Shadow #10 - Pergi

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Alicia's flat, New York.



"Aku menunggumu di sini lebih dari satu jam, Alicia."

Gadis bermata biru itu langsung menundukkan kepalanya. Merasa bersalah karena membuat kekasihnya menunggu lebih lama dari biasanya di depan flat.

Tapi dengan cepat, Ace, kekasih Alicia, mengangkat dagu gadis itu dan tersenyum hangat kepadanya. "Aku sangat cemas, kau tahu?" Ia lalu mengusap lembut puncak kepala Alicia. "Tapi sekarang kau sudah ada di sini. Aku merasa lebih baik saat melihatmu."

"Sungguh?" Iris biru itu menatap mata Ace penuh penyesalan. "Maafkan aku karena tidak mengabarimu, Ace." Dan pria yang berpostur tinggi itu langsung mengangguk paham. "Aku harus mengerjakan beberapa tugas sampai tidak sadar bahwa ponselku mati," sambungnya menjelaskan.

Sebenarnya, Alicia tak sepenuhnya berbohong. Gadis bermata biru itu sempat mengerjakan tugas kampusnya sebelum menemui Nicholas di pusat teater itu.

Tapi tetap saja, Alicia tak bisa menghindari rasa bersalah itu.

"Ini bukan salahmu. Jadi, berhenti merasa bersalah seperti itu," kata Ace menghiburnya. "Ah, omong-omong, aku membawakan makanan kesukaanmu."

Ace langsung berlari ke mobilnya untuk mengambil sekotak pizza--yang sekarang sudah dingin--kepada Alicia. Ia-pun mengedikkan bahunya cepat saat Alicia menatapnya tak percaya. "Kurasa kita bisa menyebutnya pizza beku sekarang," candanya.

Dan hal itu membuat Alicia tertawa seketika. Ia buru-buru menerima sekotak pizza pemberian Ace dan mengangkatnya ke udara. "Mari kita makan pizza beku ini dan menikmati malam bersama." dan Ace-pun ikut tertawa kemudian.

Mereka berdua kemudian masuk ke dalam flat mewah milik Alicia. Jika biasanya flat di Amerika terdiri dari beberapa unit bangunan, orang tua angkat Alicia lebih memilih memfasilitasi anak gadisnya itu dengan sesuatu yang mewah dan personal.

Flat milik Alicia sendiri memiliki dinding yang dominan dengan warna abu-abu. Tidak banyak hiasan dinding yang terpajang di sana, selain foto-foto dirinya dan kedua orang tua angkatnya, foto Alicia di hari kelulusan sekolah bersama Brittany dan tentu kolase foto Alicia bersama kekasihnya, Ace.

Karena lebih sering tinggal sendiri, Alicia juga lebih memilih beberapa peralatan yang minimalis dan sebagian besarnya portable.

Pizza dingin itu memang tersaji di hadapan Ace, tapi Alicia tak mungkin tega membiarkannya menyantap makanan yang sudah dingin itu. Gadis yang selalu menggunakan gelang suede untuk menutupi tattoo di tangan kirinya itu segera berlari ke dapur dan mengeluarkan beberapa bahan makanan.

"Apakah kau akan masak sesuatu untukku malam ini, sugar?" Ace berjalan menghampiri Alicia yang tampak sedang sibuk di sana. Dan merengkuh perut gadis itu mesra setelahnya. "Kau sebaiknya beristirahat, Alicia."

Merasa terganggu dengan napas Ace yang mengusik telinganya, Alicia segera bergerak menghindar dan melepaskan dekapan Ace. "Kau akan membuat chicken nuggetnya gosong, Ace," gerutu Alicia.

"Bukankah makanan gosong dan makanan beku adalah perpaduan yang cocok, sugar?" canda Ace. Yang hanya dibalas dengusan pendek oleh Alicia.

"Sebaiknya kau tunggu saja di sana," titah Alicia sembari mendorong tubuh Ace keluar dapur. "Jangan rusak makananku juga, Ace."

Dan hal itu membuat Ace tertawa senang. "Kekasihku sangat posesif pada masakan daripada kepadaku. Ini menyebalkan," kata Ace dengan nada sedih yang dibuat-buat.

"Berhenti memasang wajah bodoh itu dan tunggulah di sana." Kali ini Alicia menarik tubuh Ace hingga pria itu benar-benar duduk di atas sofa dan tak berkutik. "Jangan. Buat. Makananku. Terbakar."

Namun belum sempat Alicia melangkah pergi, Ace langsung menarik tubuh gadis itu hingga ia kini berada di atas tubuh Ace. Dan dalam jarak sedekat ini, Alicia yakin betul bahwa Ace menggunakan parfum Antonio Banderas Blue Fresh dari aroma marine (aquatic)nya yang kuat. "Jangan tinggalkan aku, Alicia," ucapnya sembari mengecup lembut bibir kekasihnya itu.

Tidak ingin melanjutkan, Alicia buru-buru menarik tubuhnya dari Ace dan bangkit. "Aku mencium aroma gosong sekarang!" pekiknya sembari berlari ke dapur.

Meninggalkan Ace yang menggeleng geli karena tingkah Alicia itu.

Dan tak berselang lama, Alicia kembali ke ruang tamu dengan dua piring di tangannya. Gadis itupun segera meletakkan makanan yang dibuatnya ke atas meja dan berkacak pinggang. "Lain kali, jangan menggangguku saat aku sedang memasak," protes Alicia dengan nada kesal. "Aku tidak suka saat harus memasak kembali karena makanan yang kubuat gosong, Ace."

Pria itu hanya membalas semua keluhan kekasihnya dengan tawa kecil. "Astaga, kau sangat menggemaskan saat marah." Ia lalu mengedipkan matanya jahil pada Alicia. "Bisakah aku mendapatkan satu ciuman lagi untuk malam ini?"

"Tidak," tolak Alicia cepat. "Cepat habiskan makananmu dan beristirahatlah."

"Ah ...," Ace memutar kedua bola matanya malas. "Baiklah, nyonya besar."

Keduanya kemudian sibuk menyantap makanan yang dibuat Alicia tadi. Beberapa chicken nugget siap saji dan pasta. Tak banyak obrolan serius di antara mereka. Hanya pertanyaan-pertanyaan ringan seputar kegiatan Alicia di kampus dan bagaimana hubungan Alicia dan Brittany sekarang.

"Bagaimana keadaan ayahmu, Ace?" tanya Alicia setelah ia selesai menyantap pastanya.

Dan pria berambut hitam itu hanya menggeleng putus asa. "Belum ada perubahan. Dan karena kau membahasnya, aku harus memberi tahumu sesuatu."

"Sesuatu?" Alicia menatap Ace antusias. "Ada apa, Ace?"

"Aku akan pergi ke Italia di akhir pekan untuk menemui beberapa kolega bisnis dad di sana," terang pria bermata cokelat gelap itu. "Mungkin aku akan tinggal untuk seminggu atau dua minggu di sana."

"Kau akan pergi sendirian ke Italia?"

Tapi Ace menggelengkan kepalanya. "Justru karena itu, aku ingin bertanya padamu. Apakah kau mau ikut denganku? Aku sungguh berharap kau mau pergi ke Italia menemaniku, Alicia."

Menatap kedua bola mata Ace yang penuh harap itu, kontan saja membuat Alicia didera kebimbangan. Masa bodoh dengan tugas kuliahnya pekan depan. Tapi perasaan tidak enak itu tiba-tiba muncul di kepalanya bersamaan dengan kasus Nicholas yang tengah ia tangani.

Alicia sudah terlanjur berjanji pada Nicholas mengenai kasus itu.

Tapi ia juga tak mungkin mengatakan alasan yang sebenarnya hanya sekadar untuk menolak kekasihnya sendiri, Ace.

Ia meletakkan piring pasta miliknya yang telah tersapu bersih dan menatap Ace lurus-lurus. "Ikut denganmu?"

"Ya. Aku akan berangkat besok malam." Ace lalu meraih jari-jemari Alicia dan menggenggamnya erat. "Apakah kau bisa ikut denganku, Alicia?"

"Soal itu ... Aku ...," []

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro