Shadow #13 - Investigasi kedua

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Kantor kepolisian kota New York.

"Jadi, bisakah kita mulai wawancaranya sekarang Mrs. Veronica?"

Ruangan Nicholas yang tadinya sepi, kini berubah setelah datangnya seorang wanita bernama Veronica Smith. Seorang istri sah dari korban kedua, Mr. Rich Greek.

Wanita yang menggunakan blus hitam dan rok panjang dengan warna senada itu baru bisa hadir dalam undangan kepolisian yang diberikan oleh Noel, dengan alasan masih dalam keadaan berduka dan sibuk mengklarifikasi semua berita tentang suaminya di media selama beberapa hari ke belakang.

Memang, sebagai seorang pengusaha alat-alat kedokteran yang sukses, kematian Rich Greek yang dianggap tak wajar itu cukup menghebohkan masyarakat kota New York. Dan sebagai seorang pewaris kekayaan, Veronica-lah yang bertanggung jawab untuk menjawab semua asumsi-asumsi publik tentang tragedi mengenaskan yang menimpa suaminya itu.

"Tentu, detektif," ujarnya pelan.

Veronica Smith sendiri tercatat sebagai salah satu anggota dewan di kota ini. Ia sudah berusia tiga puluh empat dan kini harus menjadi pengasuh tunggal dari kedua anak laki-lakinya, Jason dan Anthony.

"Apakah kau tahu bahwa hari itu suamimu akan mengadakan pertemuan dengan kolega bisnisnya di Sunshine Cafe?" Nicholas memulai.

Dan wanita bertubuh kurus itu mengangguk cepat. "Sekertaris pribadinya selalu memberitahuku semua kegiatan Rich selama ia bekerja di kantor dan yang kutahu, memang dia berencana pergi ke Sunshine Cafe hari itu untuk membicarakan kontrak kerjasama dengan kolega bisnisnya," jawabnya. Tapi tiba-tiba air mata mengalir dari pelupuk matanya. "Tapi aku tidak tahu, jika ... aku hanya tidak tahu dia akan meninggal hari itu."

Nicholas berdeham pelan sembari menyodorkan sapu tangan miliknya pada wanita itu. "Bolehkah aku tahu, dimana kau saat pembantaian besar itu terjadi? Bukankah kantormu cukup dekat dengan lokasi kejadian?"

Veronica mendongak. "Aku sedang berada di rumah karena anak-anakku akan pergi berlibur di malam harinya." Matanya menatap sang detektif lurus-lurus. Ia tampak berusaha menunjukkan kesedihan dari matanya. "Sebagai seorang ibu yang baik, aku mengambil izin untuk pulang lebih awal di hari itu demi bisa mengantar Jason dan Anthony ke bandara."

Nicholas tahu betapa sedihnya Veronica atas kematian suaminya sekarang. Mata wanita itu bahkan tampak sayu dan dikelilingi kantung hitam, yang tentu menjelaskan bahwa setelah kematian suaminya, ia tidak memiliki waktu tidur yang cukup. "Omong-omong, kapan terakhir kali kau bertemu dan berbicara dengan suamimu, Nyonya?"

"Tentu sebelum kami pergi bekerja di pagi hari," ujarnya, masih dengan suara yang lirih. "Seperti sebuah firasat, ia memelukku dalam waktu yang lama dan berkata bahwa aku adalah satu-satunya wanita yang dia cintai." Veronica menggeleng lemah dan menggigit bibirnya ragu. "Suamiku tidak pernah bersikap seperti itu sebelumnya, detektif. Ia bersikap sangat aneh."

Kontan membuat kening Nicholas berkerut dalam. Tapi ia kembali melanjutkan, "Apa mungkin, kau mengenal seseorang di sekitar suamimu yang tampak tak suka dengan suamimu atau dengan bisnisnya?"

"Tak suka dengan suamiku?"

"Seperti orang-orang yang mungkin menjadi saingan bisnisnya? Atau semacamnya yang kau curigai sebagai dalang dari kematiannya di hari itu?"

Butuh waktu beberapa detik, sebelum akhirnya Veronica menggumam pendek dan bisa menjawab pertanyaan itu, "Kurasa Rich, suamiku, sempat bercerita bahwa bisnisnya agak meleset dari ekspektasi karena seseorang mengacaukan rencananya. Tapi dia tidak menyebutkan dengan jelas semua itu tentang apa dan siapa." Wanita itu kembali menatap Nicholas sedih. "Sebagai seorang istri, aku hanya mendengarkan keluh kesahnya dengan baik."

Kemudian wajah Natalie melintas begitu saja di kepala Nicholas. Ia lalu mengusap dahunya perlahan sembari mencari-cari cara agar pertanyaan yang akan dia lontarkan setelah ini, tak akan menimbulkan asumsi negatif dari wanita yang notabene-nya adalah istri sah dari korban.

"Sepertinya, suamiku terganggu dengan sesuatu," lanjut Veronica. "Tapi aku tidak tahu pastinya karena kami tidak memiliki banyak waktu untuk berbicara. Aku sangat sibuk, begitu juga dengannya."

Lalu Nicholas berdeham pelan. "Begini Nyonya, suamimu, Rich Greek...," Nicholas tampak berusaha menutupi kegugupannya sekarang. "Meninggal tak lama setelah seorang wanita bernama Natalie dibunuh." dan mata abu Veronica, jelas tengah menanti pertanyaan Nicholas dengan rasa penasaran. "Apakah mungkin kau atau Rich, mengenal seseorang yang bernama Natalie Heele ini?"

Tidak hanya melemparkan pertanyaan, Nicholas juga serta-merta menyodorkan foto Natalie ke atas meja agar Veronica dapat memastikan dan tidak salah orang.

"Wanita ini...," ucapan wanita berambut pendek itu tergantung di udara begitu saja. Dan manik abu-abunya yang sendu itu mulai mengawang, entah kemana.

"Apa kau pernah melihatnya, Nyonya?"

Veronica sontak menoleh, seperti baru disadarkan dari lamunannya sendiri. "Tidak, aku tidak mengenalnya," ucapnya cepat. Lalu tangan wanita itu bergerak mendorong foto itu menjauh darinya. Seperti enggan melihat wajah Natalie dalam waktu yang lebih lama.

Nicholas tentu curiga. "Apa kau yakin?" karena wanita yang menggunakan banyak perhiasan di tubuhnya itu menunjukkan perubahan ekspresi yang drastis di wajahnya sekarang.

"Aku tidak mengenalnya," katanya, dengan nada yang dalam dan begitu menekan.

Meski Nicholas tahu bahwa Veronica sedang berbohong, tidak banyak yang bisa ia lakukan sekarang. Selain mengiyakan jawaban wanita itu dan berpura-pura tidak tahu. "Baiklah, kurasa kau memang tidak mengenalnya. Tapi bolehkah aku tahu, siapa saja yang tahu bahwa suamimu akan mengadakan pertemuan di hari itu?"

Veronica mengangguk. "Kurasa aku, sekertaris pribadinya, asisten dan tentu saja para kolega bisnis yang akan datang ke acara pertemuan itu," jawabnya.

"Apa kau tidak keberatan jika aku harus memeriksa kediaman kalian?" Nicholas menaikkan sebelah alisnya penasaran. "Kurasa kami juga harus memeriksa kegiatan korban selama berada di rumah."

Mata Veronica melebar seketika. Agaknya terkejut dengan permintaan Nicholas barusan, tapi buru-buru ia menutupinya dengan satu anggukan kepala. "Ya. Kau bisa menghubungiku jika mau datang," ucapnya dingin. "Belakangan ini aku jarang ada di rumah. Sebaiknya kau membuat janji lebih dahulu."

"Baiklah kalau begitu," kata Nicholas.

"Apa wawancara ini sudah selesai?" tanya Veronica. Ia mengedarkan pandangan tak nyaman ke sekitarnya dan mendadak menatap Nicholas dengan delikan tajam. "Aku harus kembali ke kantor untuk pertemuan politik."

"Tampaknya kau sedang terburu-buru," kata Nicholas sarkas. "Jadi, silakan saja." Detektif bertubuh tinggi itu-pun bangkit dan tersenyum sopan. "Terima kasih untuk kedatanganmu, kesaksianmu sangat berarti untuk pengusutan kasus ini dan semoga pelaku pembunuhan suamimu dapat segera kami tangkap."

Namun Veronica justru mendengus pendek. "Semoga saja," sembari berlalu pergi meninggalkan ruangan tersebut.

Nicholas kemudian sadar, bahwa wanita itu menampilkan dua sikap yang berbeda saat penyelidikan tadi. Veronica tampak sedih dan tenggelam dalam duka saat pertama kali datang tapi berubah menjadi dingin dan antipati begitu pergi.

Ia pasti menutupi sesuatu.

Lalu Nicholas melirik foto Natalie yang masih tergeletak di atas meja. "Wanita itu pasti menutupi sesuatu," pikirnya. "Aku harus segera mengungkap hubungan Natalie dan Rich agar kasus ini tak berjalan di tempat lagi." []

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro