Bagian 7

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Sakura pov

Ini bukan kali pertama aku memimpin suatu pasukan. Misi penyusupan dengan menerobos perbatasan adalah hal yang biasa. Tapi setelah perayaan kemarin, aku jadi merasa tak enak.

"Kapten, kau baik-baik saja?" Suara seseorang di belakang ku mengaburkan lamunan ku.

"A-ma, daijoubu. Kita akan menyerang sebentar lagi." Jelas ku pada yang lainnya.

Pasukan kami dibagi menjadi dua. Yang satu aku ang memimpin. Sisanya ku serahkan pada Sai. Kelompok ku sedang bersembunyi di balik semak-semak tepian hutan.

Seperti biasa, para jounin penjaga perbatasan lumayan ketat. Jadi aku harus lebih hati-hati. Sebenarnya, misi ini hanyalah pengalihan. Katakan saja sebagai misi adu domba.

"Ku hitung sampai tiga. Ichi, ni, san!" Setelah mendengar aba-aba dari ku, kami semua mulai menyerang. Sebelumnya, kami sudah menggunakan jurus tertentu untuk mengubah penampilan.

Target pertama kami adalah melumpuhkan para jounin itu. Kami melempar kunai dan bertarung jarak dekat. Sayangnya, mereka bukanlah tandingan kami.

Serangan kami tak mengarah ke titik vital. Hanya sekedar melumpuhkan saja. Setelah selesai, kami segera menuju ke pusat desa. Secara diam-diam kami mengepung desa. Kami bersembunyi di antara gedung-gedung milik warga.

"Sakura-san, berikan perintah selanjutnya." Pinta salah satu anggota kelompok ku.

"Tidak. Kita hanya akan memancing mereka. Jika mereka tidak keluar dalam 30 detik, kita serang warga sipil."

"Aku mengerti." Orang tadi pergi dari samping ku. Dia memberi tahu kepada seluruh pasukan tentang rencana itu.

25 detik berlalu. Masih belum ada respon dari shinobi lainnya. Tapi aku melihat beberapa shinobi lalu lalang. Dengan emosional, aku keluar dari persembunyian.

Berlari, melukai, dan menarik perhatian. Beberapa orang ku lukai dengan lemparan kunai dan shuriken. Aku berhasil menarik perhatian shinobi itu. Dan temannya yang lain ikut mengejarkan.

Dengan gerakan jari, aku memerintahkan kepada seluruh pasukan ku untuk menyerang. Mereka menurut. Ada beberapa yang bahkan membunuh. Kami bertemu beberapa shinobi tingkat jounin dan anbu. Beberapa dari kmi terluka. Meski begitu, kami tetap melanjutkan misi membuat keributan dengan anggota yang tersisa.

Leher yang tersayat, isi perut yang keluar, kehilangan tangan dan kaki, dan masih banyak lagi. Setelah itu, kami langsung pergi dan pulang.

~~

Konoha - normal pov

Siang itu, Sasuke tak ada kerjaan. Yang dia lakukan hanyalah berbaring di kasur sambil memikirkan makan malam.

Hmm....

Hari ini ibu masak apa ya?

Apa aku tanya saja, ya?

Tiba-tiba kerutan kecil terlihat di dahi Sasuke. Memperlihatkan bahwa Sasuke yang bersantai sedang memikirkan sesuatu secara berlebihan.

Kenapa makanan?

Apa aku lapar?

Oh, kemarin si baka Naruto mengajakku makan ramen, tapi aku menolaknya

Sasuke membuka matanya cepat, seolah dia terkejut.

Kemarin, ya?

Dia bangun dan berjalan ke dekat jendela. Hamparan rumput dengan beberapa bunga yang mekar menyajikan pemandangan indah di luar kamar Sasuke.

Apa Sakura sudah pulang?

Tok... tok.. Pintu kamar Sasuke diketuk seseorang.

"Masuk." Ucap Sasuke seraya berbalik. Seorang berseragam kepolisian Konoha, setengah duduk memberi hormat di ambang pintu.

"Ada apa?" Tanya Sasuke.

"Anda dipanggil oleh Kapten."

Ayah?

Sasuke segera bersiap dan berjalan keluar dari kamarnya. Dia memakai seragam sesuai dengan pangkatnya di kepolisian Konoha.

Di sebuah ruangan, ayah Sasuke duduk santai di balik mejanya. Sasuke mengetuk pintu, membukanya, dan masuk.

"Apa Ayah memanggilku?" Sasuke berdiri sekitar 3 meter dari meja ayahnya.

"Iya." Balas Fugaku dengan nada datar.

"Ada apa?" Suasana mulai menegang. Pandangan keduanya bertemu. Tatapan tajam manik seiras ini seolah sedang mengincar mangsanya.

"Tidak ada." Jawab ayah Sasuke dengan santai sambil menutup mata dan menyandarkan punggungnya pada kursi.

"Eh? Tidak ada?" Sasuke kebingungan.

"Iya, tidak ada." Perasaan Sasuke jadi aneh. Ini seperti dia terjebak dalam perangkap lalat.

"Lalu kenapa aku dipanggil kesini?" Tanya Sasuke yang mulai malas berbicara.

"Hm, kenapa ya? Mungkin karena ada sesuatu yang aneh."

"Sesuatu yang aneh?"

"Iya. Kemarin Desa Kirigakure diserang sekelompok orang tak dikenal. Saksi mengatakan mereka berasal dari Desa Iwagakure." Jelas ayah Sasuke.

"Lalu, apa hubungannya dengan Desa Konoha?"

"Bertepatan dengan penyerangan itu, beberapa shinobi dari Desa Konoha tiba-tiba menghilang. Saksi mata lain dari penyerangan itu juga mengatakan, dia menemukan ikat kepala berlambangkan Desa Konoha. Dan itu jadi bukti sekarang." Lanjut Fugaku.

"Jadi, Hokage meminta anggita kepolisian untuk menyelidiki menghilangnya para shinobi yang hilang?" Tanya Sasuke mencoba menebak.

"Tidak. Penyelidikan sepenuhnya dilimpahkan pada shinobi kelas jounin."

"Kalau begitu, mereka ingin kita menyelesaikan masalah salah paham dengan Iwagakure?"

"Bukan."

"Lalu apa?"

"Sebenarnya, misi ini mudah saja. Kita hanya diperintah untuk mencegah rumor ini menyebar ke panduduk biasa. Kita juga diperintahkan untuk memperketat keamanan rakyat dari dalam." Mereka berdua diam dalam waktu yang cukup lama. Tapi pandangan mereka tak terlepas satu sama lain.

"Oh." Ayah Sasuke hanya tersenyum kecil mendengar balasan dari anaknya.

"Ah, iya. Aku dengar Sakura baru saja pulang dari misinya." Kursi yang diduduki ayah Sasuke itu ia putar hingga menghadap jendela.

Sasuke tak bergeming. Menyadarinya, ayah Sasuke kembali menatap putra keduanya.

"Kau kenapa?"

"Tidak, hanya saja, sejak hari itu, kakak belum kembali."

"Oh, kau benar. Aku rasa politik Konoha masih membutuhkan Itachi untuk beberapa waktu ke depan." Sasuke kembali diam. Dia menatap lantai yang ia pijak.

"Kalau begitu, aku permisi." Sasuke berbalik dan keluar ruangan. Tanpa bertanya pun, Sasuke tahu apa yang harus dia lakukan dengan timnya.

~~

"Sakura! Sakura! Hhaa... hahh..." Ino berlari dari belakang Sakura yang tengah berjalan. Sakura berbalik menatap Ino.

"Eh, Ino? Ada apa? Kenapa kau lari-lari begitu? Tanya Sakura keheranan.

"Itu... hhah.. a-da... hhah.. d-disana..."

"Ah, ya ampun, Ino. Atur dulu napasmu, lalu bicara." Ino menuruti kata Sakura. Dia menarik napas dalam, dan mengeluarkannya perlahan. Dia mengulanginya beberapa kali.

"Sudah? Katakan."

"Di perbatasan ada mayat tak dikenal!" Ino sedikit berteriak sambil memegang bahu Sakura.

"M-mayat?" Sakura terlihat terkejut. Tapi ekspresinya segera menghilang dan dia langsung berlari menuju perbatasan.

Di perbatasan, sudah cukup ramai. Sakura melihat beberapa orang mengerumuni sesuatu di bawah sebuah pohon yang besar.

Sakura berusaha menerobos kerumunan itu. Dari jarak 2 meter dari pohon, Sakura melihat seorang pemuda yang terkapar tanpa nyawa.

"Apa yang terjadi?" Sakura bertanya pada seseorang yang menjaga jarak antar penduduk dan mayat itu.

"Kami tidak bisa memberitahumu." Jawab orang itu. Sakura hanya menatapnya sinis. Sedetik kemudian, Sakura mendekat ke arah mayat tersebut.

"H-hei!"

"Biarkan dia." Tiba-tiba saja, suara berat seseorang menghentikan langkah orang yang berniat menghampiri Sakura.

"Dia hanya akan mengecek jasad itu." Orang tadi mengatakannya seolah tak ada masalah.

"T-tuan Danzo!?"

Semua orang yang ada di sana terkejut. Kecuali Sakura. Dia tetap fokus pada orang yang ada di depannya. Dia mencoba mencari tahu penyebab kematiannya.

Di tubuh orang itu, Sakura tak melihat luka sedikit pun. Bahkan tak ada satu pun luka lebam. Lalu apa yang membuatnya mati? Kehabisan napas?

Sakura juga mulai beranggapan begitu. Mungkin dia mengidap asma atau penyakit pernapasan sejenis.

Saat Sakura memegang pergelangan tangan kiri orang itu, Sakura merasa ada hal yang aneh. Seperti sesuatu yang menonjol di sana.

Danzo juga menyadarinya. Sakura kembali meraba pergelangan tangan orang mati itu. Semakin ditelusuri, semakin jelas.

Ini....

Simbol shinobi !!

Sakura terkejut. Dia segera bangkit setelah mengerti pesan yang ada di pergelangan tangan tubuh orang yang tergeletak itu. Beberapa detik kemudian, Sakura berjalan melewati Danzo.

"Menemukan sesuatu?" Tanya Danzo pelan.

"Tidak. Hanya bekas pesan saja." Danzo langsung mengerti apa yang dimaksud oleh Sakura.

"Begitu, ya."

"Permisi." Sakura langsung berpamitan dari tempat kejadian.

~~~

#test

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro