengan indahnya diberbagai meja yang teretak ada sudut- sudut tertentu. Tidak tanggung tanggung, bahkan seorang penyanyi terkenal ikut memeriahkan pesta ini, menghibur para tamu dengan lantunan lagu - lagu populernya. Dan jangan lupakan, beberapa stasiun tv swasta yang meliput secara exclusive pesta ini. Kepala Renesya mendadak pusing seketika, ia tidak pernah membayangkan pesta pernikahannya akan semewah ini. Well! apalagi pernikahan mereka hanya berdasarkan sebuah janji di atas kertas. Renesya bahkan tidak bisa memikirkan lebih jauh lagi, tentang bagaimana Marcus menyiapkan semuanya dalam waktu singkat.

Marcus mengajaknya berkeliling menemui satu per satu tamu yang datang ke acara mereka - tamu yang bahkan tidak satupun Renesya kenali. Hanya Matt dan Grace saja yang ia tau. Renesya sudah merasa seperti piala bergilir yang dibawa kesana kemari untuk dipamerkan. dan sialnya lagi ia harus memasang wajah termanis dengan senyum paling menawan pada setiap orang. Damn it! ia benci situasi ini.

Seorang pria dengan setelan Suit biru gelap, berjalan mendekati mereka, seraya mengalungkan sebelah tangannya di pinggang seorang wanita cantik dengan gaun indah berwarna biru pastel.

"Wow! Baru kemarin kami pulang dari acara honeymoon, ternyata kau membawa kabar mengejutkan dude. Jika tidak lupa, setauku seorang Marcus tidak suka berkomitmen dengan satu wanita saja. " Pria itu mengedip jahil pada Marcus.

"Kau tidak boleh begitu sayang, setiap pria pasti ada saatnya bagi mereka untuk menemukan cinta sejatinya sendiri." balas wanita cantik yang ternyata istrinya itu seraya menggamit manja lengannya.

"Berhenti mengejekku Jason, mengacalah. Bastard sepertimu bahkan bisa luluh karena cinta, bukankah begitu Em. " wanita yang Marcus panggil itu terkekeh, pipinya bersemua merah menahan malu.

Cinta, huh! Pria ini memang sangat pintar membual.

"Ahh.... yaa! Aku masih memiliki daftar nama para wanita yang pernah kau pesan saat berkunjung ke klup." ucapan Marcus membuat Jason bungkam seketika dan fokus pada ekspresi istrinya. membuat pria itu menyaringai merasa menang telak berhasil menggoda balik sahabatnya.

Dengan segera Jason menguasai diri, "Itu masa lalu baby." seru Jason seraya mengusap lengan Emely, mencoba menenangkan istrinya sebelum mengamuk dan mengacaukan pesta pernikahan sahabatnya

"Lalu bagaimana saat pertama kali kalian bertemu. " ujarnya mengalihkan pembicaraan.

"Sebenarnya kami sudah mengenal lama, sejak di Negara asal kami, dan setelah sekian lama tidak bertemu akhirnya kami dipertemukan kembali di kota ini." jawab Marcus lancar, seolah memang itulah yang terjadi sebenarrnya.

Renesya mengernyitkan kening, dan pria ini juga pandai berbohong. Shit! Omong kosong apa itu. Mulutnya gatal, ingin sekali membantah. tapi Renesya tidak ingin mempermalukan dirinya sendiri. Wanita itu berusaha sekuat tenaga menahannya dan hanya melemparkan senyum sekilas serta anggukan tanda mengamini segala bualaan yang dilontarkan Marcus. Sekedar informasi, sejak bertemu seorang Marcus hidup Renesya menjadi sial! teramat sial! catat itu.

"Wow! itu membuktikan bahwa kalian memang berjodoh. " seru Emely girang.

Renesya semakin tidak menyukai arah pembicaraan ini. Ingin sekali Renesya membenturkan kepalanya hingga amnesia, agar dia dapat melupakan semua kejadian tidak penting ini

"Yach kau benar Em, sepertinya memang begitu. " kekeh Marcus.

"Istrimu sangat pendiam ya? " komentar Jason, saat menyadari Renesya tidak banyak bicara.

Marcus tertawa ringan,"Ya wanitaku ini memang sedikit pemalu. " Marcus merangkul pundak Renesya, membuat tubuh wanita itu semakin rapat padanya.

"Senang mengenal kalian."ujar Renesya terdengar sangat tulus, berbeda dengan isi hatinya yang terus mendumal.

"Sebagai hadiah pernikahan, kalian bisa menggunakan salah satu pulau pribadiku saat honeymoon nanti. " sahut Jason

"Wow! Ini sebuah kehormatan jas, kau tidak perlu repot-repot.

"Tidak ada yang direpotkan, aku khusus menghadiahkannya untuk kalian, bersenang-senanglah bersama istrimu."

Otak Renesyabberproses lambat hanya demi mencerna satu kata sialan itu.

Haach! Honeymoon? Bulan madu??

Demi Tuhan! sedetikpun kata tersebut sama sekali tidak pernah terlintas dibenak Renesya. Cobaan apa lagi yang akan ia hadapi setelah ini? Terjebak di pulau pribadi bersama Marcus. Oh sial! tidakkah ada pilihan lain yang lebih menarik?

Chieva
25 Maret 2023

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro