3. Gelap

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Sejenak langkahku meragu, apakah benar itu dirimu

Sejenak batinku membeku, apakah benar ini mauku

Sejenak kita terpaku, apakah takdir sedang bercanda dengan hidupku dan hidupmu

***

Malam ini, dengan sisa tenaga yang ada. Aku harus menghadiri acara party salah satu teman sekolah kami dahulu. Tambah mengesalkannya lagi acara diadakan di salah satu bar tempat kami pernah berkumpul untuk acara perpisahan.

"Datang juga cuma minum orange juice doang ya Key." ujar Chris.

Aku hanya mengangguk, jelas saja kami hanya akan minum orange juice atau soda. Kalau aku memang tidak bisa minum seperti yang lain. Ya kalau kami minum, siapa yang akan mengendarai mobilnya? Betul bukan.

"Alamak diamuk ibu negara. Semoga dia maklum." ujar Chris meratap.

"Muka kondisikan bro, jangan sefrustasi itu." sahutku.

"Ah, untungnya dia sedang di rumah. Mama sudah pasti akan memanjakannya." oceh Chris.

"Jangan percaya diri hey bapak tua." sahutku

"Sial." kekeh Chris.

.

.

Bar sudah ramai, ya wajar ramai. Aneh kalau sepi, aku akan mengira itu pemakaman. Di dance floor, puluhan orang sudah bergoyang dengan caranya masing-masing. Berhubung kami tujuannya menuju ruang VIP, jadi cukup skip saja adegan ramai-ramai ini.

"Yakin Dio ikut? Dia kan tidak sepertimu Chris yang punya kuasa penuh atas istri, dia kan kebalikanmu." ujarku

"Eiy, jangan underestimate orang Key. Dio lebih galak dari aku kalau kau ingin tahu, aku dan Yoonji pernah lihat sendiri bagaimana galaknya dia saat kami liburan bersama."

"Wow... Pak Jaksa itu bisa galak juga ya."

"Menurut kau saja hey bapak model."

Kami melangkah menuju ruang VIP tersebut, tiada beda dengan yang tadi. Riuh, tetapi lebih akrab. Park Eun Jo, mantan ketua tim basket sekolah kami yang terkenal hingga antar sekolah tahu siapa itu Park Jo - nama akrabnya.

"Congratulations bro... Ku pikir kau tidak mau menikah." ujar Chris.

"Aku iri denganmu yang mendapatkan primadona klub IPA, sial. Anakmu akan kau jadikan profesor pasti." canda sang empu pesta.

"Oh, tentu saja. Aku juga sedang menunggu satu manusia lagi melepas masa lajang." ujar Chris lalu mencuri lirik ke arahku.

Aku? Hanya memutar bola mata malas, Christian ibarat saksi sejarah bagaimana aku sampai di titik kehidupan sekarang. Hubungannya dengan Cathrina yang terpaksa kandas karena terpisah alam membuatnya menjadi pribadi yang berbeda, tidak ada sorot mata ceria. Hanya sisa semangat yang menyisakan bara, membentuk kepulan asap harapan yang suatu saat hilang di telan udara.

"Aku turut berduka atas kejadiaan nahas tersebut." ujar Park Jo.

Aku mengangguk singkat, tidak perlu membahas kedukaanku setahun ini bukan? Ini kan pesta melepaskan status lajang.

"Mari kita minum..." sorak beberapa manusia yang sedang duduk digelayuti wanita antah berantah.

"Orange juice, aku tahu itu." ujar Park Jo tanpa menunggu lama.

.

.

Sehebat apapun manusia menyembunyikan, semua akan terbaca oleh manusia lainnya pada saatnya. Jika malam ini Key dan Chris berada di bar Dionysus, maka Keiko baru saja pertama kali menginjakkan kakinya di bar milik keluarga Himeka. Yeah, bar yang cukup elite menurut Keiko. Pikirnya, tidak ada salahnya jika ia ingin berpesta dengan beberapa temannya disini. Huh? Teman? Apakah Keiko memilikinya?

"Tequila." pinta Keiko pada bartender saat mendudukkan diri di barstool.

Keiko melihat sekeliling, memastikan apakah ada manusia lain yang ia kenal. Nyatanya, menjadi seorang model dan trainee solois harus bertindak hati-hati agar tidak terkena skandal. Joana Horatio tempatnya bernaung sebagai tempat berkarier musik adalah satu dari sekian banyak agensi yang menurutnya menjanjikan. JH sudah jelas tidak mengizinkan anak didiknya terkena skandal, nama besar agensi menjadi taruhannya.

"Kau disini?" tanya seseorang.

Oh, ia bertemu dengan temannya, Choi Chae Young.

"Iya, aku sedang bosan makanya ada disini. Kau sendiri ada apa disini?"

"Sedang menghadiri acara pesta temanku. Kau mau ikut? Mungkin ada yang bisa kau ajak bicara jika ikut denganku." ajak Chae Young.

Mempertimbangkan sebentar, Keiko mengiyakan ajakan Chae. Meminta kepada bartender agar mengantarkan pada ruang VIP yang diberitahukan Chae Young.

"Kau sepertinya sudah hapal isi bar ini Chae." ujar Keiko.

"Aku baru tiga kali ke bar ini Kei, Dionysus seperti sudah dalam jajaran bar elite yang hanya mampu kau datangi dalam kondisi individualisme tinggi. Dan yeah, sudah jelas aman dari paparazzi." jelas Chae Young.

"Woah... Apa aku tertinggal sejauh mana Chae Young berjalan? Atau kau pernah memergoki selebritis berskandal disini?" bisik Keiko.

"Ada harga dari sebuah privasi Keiko, kau paham akan kalimat itu bukan?"

Keiko mengangguk paham, setidaknya jika ia tiba-tiba berpesta hingga lupa diri, resikonya sangat minim diketahui media.

"Himeka itu benar-benar tangan kanan Ryuga, bar sebesar ini saja dia sanggup kelola setelah siangnya menjadi CEO Aurora. Gila." ujar Chae Young menggeleng dramatis.

"Aku tidak heran, aku lebih mengenalnya dibanding dirimu Chae. Percayalah, keluarga Kim itu akan sangat berbeda."

Chae Young baru saja akan menjeda kata-kata Keiko, tetapi kalah cepat dengan sahutan dibelakangnya.

"Kalau kau berpikir disini ada yang dipertanyakan otakmu, jawabannya tidak ada." ujar Jackson.

"Jack, kau tidak usah mengagetkanku bisa?" kesal Keiko.

Jackson tertawa lirih, ia menghampiri dua manusia cantik yang masih berdiri di lorong menujur ruang VIP.

"Lekas ke sana, Park Eun Jo sudah memulai pestanya."

Chae Young segera menarik tangan Keiko dan berjalan cepat.

"Dasar anak muda." decak Jackson.

.

.

Riuh ruangan VIP yang disewa oleh Park Jo benar-benar membuat siapapun yang hadir lupa bahwa mereka sedang merayakan status baru temannya. Kim Emery Yaro dan Park Christian Jimin sedang asyik duduk di Barstool menatap beberapa temannya yang sudah lupa diri. Tepukan dari seseorang membuat Chris menoleh.

"Oh kau datang juga?" tanya Chris.

"Dengan imbalan tiket liburan ke Jepang." sahut Dio.

Kekeh tawa terdengar dari Key dan Chris. Freya tetap dengan tabiatnya tidak mau rugi. Sekalipun sudah memiliki satu putra, Freya tidak sungkan melakukan negosiasi.

"Baru Jepang, aku sakit kepala akibat negosiasi ke Jerman." sahut Chris.

Key hanya terkekeh, ia turut bahagia mendengar kesengsaraan teman-temannya. Jauh di dasar lubuk hatinya, ia juga ingin memiliki kisah seperti mereka.

"Kapan aku bisa seperti kalian?" tanya Key lirih.

"Tenang saja, nikmati proses hidupmu. Ah, kenapa kita jadi melankolis sih. Mari kita mulai lagi pestanya." ajak Chris.

Memilih menyingkirkan sisi melankolisnya, Key mulai menikmati pesta yang diberikan oleh Park Jo.

.

.

Chae Young dan Keiko sudah tiba di ruang VIP yang di booking oleh Park Jo. Merapikan penampilan mereka, memasang wajah dominasi bahwa mereka wanita tidak biasa.

"Chae, ingat kau harus segera membawaku pulang jika aku sudah mulai mabuk." oceh Keiko.

"Haish, yang mabuk duluan pasti aku. Ayo segera masuk. Let's party bae..." sahut Chae sembari menggandeng tangan Keiko.

Nyaris 80% orang disini sudah menikmati pesta, sedangkan di sudut bar sana ada beberapa yang memilih berbincang. Biasa, bisnis tidak kenal tempat.

"Jo... Selamat ya, akhirnya ada yang mau juga dengan manusia brengsek sepertimu." ujar Keiko lalu tertawa.

"Sialan. Terima kasih sayang, kau cantik malam ini. Tolong jangan sampai beberapa temanku tergoda berpaling dari pasangannya karena melihatmu malam ini." sahut Park Eun Jo.

Mereka tertawa, tanpa menyadari ada tiga pasang mata sedang melihat interaksi mereka.

.

.

Chae memilih ikut bergabung dalam dance floor, sedangkan Keiko duduk di salah satu sofa. Menikmati minumannya sembari memperhatikan sekitar, sepertinya menyenangkan jika ia bisa minum banyak malam ini. Toh, dia bebas tugas selama dua hari sebelum pergi ke run way di Hamburg. Melupakan fakta jika Chae memiliki banyak teman disini, maka ketika ia sudah dibatas ambang tidak sadar Keiko menghubungi seseorang. Tetapi belum sampai ia menghubungi, seseorang telah memapahnya.

"Kau bisa mabuk juga nona." bisik suara husky tersebut.

"Hahaha... Kenapa kau seperti kaget, sayang. Aku biasa seperti ini." sahut Keiko.

Key hanya terkekeh, memapah tubuh yang boleh dibilang ringan.

"Kau kurus sekali, seperti tidak pernah diberi makan." komen Key.

"Aku tidak butuh komentarmu, dan haish kenapa berisik sekali. Cepat antar aku pulang V." racau Keiko.

.

.

Sepanjang perjalanan pulangnya, Keiko tidak hentinya meracau. Semua sumpah serapah kebencian atas kehidupannya di masa lalu menjadi teman Key mengantar ke apartemen Keiko.

"Aku itu mengenal Kim Emery sejak lama, dia tampan. Aku turut prihatin atas kehilangannya. Cathrina terlampau menyayangi keponakannya, sampai lupa nyawanya satu."

"Kau harus tau V, Kim Emery adalah sosok yang membuatku sadar bahwa semua ini hanya harus dilewati dengan lapang hati. Aku senang sekarang dia sudah merelakan Cathrina, tetapi aku juga bersedih kenapa ia tidak mau menatapku sebagai sosok lain di masa sekarang. Bukan dari masa lalu."

Key terdiam, ada apa dengan masa lalunya? Kenapa Key merasa tidak asing dengan Keiko? Kenapa Keiko mudah menebar senyum kepadanya dalam kondisi seperti ini? Keiko, siapa dirimu?


***

26 Oktober 2019 - Day 1 encore SY Tour BTS

Bianne205

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro