༺CHAPTER 1༻

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

[Name] adalah seorang pelayan di restoran seafood. [Name] ini termasuk orang yang cerdas, tapi cerdas nya kadang-kadang, terkadang pula ia hanya cerdas di saat restoran sedang butuh banyak pelanggan.

Pagi ini, karena kecerobohan nya, ia menabrak seorang petugas polisi lalu lintas yang terkenal akan sifat temperamen nya, tapi entah kenapa laki-laki itu sedang baik hari ini? Dia tidak memarahi [Name].

Entahlah? Mungkin keberuntungan? Atau mungkin hari ini adalah hari ulang tahun polisi tersebut?

"Terlambat lagi, mau ku potong gaji mu?" ucap chef dan selaku pemilik restoran tersebut, Iguro Obanai.

[Name] segera menundukkan kepalanya, kalau ada lubang, ia ingin segera bersembunyi di lubang tersebut.

"Anata, jangan begitu dong, [Name]-chan sudah berjuang keras agar restoran ini tetap laku, lho~" ucap istri dari Obanai dan juga pelayan di restoran tersebut, Iguro Mitsuri.

Obanai menghela napas, kemudian ia berjalan menuju dapur sambil berucap, "Aku memaafkan mu karena Mitsuri."

Mitsuri tertawa pelan sambil menepuk pundak [Name], "Jangan hiraukan dia, ya, [Name]-chan! Terima kasih sudah tetap bekerja di tempat kecil dan sepi begini."

[Name] tersenyum dan mengangguk, Mitsuri memang orang yang sangat baik hati.

Yah, mau tau alasan mengapa restoran ini terkadang sangat sepi?

Itu karena Mitsuri adalah wanita yang sangat cantik, semua pelanggan laki-laki akan terus memandangi nya, dan setelah itu, Obanai akan melempari mereka dengan pisau dapur.

Itu terus terjadi, dan hampir setiap saat.

Untungnya [Name] punya seribu cara agar restoran ini tetap ramai, salah satunya adalah dengan membuat promo besar-besaran, menawarkan nya kepada orang-orang di pinggir jalan, dan kemudian mengurung Mitsuri di dalam dapur bersama Obanai agar tidak terjadi kesalahan pahaman yang tiada henti.

Kring!

"Selamat datang!" ucap [Name] segera setelah mendengar lonceng di pintu berdentang, tandanya ada pelanggan datang.

"Oh?" pelanggan tersebut tertegun saat ia memandangi [Name].

"Ah, Anda! Selamat datang, Pak Polisi Lalu Lintas!" ucap [Name] sambil tersenyum.

"Kau bekerja di sini?"

"Iya, benar."

Sanemi, laki-laki itu mengalihkan pandangan nya sembari menggaruk tekuk lehernya.

"Aniki, kenapa kau berdiri di depan pintu?" tanya seorang laki-laki dengan seragam petugas polisi juga, laki-laki itu bernama Shinazugawa Genya.

Genya menatap ke arah [Name], seram, wajahnya tidak jauh seram dengan Sanemi. [Name] takut.

"U─Um, silahkan duduk, akan saya bawakan buku menu nya," ucap [Name] sambil mempersilakan kedua polisi tersebut untuk duduk.

[Name] berlarian kecil, menghampiri meja kasir, kemudian mengambil buku menu, dan menyerahkannya pada Sanemi dan Genya.

"Rekomendasi di sini ada Kaisendon, dan juga─"

"Ini dan ini dua porsi," Sanemi tiba-tiba memotong pembicaraan [Name], membuat gadis itu terdiam sesaat.

"Baik, pesanan nya akan tiba dalam 10 menit, permisi," ucap [Name] sebelum membungkuk dan pergi menuju dapur.

Sanemi menatap punggung [Name] yang perlahan menjauh, ia merasa deja vu, dimana dulu ia pernah bertemu [Name].

Memang, hampir setiap hari ia bertemu dengan [Name] di penyeberangan jalan, tapi rasanya entah seperti sudah sangat lama ia mengenal [Name].

Tapi kapan?

"Aniki?"

Suara Genya membuat Sanemi tersadar dari lamunan nya, ia menoleh pada adiknya tersebut.

"Apa?" tanya nya dengan nada santai, walau terdengar seperti orang ketus.

"Aku merasa tidak asing dengan pelayan tadi," ucap Genya.

"Huh?" Sanemi tertegun, berarti tidak hanya dirinya sendiri yang merasa deja vu.

"Kenapa?"

"Aku juga," gumam Sanemi pelan.

─🌹🗡️🌹─

Brukk!

Dengan isi pikiran yang tidak tenang, [Name] menjatuhkan tubuhnya ke atas kasur.

"Kenapa aku tiba-tiba merasa tidak asing dengan polisi-polisi itu?" gumam [Name].

Ting!

Dering ponselnya membuat [Name] segera merangkak menuju nakas, meja kecil di samping kasur nya.

Ia meraih ponselnya, kemudian melihat beberapa panggilan tidak terjawab dari salah satu teman baiknya.

🦋Kocho Kanae :
[Name]-Chan, besok kita bertemu di tempat biasa, ya?~

[Name] menghela napasnya kemudian ia membalas pesan tersebut.

🍃Shiranui [Name] :
Oke deh!

Setelah itu [Name] berjalan menuju ruang keluarga, ia mendapati seorang laki-laki berusia sekitar 50 tahun, ayahnya [Name], Shiranui Hiroki, tengah duduk sembari menonton televisi.

"Otou-san, apakah akhir-akhir ini Otou-san merasa tidak asing dengan orang-orang yang Otou-san temui?" tanya [Name] sembari ia berjalan menuju Ayahnya.

Hiroki tersenyum tipis, "Deja vu?"

"Ah, benar! Seperti itu!" ucap [Name].

"Pernah, saat ini aku juga sedang merasa deja vu setiap aku menatap mu," ucap Hiroki.

[Name] menatap Ayahnya dengan ekspresi wajah bingung, "Karena aku mirip Okaa-san?"

"Iya, tapi bukan itu," sahut Hiroki.

Tiba-tiba sebuah tangan merangkul pundaknya, itu adalah ibunya [Name], Shiranui Touka.

"Kau tau, [Name]? Nama mu itu kami berikan kepada mu karena dulu, saat kami masih kecil dan di besarkan di panti asuhan, kami memiliki sosok seorang Onee-san yang sangat baik, ia membesarkan kami dengan sepenuh hati, juga melakukan semua yang terbaik untuk kami," ucap Touka.

"Obaa-san yang pernah di ceritakan Kagami-san," ucap [Name].

Touka mengangguk, "Benar, dia adalah orang yang pernah di ceritakan Matsuri kepada mu, Matsuri dan Hiroki adalah adik kesayangan [Name], mereka tau banyak tentang [Name]."

"Touka, Nee-chan mencintai semua anak-anak, tidak hanya kami," sahut Hiroki, sedikit keberatan dan tidak ingin merasa di istimewa kan.

"Iya, iya, aku tau, Anata," ucap Touka sambil tertawa.

Hiroki menggelengkan kepalanya, sedangkan [Name] tertegun.

"Apa aku dan Obaa-san itu memang begitu mirip?" tanya [Name].

"Mirip, bahkan mungkin kalian terlihat seperti orang yang sama," ucap Touka sambil tersenyum.

[Name] merasa kepalanya seketika berdenyut nyeri, ia menggelengkan kepalanya, kemudian ia berkata, "Aku istirahat duluan, kepala ku pusing."

[Name] berjalan kembali menuju kamarnya, meninggalkan Touka dan Hiroki yang terlihat khawatir kepada [Name].

Brukk!

[Name] kembali merebahkan tubuhnya, ia memejamkan matanya, kemudian ia memeluk boneka miliknya.

"Tapi kenapa Okaa-san, Otou-san, atau bahkan Kagami-san tidak pernah berkunjung ke makam orang itu setiap bulan??? Aku hanya di beri tau untuk pergi ke makam Miori-Baa-san," gumam [Name] pelan.

[Name] pun memejamkan matanya, perlahan terlelap ke dalam dunia mimpi.

Sedangkan──

Hiroki mengalihkan pandangan nya dari televisi, "Apakah yang Ubuyashiki-sama katakan itu benar?"

Touka tersenyum, "Mungkin? Lagi pula, beliau lebih mengenal Nee-chan daripada kita, Nee-chan hidup di jaman yang sama dengan saat beliau masih sangat muda. Bahkan foto yang beliau tunjukkan kepada kita, satu-satunya hal yang bisa menjelaskan apa yang terjadi di saat itu."

Hiroki tertegun, jiwanya melayang ke masa beberapa tahun yang telah berlalu.

"Jika itu benar, aku bahagia karena Nee-chan terlahir kembali, menjadi orang yang dekat dengan ku, dimana aku bisa balas budi akan semua yang pernah Nee-chan lakukan untukku di masa lalu."

Touka tertawa pelan, "Aku masih ingat saat kita semua menangis setelah kepergian Nee-chan, rasanya seperti tidak memiliki siapapun lagi di dunia ini."

"Ah, benar, hari dimana Nee-chan menghilang di depan mata kita."

―――――――――――――――――
To be continue...

―――――――――――――――――
NOTE :

Shiranui Hiroki → Ayah dari Reinkarnasi [Name].

Shiranui Touka → Salah satu anak-anak di Panti Asuhan.

Kagami Matsuri (Shiranui Matsuri) → Ia menikah dengan seorang laki-laki kaya dari keluarga Kagami.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro