5. Dubious

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Jika rasa enggan adalah wujud dari pertahananmu,

Apakah rasa ingin memiliki adalah wujud untukmelindungimu.

***

Langit biru diiringi awan putih menemani langkah Key menuju sebuah nisan di antara banyaknya nisan. Pemakaman pada umumnya, pasti menyimpan banyak memori sedih yang baru bertepi sekian lama bagi yang ditinggalkan. Maka, di sinilah kakinya berhenti. Sebuah nama terukir indah di atas batu granit berdominasi biru, hitam dan putih. Foto yang terpajang juga adalah foto yang sangat ceria, berbanding terbalik dengan siapapun yang mendatanginya.

"Halo sayang." sapa Key lirih.

Dalam lubuk hatinya, menjeritkan nama yang terkasih. Diusap sudut matanya, ia sudah berjanji tidak akan menangisinya. Ia berjanji akan belajar kembali menata kehidupannya yang dulu bergantung dengan sang kekasih, ia belajar menerima dengan lapang hati atas setiap takdir seorang hamba dari Tuhan-Nya.

"Hey, selamat ulang tahun." ujarnya sembari menaruhkan rangkaian bunga yang ia pesan khusus. Mengusahakan bunga Lily dan mawarnya dalam vas dalam keadaan segar, tumbuhan spider lily dan Krisan juga ia siram dengan sepenuh hati.

"Cath, kau terlalu manja pada kami. Lihat, depan nisanmu yang besar ini malah seperti di pagari bunga. Ah iya, kau juga pasti tahu keponakan kembar kesayanganmu akhirnya lahir tadi pagi, lucunya Yoonji meminta nama Catherina sebagai nama tengah gadis mungil itu."

"Cath... Kau pasti melihat kan bagaimana usahaku menrelakanmu kan? Tolong, beri aku waktu lagi untuk menerimanya. Biarkan aku menyimpan semua kenanganmu dalam ruang yang lain, cukup hanya kita dan Tuhan yang tahu saat sama-sama lelah lalu menepi. Biarkan rasa yang menyisa ini mengantar dirimu menuju surga dengan penuh cinta."

Key memutuskan duduk di atas karpet kecil yang ia bawa, hari ini ia hanya ingin berdua dengan cantiknya. Sekalipun hanya berkomunikasi satu arah.

Key memutuskan pulang, sudah hampir petang. Hari ini dia betah berlama-lama berbincang dengan Cath. Salah satu alasan mengapa ia akan tetap tenang jika emosinya bergejolak, ia tahu bahwa Cath selalu disisinya. Ia tahu Cath tidak mudah pergi darinya.

.

.

Cafe Serendipity malam ini cukup ramai. Jeon, bungsu keluarga Park sedang mengadakan live accoustic. Memang sebelumnya sudah pamit, untuk acara galang dana di hari Anak nanti, mulia sekali hati si kecil menggemaskan tersebut.

"Bang..." panggil Jeon saat melihat Key masuk.

Key menoleh dan mengangkat alis kanannya. Seakan menjawab "apa".

"Gabung yuk, Kookie enggak ada temen duet nih." ujar Jeon.

"Okay, lagu yang seperti biasanya ya." jawab Key.

Dengan antusias Jeon mengangguk, lagu Hug Me andalan Key ketika mengisi acara musik ini secara suka rela. Jeon mengetahui bahwa lagu tersebut memiliki makna kesedihan tersendiri bagi Key, tetapi tak apa asalkan Key mau berbagi sedihnya hari ini kepada semua.

"Kau memang tidak menjenguk keponakan kembarmu?" tanya Yugy disela kegiatan mereka menyiapkan stage.

"Ya jenguk dong, ini samchon tertampan. Masa tidak jenguk." oceh Jeon.

Yugy hanya menggeleng, sudah maklum dengan kelakuan bungsu Park.

.

.

Sesi akustik yang diadakan sudah dimulai, Jeon menghubungi sang kakak tertuanya untuk bergabung. Jeon tahu, lagu ini lebih cocok dinyanyikan oleh Key dan Hose.

"Key sudah siap?" tanya Hose setelah satu jam sebelumnya dihubungi oleh sang adik.

"Udah, lagi minum sajen kayaknya." seloroh Jeon.

Hose hanya menggeleng, sangat maklum akan sikap adiknya ini.

Cafe Serendipity ini sangat ramai ketika ada live perform, Jeon sendiri adalah salah satu manusia yang beruntung bisa bergabung di sini bersama kawanannya. Key sendiri yang meminta Jeon menjadi pengisi band cafenya. Sangat meyakini suara si bongsor adalah anugerah Tuhan yang tak layak di sia-siakan.

Setelah check sound, Key duduk di barstool yang sudah di sediakan. Demikian pula dengan Hose yang sudah siap mengisi bagiannya. Live perform kali ini Jeon duduk di balik keyboard, karena sudah sangat hapal betul melodinya. Lagu Hug Me, dimulai saat lampu diredupkan.

.

.

Di salah satu sudut, perempuan manis yang selalu senantiasa berada disana sedang melihat Key dengan tatapan pilu. Harusnya ia bisa memeluk Key sebebasnya, tidak terhalang akan status siapa mereka saat memasang topeng. Penampilan Key seakan bukti bahwa kematian Cathrina memberikan dampak dahsyat pada psikisnya, Keiko paham dan tahu tetapi dia juga tidak berdaya.

"Senang bisa melihatnya bernyanyi lagi Kei?" tanya Nael.

Keiko hanya tersenyum tipis, Nael tahu siapa dia tetapi dia tidak mengizinkan Key tahu siapa diriinya.

"Senang, suatu saat akan ku buat ia bernyanyi tetapi alasannya tentu karenaku." jawab Keiko.

Nael tertawa, tidak ada yang berbeda dengan Keiko. Disini mereka hanya sedang bermain dengan takdir. Baik atau buruk, sudah seharusnya mereka terima.

"Key masih dalam sisi abu-abunya, ku harap kau sabar Kei. Aku bahkan tidak berpikir bahwa akan serumit ini." ujar Nael.

"Aku selalu sabar, sampai Tuhan bermurah hati mempertemukan kami kembali bukan. Tidak ada yang salah disini kak, hanya kami kurang beruntung akan takdir." jelas Keiko.

Ia paham, apa yang sedang dibicarakan Nael. Semuanya berduka atas kematian Cathrina, semua kehilangan gadis itu, semua merasa terluka.

"Cathrina selamanya akan tetap ada di hati Key, aku tahu itu. Kau benar, transisinya dari masa samar-samar akan perasaannya masih butuh waktu lama."

"Benar, ah sudahlah. Kau, aku senang melihatmu masih bernapas hingga detik ini. Bersabarlah sedikit lagi." ujar Nael menepuk bahu Keiko lalu beranjak pergi.

.

.

Tanpa terasa penampilan Key sudah selesai, semua pengunjung cafe bertepuk tangan. Key hanya tertawa polos, jiwanya seakan bebas saat menyanyikan lagu tersebut. Keiko beranjak meninggalkan mejanya, menghampiri meja dimana kotak penggalangan dana dalam rangka hari anak diletakkan. Tidak perlu berisik akan berapa besar nominalnya, Keiko tahu kemana uangnya akan bermuara. Ia percaya Jeon dan teman-temannya bisa menyampaikan amanah tersebut.

"Nona, ini goodiebag-nya. Terima kasih sudah ikut dalam acara malam galang dana." ujar seorang pemuda yang memberikan dia paperbag kecil berisi souvenir tanda terima kasih atas kedermaannya.

"Ah... Terima kasih... Semoga bisa sedikit membantu." ujar Keiko.

Setelah menerima goodiebag dan sedikit berbasa basi, ia pergi meninggalkan cafe. Tanpa Keiko tahu, Key melihatnya dalam keadaan bimbang.

***

Syudah gaes, aku harus berjuang melawan writer block ini..

Terima kasih berkenan membaca..

-woy tanggal cantek neh 20112019

+Bianne205

*Connect, BTS udah rilis yaa.. Gimana rasanya kena prank? 😁😁
Ok, aku bakal double up.. -14120

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro