XI ¤ About You

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Gus, ente ini memang suka bikin jantungan, ye," ujar Fathir.

Fathir langsung mendatangi pesantren dimana rumah sahabatnya --Gus Laith-- berada. Kaget saat mendapat undangan tiba-tiba.

"Haha. Emang, Thir. Gus ini kalau udah ada target langsung diterkam," jawab Ning Lathifa.

"Memangnya siapa perempuan itu, Ning ?" Tanya Fathir lagi.

"Namanya Humaira, adik Zaskia," ujar Ning Lathifa.

"Loh, adiknya Zaskia kan Zacky, Ning. Laki-laki dan masih kecil lagi," bingung Fathir.

"Haha, bukan Zacky, dia mah lagi mondok. Tanya sendiri saja sama sahabatmu ini. Abinya Zaidan nyariin tuh," jawab Ning terkekeh, menghampiri suaminya yang hanya menampakkan wajah datar untuk memanggil sang istri.

Fathir mengangguk dan memberi sapaan sekilas ke Gus Azzam yang hanya dibalas anggukan, jangan heran, memang seperti itu sifatnya. Lalu, menengok ke arah Laith yang masih sibuk dengan laptop di pangkuannya.

"Siapa, Gus ?" Tanya Fathir.

"Ning kan udah bilang. Dia Humaira," jawab Laith.

"Eh, Gus. Bukannya ente sukanya sama Aileen ?" Tanya Fathir bingung.

"Loh ? Kok ente bisa tahu ?" Tanya Laith. Dia hanya bercerita tentang perempuan itu. Tapi, tidak pernah menyebut nama.

"Ane lihat nametag yang selalu ente bawa. Waktu itu gak sengaja jatuh dari tas ente," jelas Fathir.

"Oh. Iya, namanya Aileen tapi dipanggil Humaira setelah mualaf," jawab Laith.

"Mualaf ? Oalah, makanya wajahnya seperti orang Asia Timur begitu ya," heboh Fathir. Dia melihat foto yang ada di nametag itu.

Laith mengangguk, "dia cucu Mr. Georgio De Luca dari keluarga Tanuwijaya."

"Apa ?? Maa Syaa Allah. Benar-benar dapat jackpot ya ente. Ckck. Keturunan taipan itu calon bini ente," ujar Fathir. Heboh. Lagi.

"Bukan masalah sekaya apa keluarga dia, Thir. Tapi, ane sudah jatuh hati sejak pertama ngelihat dia," jawab Laith lugas.

"Maa Syaa Allah, Akhy. Kalau udah bucin gini ya. Haha," tawa Fathir meledek.

"Bukan bucin. Ini namanya kehendak dari Allah. Siapa yang tahu kan, ternyata perempuan asing yang cuma sekali lihat di depan Ka'bah menjadi jodoh ane. Terus, seperti semuanya terhubung, ane dan kakek Humaira kenal baik. Dia ternyata menjadi saudara angkat Zaskia. Padahal dari background kita aja sudah beda. Benar bukan ?" Jelas Gus Laith.

Fathir menyimak dan mengangguk setuju.

"Iya ya. Kalau dulu sewaktu ente cerita aja ane kagak percaya ente bakal ketemu lagi. Aileen atau Humaira ini ane kira dari China, atau Korea," ujar Fathir.

"Loh, ente gak liat ada tulisan Indonesia di bawah namanya," heran Laith.

"Kagaklah. Ane buru-buru masukin ke tas ente. Entar ketahuan lagi," ujar Fathir.

"Haha, iye kalau ketahuan ane gibeng ente udah ngeliat foto Humaira," ujar Laith terkekeh.

"Posesif bener ente, ya. Ane aja kagak gibeng ente, padahal sering pasti ente ngeliat wajah Zaskia," ujar Fathir.

"Lah iya orang Zaskia itu adik sepupu ane. Kalo ente yang ngeliatin Zaskia baru ane gibeng. Lagian tinggal halalin aja udah, nunggu apa lagi," ujar Laith.

"Duh, sana sini kena gibeng ane. Huft, ane kan belum semapan ente, Gus. Nanti anak bini ane makan apa," ujar Fathir.

"Rezeki itu datangnya dari Allah, Thir. Dan nikah itu ibadah. Kalau ente nunggu mapan, keburu Zaskia dikhitbah orang. Tinggal pasrahin semua sama Allah. Yang penting ente ikhtiar terus," jelas Laith.

"Widih emang gak salah ane temenan ama ente, ya. Insyaa Allah abis ente nikah, Gus. Ane nyusul," ujar Fathir.

"Aamiin. Ane doa in ye," jawab Laith.

Mereka beralih berbincang hal-hal lain. Persahabatan mereka sudah lama terjalin. Fathir pernah satu pondok dengan Laith waktu Madrasah Aliyah atau setingkat SMA. Lalu, melanjutkan kuliah di Kairo, Mesir bersama. Sampai sekarang masih menjadi sabahat baik.

🍁🍁🍁

"Iya, Pak Syahrir. Nanti datang, ya," ujar Humaira pada sambungan telepon.

"...."

"Iya, Pak. Hanya Pak Syahrir. Grand Pa dan yang lain tidak bisa datang, sudah Ai hubungi," jawab Humaira lagi.

"...."

"Tidak, Pak. Daripada membuat suasana gaduh. Sepertinya mereka juga sudah tidak menganggap Ai keluarga. Iya, tidak apa-apa, Pak. Wa'alaikumussalam," ucap Humaira mengakhiri telepon.

Humaira meletakkan handphone di atas nakas dan beralih menuju Zaskia yang sedari tadi mengamatinya di atas tempat tidur.

"Gimana ? Udah selesai semua ?" Tanya Zaskia.

Humaira mengangguk dan duduk di hadapan Zaskia. Tiba-tiba senyumnya terbit.

"Kak. Eung, ceritain tentang Gus Laith lagi dong," ucap Humaira malu-malu. Hobinya sekarang mendengar cerita tentang Gus Laith -calon suaminya- dari Zaskia, Umi, atau Abi.

"Halah, pake malu-malu gitu. Udah merah itu pipi kamu. Haha," tawa Zaskia. Humaira menyambut dengan cemberut. Mengerucutkan bibirnya.

"Oke, deh, ini aku ceritain. Eum, apa ya. Gus umur 25 tahun. Sejak sekolah dasar kelas --eung berapa ya-- 5 SD mungkin. Dia sudah mondok di luar kota. Abah memang mengirim ke sana biar mandiri. Terus mondok sampe MA atau setingkat SMA. Baru deh kuliah di Kairo sampai S3. Denger-denger waktu MA dia suka main komputer. Akhirnya, pas kuliah dia bisa bikin aplikasi dan usaha sendiri. Sekarang, perusahaannya --El-lectro Inc. namanya-- sudah berkembang pesat. Katanya kemaren ke Singapura itu buat buka cabang di sana. Itu cerita dari Umma, memang untuk diceritain ke kamu, Ra," jelas Zaskia panjang lebar.

"Kalau hobi, makanan, minuman, warna yang dia sukai apa ?" Tanya Humaira berbinar.

"Haha mana aku tahu. Kamu tuh ya, nanti kalau sudah menikah nanya sendiri. Aku taunya cuma hobi dia, nge-coding. Oh ya, kata Umma juga hobinya jalan-jalan. Umroh backpacker," jawab Zaskia.

"Umroh backpacker ?" Humaira menyernyit.

"Iya, dia suka tiba-tiba ke Mekkah cuma 3 atau beberapa hari. Umroh sendiri tanpa ikut dari agen gitu. Yang kemaren ketemu kamu juga gitu," jawab Zaskia.

"Wah beneran ? Jadi, pengen petualangan bareng," ujar Humaira berandai-andai.

"Iya nanti kalau udah nikah. Gausah dibayangin dulu. Haha," ledek Zaskia.

"Aku juga suka backpacker dan traveling, Kak. Dulu kerjaanku keluar balik luar negeri ngabisin uang. Makanya, keluargaku sekarang mandang aku gitu," ujar Humaira.

"Udah, gausah diinget-inget lagi. Kamu nanti bisa tuh jalan-jalan sama Gus Laith abis nikah. Honeymoon sekalian," ledek Zaskia.

"Ish Kakak mah ngomongnya gitu. Malu," merona Humaira dan ditutup telapak tangannya.

"Haha, lucu banget sih kamu. Pasti kamu manja ya dulunya," ujar Zaskia.

"Heum. Iya, Kak. Aku manja banget. Setiap Daddy Mommy pulang itu adalah kesempatanku. Waktu mereka hanya untukku. Jadi, kugunakan untuk bermanja dengan mereka," ujar Humaira sambil terkekeh. Sekarang dia sudah ikhlas. Orang tuanya pasti bahagia di atas sana.

Zaskia memeluk Humaira, "nanti kamu bisa manja-manjaan dengan Gusmu," bisik Zaskia seraya tertawa saat melihat pipi sampai telinga Humaira memerah.

Humaira menutupi wajahnya dengan uraian rambut panjang bergelombang kecoklatan miliknya.

"Ish, Kakak ngeledek Ai terus. Mau mutung," ujar Humaira membalik badan memunggungi Zaskia.

Melihat itu Zaskia semakin tertawa terpingkal. Humaira memang adik manis yang lucu. Tidak menyangka, dulu dia membawa Humaira dengan keadaan yang berbeda.

Dulu, Humaira dengan pakaian branded dari atas sampai bawah. Navy belted wool and silk-blend cady jumpsuit Gucci dipadu dengan Cristian Louboutin Bow T Satin Heel dan GG Marmont mini sequin bucket bag, serta rambut coklat tergerai indah terawat. Mengekor dirinya ke masjid dan ikut sholat.

Zaskia benar-benar tidak menyangka awalnya. Dia sudah mengira Humaira -mungkin saja- bukan Muslim. Tapi, Zaskia tidak enak menegur ketika Humaira ikut berwudlu setelahnya.

Maka, setelah diperjalanan dan Humaira bercerita tentang dirinya dan apa yang baru saja terjadi. Tentu saja, Zaskia terkejut. Membawa Humaira ke rumahnya, mungkin sekitar 2 bulan. Lalu, suatu hari Humaira yang awalnya hanya di kamar atau perpusatakaan Abi dan tanpa banyak bicara. Dia bilang ke Zaskia ingin menjadi mualaf. Waktu ditanya sama Abi apa alasannya. Humaira menjawab.

"Setelah beberapa hari di sini. Melihat bagaimana Om, Tante, dan Kak Zaskia beribadah. Juga, setelah membaca buku tentang agama Islam dari perpustakaan Om. Ai jadi ingin memeluk agama Islam. Ingin percaya pada Allah dan mengikuti perintah-Nya. Ai selama ini hanya berfoya-foya, hidup tanpa pegangan dan doa. Walaupun, Ai masih tau batasan, misalnya minum minuman keras, seks bebas, atau pergi ke club, Ai tidak pernah melakukan itu. Tapi, hidup Ai sia-sia. Bepergian dan menghamburkan uang. Mencari kesenangan di berbagai negara, dengan membeli barang-barang tidak berguna. Karena Ai butuh pelampiasan dari kesendirian. Jadi, sekarang Ai sadar, hidup Ai sudah tersesat. Ai ingin bertaubat. Ai ingin menjadi Muslimah."

Saat itu juga, Abi memanggil Pak Kyai. Beliau sudah mengetahui kehadiran Aileen sebelumnya. Namun, pada saat itulah beliau bisa merasakan kesungguhan Aileen.

Sungguh, kehidupan manusia tiada yang mengetahui isi hatinya. Kecuali Allah Azza wa Jalla.

Yaa muqallibal quluub tsabbit qolbi 'alaa diinik

Wahai Dzat Yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu

🍁To be Continued🍁

|Tandai kalo ada typo atau kesalahan dalam informasi ya, Guys|

Sending a lot of loves ❤️💌❤️

Jangan lupa tinggalkan jejak 🐾
(Vote, comment, and share)

Best regard,
Moon Prytn.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro